Chapter 1

4.2K 255 13
                                    

Rintikan hujan mulai mengguyur jalanan padat di kota Seoul. Orang-orang yang berjalan kakipun mulai mempercepat langkahnya untuk meneduh dari rintikan hujan.

Tak terkecuali dengan seorang gadis dengan rambut di ponytail, dan menyelempangkan tasnya. Ia meneduh di depan sebuah kantin perusahaan cukup terkenal di kota itu.

Sambil memainkan genangan air hujan dengan sepatu converse high nya, ia menunggu seorang temannya yang tak kunjung datang.

Di sudut ruangan kantin, terdapat wanita anggun dengan rambut hitam yang diuraikannya menatap jalanan basah akibat ulah rintikan hujan. Mengetuk-ngetuk jemarinya, dan sesekali menatap arloji di pergelangan tangannya.

Pandangannya beralih ke gadis berambut ponytail tersebut. Bukan, bukan dia seseorang yang ditunggu sedari tadi. Tapi karena wanita anggun tersebut berhati layaknya bidadari yang selalu baik hati pada semua orang, ia berjalan keluar menemui gadis tersebut.

"Hai..."

Gadis itu menolehkan wajahnya ke arah seseorang yang memanggilnya.

"Apakah kau sedang menunggu seseorang?" Tanya wanita anggun itu, tapi tidak sebuah jawaban yang diterimanya. Hanya sebuah anggukan dari gadis itu.

"Maukah kau menemaniku di dalam kantin kantor ini? Ah, maaf sebelumnya jika saya lancang langsung mengajak seseorang yang belum dikenali. Perkenalkan, Kim Jisoo."

"Jennie, Kim Jennie." Jawab gadis itu.

"Baiklah, jadi bagaimana Jennie-ssi?"

"Apakah tidak masalah jika seseorang yang bukan bekerja di perusahaan ini, menumpang di kantinnya?"

"Tentu tidak masalah, saya bekerja di perusahaan ini. Dan kebetulan saya bosan menunggu seseorang yang tidak kunjung datang."

"Hmm... Ok."

Gadis bernama Kim Jennie itu mengikuti langkah Kim Jisoo memasuki kantin perusahaan ternama tersebut. Jisoo menyuruh Jennie untuk duduk terlebih dahulu, sedangkan ia memesankan minuman untuk mereka berdua. Jennie memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, agar ia bisa melihat temannya datang.

"Maaf menunggu lama..." Jisoo meletakkan satu coklat panas di hadapan Jennie, sedangkan ia memesan teh hangat.

"Padahal ramalan cuaca mengatakan jika hari ini akan cerah seharian, kenapa turun hujan." Gerutu Jennie, tapi terdengar oleh Jisoo.

"Apakah kau menunggu temanmu?"

"Benar... hmm, terima kasih atas coklat panasnya Jisoo eonnie."

"Sangat membosankan bukan, menunggu seseorang." Jisoo sambil menyeruput teh hangatnya.

Gadis itu tidak merespon ucapan Jisoo, dia sedang mengamati wanita anggun itu. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, dan entah mengapa ia terfokuskan pada bibir berbentuk hati itu. Dengan segera ia menelan salivanya, dan menundukkan kepalanya. Namun saat hendak menundukkan kepalanya, ia melihat cincin yang melingkar di jari manis tangan kiri Jisoo. Ah, rupanya ia sudah dimiliki seseorang. Batinnya dalam hati, dan meniup coklat panasnya.

"Jennie-ssi... apakah kau seorang pelajar?"

"Ne eonnie..."

"Sebentar lagi memasuki liburan musim panas bukan? Apakah kau berminat kerja paruh waktu?"

"Hmm... sebenarnya saya menunggu teman saya karena mengajak kerja paruh waktu di suatu tempat."

"Ah sayang sekali..."

"Hmm, tapi jika eonnie menawarkan kerja paruh waktu. Mungkin saya akan mencobanya."

"Bagaimana dengan temanmu itu?"

"Biarkan dia bekerja paruh waktu di tempat yang ia inginkan."

"Baiklah, ini kartu pengenalku. Hubungi sehari sebelum liburan musim panas. Nanti akan kuberikan pekerjaan paruh waktu untukmu."

Jennie kemudian mengambil kartu tersebut. Dia terkejut jika wanita anggun tersebut merupakan pemilik dari perusahaan kantin yang ia kunjungi ini.

"Eonnie..." Ketika hendak menanyakan pada Jisoo, Jisoo dengan cepat menaruh jari telunjuknya di depan bibir berbentuk hati miliknya.

"Kau terkejut bukan. Simpanlah, tidak semua orang dapat menemuiku dan memiliki kartu pengenalku." Ucapnya sembari tersenyum.

Beberapa waktu kemudian, percakapan mereka terputus akibat ketokan di jendela oleh gadis bermata monoloid.

"Maafkan saya tidak bisa menemani Eonnie menunggu disini lebih lama. Teman saya sudah datang. Terima kasih atas coklat panas dan kartu pengenalnya." Jennie meninggalkan Jisoo.

Jisoo kembali mengamati gadis belia tersebut yang makin lama makin menghilang dikerumunan orang. Ya, hujan telah berhenti.

Jisoo menghela nafasnya, dan kembali melihat arlojinya. Orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Ia mengecek ponselnya, tak ada satupun pesan maupun telepon yang masuk.

Jisoo menegak habis teh hangatnya dan meninggalkan kantin di perusahaan miliknya. Sambil berjalan menuju lobi perusahaannya, beberapa karyawan memberikan sapaan hormat kepadanya. Ia begitu disegani di perusahaan ini. Saat mobil miliknya sudah tersedia di depan lobi, segera ia masuk dan menuju apartement miliknya. Iya, apartement miliknya bukan menuju rumahnya dengan seseorang yang telah mengikat janji suci dengannya.



bersambung

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang