Chapter 2

1.8K 231 4
                                    

Jisoo pov

Setibanya di apartement, aku segera menghempaskan tubuhku ke sofa yang berada di ruang tamu. Memejamkan mataku sejenak, lalu ku buka perlahan.
Ku angkat tangan kiri ku, terlihat jelas cincin indah melingkar di jari manisku.
Sekelebat ingatan pahit itu muncul, dimana aku menikah dengan seseorang yang tidak aku cintai. Pernikahan yang didasari bisnis keluarga.

Aku baru saja lulus sarjana, dan menjabat sebagai pemilik perusahaan. Beban yang begitu berat ku pikul, ternyata belum seberapa berat menurut mereka. Ya, mereka kedua orang tuaku. Aku dinikahkan dengan seorang lelaki, yang merupakan anak dari rekan kerja kedua orang tuaku. Dan kalian tahu? Jika lelaki itu merupakan seorang public figure. Jadi pernikahan ini hanya diketahui beberapa orang saja.

"Haaah, lagi-lagi aku membuang waktuku yang berharga untuknya."

Pernikahan yang kujalani, tidak seindah yang kalian pikirkan. Buktinya saja, aku lebih memilih tinggal sendirian di apartement ini, daripada di rumah pemberian orang tuaku sebagai hadiah pernikahan.

Aku membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan rasa penat ini. Ku langkahkan kaki ku menuju dapur, mengambil sekaleng bir dari dalam kulkas. Ku habiskan sekaligus kaleng bir itu. Dan membuatku mulai mabuk.

Dengan langkah tidak seimbang dan butuh perjuangan menuju kamarku. Setelah mendaratkan tubuhku, sekilas wajah gadis yang kutemui tadi muncul dipikiranku.

"Kim Jennie..." Parauku lalu tertidur.

Jennie pov

Setelah membersihkan tubuhku, ku ambil ponsel yang tergeletak di samping bantal tidurku. Beberapa notifikasi muncul di bar bagian atas ponselku. Kemudian tak sengaja ku lihat kartu pengenal wanita anggun yang kutemui tadi siang.

"Kim Jisoo, akhirnya aku mengetahui namamu."

Siapa sangka, wanita yang kukagumi sejak sekian lama merupakan seorang CEO di perusahaan ternama. Dan sepertinya usianya sangat jauh di atasku.

Mukaku berubah menjadi muram, tatkala mengingat cincin indah melingkar di jemari tangan wanita anggun itu. Haruskah ku mengagumimu dalam diam? Pikirku.

Mengenai tawaran yang diberikan itu, sebaiknya aku tolak. Lebih baik aku bekerja paruh waktu bersama Seulgi, temanku. Akhirnya aku menghubungi Seulgi, untuk menerima tawarannya bekerja paruh waktu di musim panas bersama dengannya.

Beberapa tahun kemudian

Author pov

Kim Jennie, gadis belia tersebut tumbuh menjadi wanita yang cantik dan kini ia seorang wanita karir. Siapa sangka, ia kini bekerja di perusahaan wanita anggun yang ia kagumi. Dan selama itu pula, Jennie tidak pernah satu kali pun menghubungi Jisoo walaupun ia memiliki kartu tanda pengenalnya.

Keadaan kantor hari ini sangat padat sekali, bagaimana tidak sebuah sticky note di hadapan Jennie begitu banyak deadline laporan yang harus segera ia selesaikan bersama teamnya.

Sedangkan Jisoo, ia berkutat dengan berbagai macam laporan yang ditandatanganinya. Sampai ia melewatkan jam makan siangnya. Jisoo tau jika gadis belia yang ia temui saat hujan turun beberapa tahun yang lalu merupakan karyawannya di perusahaan ini.

Menyadari jika perutnya mulai harus diisi dengan makanan, jari lentiknya dengan cepat menelpon sekertarisnya untuk membelikannya makan siang dan tak lupa untuk membelikan untuk sekertarisnya tersebut dan juga untuk Jennie. Setelah makanan itu datang, Jisoo menghubungi teamnya Jennie, agar Jennie segera menghadap padanya.

Jennie tentu saja bingung, apakah ia melakukan kesalahan dalam mengerjakan laporan atau bagaimana? Tapi seharusnya tidak mungkin jika laporan yang ia kerjakan salah, pasti manager teamnya segera menegurnya sebelum memberikan laporan tersebut kepada pemilik perusahaan ini.

Jennie berjalan menuju ruangan CEO tersebut, ketika sampai ia mengetuk ruangannya.

"Apakah sajangnim memanggil saya?" Tanya Jennie, melihat Jisoo yang belum mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang bertumpukan di mejanya. Dan Jennie merasa terpukau dengan penampilan Jisoo yang mengenakan kacamata saat membaca kertas-kertas itu.

"Ah... Kau sudah datang rupanya. Silakan duduk."

Jennie duduk di sofa ruangan tersebut. Jisoo mengambil makanan yang telah diberikan oleh sekertarisnya.

"Apakah kau sudah makan siang?"

"Hmmm?" Jennie bingung, kenapa mendadak bukan membahas tentang perihal kerjaan.

"Jennie-ssi?"

"Ah..hmm.. Belum sajangnim, saya melewatkan jam istirahat siang untuk mengejar deadline laporan yang menumpuk."

"Kalau begitu makanlah ini, dan saya tidak menerima penolakan."

"Tapi..."

Jisoo dengan sigap membuka makanan untuknya dan Jennie. Jisoo sengaja menunggu Jennie untuk melahap makanannya terlebih dulu, baru ia segera memasukan makanannya ke dalam mulutnya.

Jennie makan dengan diam, ia segera menyelesaikan makan siangnya. Saat membersihkan bekas makanannya, Jennie tidak melihat cincin yang sebelumnya berada di jari manis Jisoo. Jisoo yang menyadari arah pandangan Jennie, segera menelan makananya.

"Ada apa?"

"Ti..tidak papa sajangnim. Terima kasih atas makanannya, kalau begitu apa boleh saya kembali ke ruangan saya?"

"Ada yang ingin kamu tanyakan?"

"Eh? Tidak ada sajangnim."

"Jennie-ssi, kenapa kau menolak tawaranku beberapa tahun yang lalu?"

Ternyata Jisoo masih mengingatnya.

"Ah itu... Saya membantu teman saya bekerja paruh waktunya sajangnim."

"Lalu kenapa tidak menelponku untuk memberitahu?"

"..."

"Baiklah silakan kembali ke ruanganmu."

Suasana menjadi canggung, Jennie berpamitan dengan Jisoo untuk kembali ke ruangannya.

Sedangkan Jisoo, sedang meraba jari manisnya yang kini sudah tidak terpasang cincin pernikahannya.

• bersambung •

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang