Chapter 25

710 79 4
                                    

Dua minggu lebih pasangan itu melakukan segala aktivitasnya di rumah. Mereka berdua memutuskan untuk membeli rumah sederhana di kawasan elite, agar penjagaan keamanannya lebih terjaga. Dan juga rumah tidak terlalu besar untuk pengeluaran pemeliharaannya. Ya walaupun mereka dikatakan mampu untuk membeli mansion maupun penthouse.

Untuk meeting kantor terpaksa mereka lakukan dengan melakukan zoom meet. Untuk urusan dokumen mau tidak mau sekertaris jisoo dan Kang Seulgi menghampiri mereka ke rumah. Dan selama itu pula keduanya hanya makan makanan buatan maid.

Setelah melalui proses induksi ovulasi, pengambilan sel telur dan melakukan pembuahan antara sel telur dan sel sperma. Barulah embrio tersebut dimasukkan ke dalam rahim Kim Jisoo. Dan Jisoo harus kembali bersabar menunggu apakah proses IVF itu berhasil atau tidak. Ia selalu menjaga pola makan dan juga kegiatannya.

"Sayang..." panggil Jennie ke kekasihnya.

"Aku di dalam kamar." Jawab Jisoo sedikit teriak dari dalam kamar.

Jennie memasuki kamar mereka berdua, dengan tangan yang masih memegang ponsel karena ia habis menerima panggilan untuk datang ke kantor.

"Sayang, aku harus ke kantor sebentar hari ini. Apa tidak apa-apa aku tinggal sebentar? Atau perlu aku panggilkan Irene eonnie beserta Karina?"

"Apakah itu amat sangat penting sampai harus kamu pergi ke kantor?"

"Seulgi tadi menelponku dan mengatakan aku harus datang ke meeting siang ini. Dan ia bilang hanya sebentar, untuk meyakinkan beberapa investor untuk bekerja sama." Jawabnya sambil berjalan ke arah lemari pakaian untuk bersiap ke kantor.

"Biar aku yang menyiapkan, apakah aku boleh menemanimu?"

"Di rumah saja hmm... please... aku tidak akan lama."

"Bagaimana jika ketika makan siang aku menjemputmu? Nanti sekalian makan siang bersama."

"Baiklah baiklah, nanti siang biarkan supir mengantarmu ke kantor."

"Aku bisa menyetir mobil sendiri sayang..." rengek Jisoo.

"Diantar supir atau tidak sama sekali keluar rumah?"

"Iya iya, baiklah diantar supir saja."

"Gitu dong nurut, hehehe... yaudah aku siap-siap dulu ya..."

************************
Makan siang bersama pun dibatalkan, Jennie menjamu makan siang bersama dengan investornya. Daripada makan siang sendiri, akhirnya Jisoo mengajak Irene dan Karina ke cafe tidak jauh dari kantor kekasihnya.

"Bagaimana kabarmu Jisoo?"

"Aku? Baik eonnie."

"Semoga program kalian berhasil ya, nanti biar bisa bermain dengan uri jimin-ah..."

"Iya eonnie... Aku berharap begitu. Jadi uri Jimin ingin makan apa hmm? Nanti Imo pesankan."

"Pesankan makanan yang teksturnya tidak begitu kasar saja Soo. Akhir-akhir ini dia suka sekali melepeh makanannya jika tekstusnya kasar."

"Omo uri jimin-ah, tidak boleh menyia-nyiakan makan eoh... Nanti makanannya menangis jika tidak dimakan oleh Jimin." Jimin yang diberikan nasehat oleh Jisoo hanya mengangguk saja. Dan mereka bertiga mulai memesan berbagai jenis makanan.

Mereka pun makan dengan khidmat, Jisoo mengambil alih menyuapkan makanan ke bayi perempuan itu. Irene yang melihatnya hanya tersenyum senang.

"Eonni datang ke pertunanganku dengan Jennie kan?"

"Tentu saja, kan beberapa persiapannya aku yang menanganinya."

"Ah benar juga... Uri Jimin sudah kenyang?" Tanya Jisoo.

"Huummm..." ucapnya sambil memainkan sendok makan.

Saat membersihkan tangan dan mulut Jimin, Jisoo menoleh ke arah jendela. Di seberang restaurant ia melihat Jennie sedang makan siang bersama dengan seorang laki-laki. Jisoo memalingkan wajahnya, kemudian melihatnya kembali. Ternyata yang dilihatnya benar adanya. Ia mengambil ponselnya dan menekan tombol telpon kekasihnya itu.

"Iya sayang?" Jawab penerima telpon tersebut. Dan Jisoo sedang menanyakan keberadaan kekasihnya. Jennie pun menjawab sejujurnya tanpa ditutupi. Jennie menjawab sedang makan siang bersama dengan investornya, dan memang hanya berdua. Kemudian menyuruh kekasihnya untuk melihat ke arah jendela. Jennie tersenyum kemudian melambaikan tangannya. Jisoo menutup telponnya dan menghela nafas.

"Hah..."

"Ada apa?"

"Tidak apa-apa eonni, moodku mendadak jelek saja... apakah Jimin boleh makan ice cream?"

"Tentu, tapi sedikit saja. Biar aku yang memesankan." Ucap Irene lalu pergi ke meja pemesanan.

Tidak lama kemudian, Jennie datang bersama dengab Investornya. Ia mendekat dan mengendong Jimin.

"Omo... Jimin-ah kau berat sekali. Habis makan apa saja dengan Jichu Imo?" Tanyanya pada bayi kecil itu. Tapi reaksi yang didapatkan malah Jimin memukul pundak Jennie, seolah menolak untuk digendong. Kemudian Jisoo langsung mengambil alih.

"Ada apa dengannya? Ah sayang, ini yang akan menaruh investasinya di perusahaanmu. Kenalkan dia Song Mino. Dan Song-ssi, perkenalkan dia istriku Kim Jisoo."

"Ah senang bertemu dengan anda Mrs. Kim. Kami baru saja membahas beberapa kesepakatan mengenai kerja sama dan investasi ke perusahaan anda."

"Terima kasih Song-ssi."

"Kalau begitu, saya pamit terlebih dahulu. Terima kasih jamuannya Mrs. Jennie Kim."

Song Mino keluar dari rumah makan yang di singgahi Jisoo. Jisoo yang sedari tadi menggendong Jimin sambil sedikit mengayun-ayunkan badannya, membuat Jimin terlelap.

"Sepertinya ada yang sudah cocok menjadi calon Ibu." Celetuk Irene dari belakang Jisoo.

"Eonni, apakah Jimin tertidur?" Tanya Jisoo sambil berbisik.

"Iya, dia sepertinya mengantuk karena kenyang. Biar aku gendong ya..." jawab Irene

"Tidak usah Eonni, biar aku gendong saja. Takutnya jika dipindahkan nanti ia terbangun."

"Bagaimana dengan ice creammu?"

"Sini aku suapkan saja eonni, punya Jimin eonni makan saja. Setelah habis, akan ku antarkan pulang. Kalian ke sini bersama supirkan?"

"Iya, tadi Jisoo yang menjemputku."

"Baiklah, mari habiskan ini."

*********************************

Setelah mengantarkan Irene kembali ke rumahnya, sepasang kekasih itu kembali menuju rumah mereka. Tapi di perjalanan Jisoo tampak menahan rasa sakit.

"Sayang? Jichu?"

"Hmm?"

"Kamu sedikit pucat, ada apa?"

"Tidak tau, aku hanya pusing saja."

"Yaudah kamu tidur aja, nanti kalau sampai akan ku bangunkan."

Sambil mengendarai mobilnya, Jennie menggenggam salah satu tangan milik Jisoo. Sesekali ia usap punggung tangan kekasihnya itu.

Sesampainya di rumah, Jennie tidak tega membangunkan kekasihnya tersebut. Dengan sekuat tenaga yang ia punya, ia menggendong kekasih ala bridal style menuju kamar.

Ia melepaskan sepatu sneakers , kemudian mengganti baju kekasihnya dengan baju rumah. Ia cium kening kekasihnya dan sambil mengusap rambut hitam legam Jisoo.

"Istirahat yang cukup, aku tidak suka melihatmu sakit." Ucapnya sambil sedikit menitikkan air matanya.

Hati Jennie sedikit tercubit melihat keadaan kekasihnya. Ia merasa bersalah tidak menjaganya karena ada pertemuan penting dengan investor sebelumnya.

Tapi ia yakin jika Jisoo memahaminya, dan tidak ingin merepotkannya. Dengan begitu Jennie berpikiran untuk menambah bodyguard untuk pasangan hidupnya kelak ini. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk dengan Jisoo, di saat ia tidak ada di sampingnya. Karena kedepannya Jennie bakal sibuk mengurus perusahaan dan usaha yang ia jalankan.

• bersambung  •

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang