Chapter 17

886 124 4
                                    

Wanita yang berumur sekitar 30an beraura bagaikan visual sebuah girlgroup itu memasuki ball room acara penutup event yang dikunjunginya. Dengan memakai turtle neck tak berlengan berwarna cream dan ditutup oleh blazer berwarna putih, membuatnya semakin anggun. Dikarenakan ia tidak seberapa suka menggunakan heels, maka hari ini ia memakai sneakers putih kesayangannya.
Ia tau kalau udara cukup panas merupakan kesalahan jika memakai turtle neck yang akan membuatnya gerah walaupun tak berlengan, tapi ia memakainya demi menutupi berbagai macam tanda dari kekasihnya.

Kini ia harus memberikan pidato singkat di atas panggung kecil acara itu selaku CEO. Mengucapkan berbagai macam terima kasih atas bantuan karyawan dan juga beberapa artis yang ikut memeriahkan acara semalam. Ia begitu lancar memberikan rangkaian kalimat tanpa adanya kertas contekan ataupun catatan di Ipad kesayangannya. Sesekali pandangannya mencari sang kekasih dari atas panggung, dan akhirnya pandangannya tertuju di ujung dekat jendela.

Setelah selesai berpidato,  ia turun dari panggung itu. Dan menyapa singkat rekan-rekan kerjanya sambil berjalan menuju sang kekasih. Ia lepaskan blazer putih yang ia kenakan, saat tiba di samping sang kekasih ia sampirkan blazer itu ke badan mungil kekasihnya. Sambil menyapa karyawan lainnya yang sedang berkumpul bersama kekasihnya.

Jennie terdiam terkejut atas tingkah kekasihnya. Bagaimanapun juga, teman-temannya tidak tau jika Jisoo yang merupakan CEO mereka itu adalah kekasihnya. Senyuman simpul diberikan Jennie kepada kekasihnya. Jisoo tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke telinga Jennie berbisik, dan itu membuat hatinya sedikit menghangat.

"Jangan menggunakan pakaian terbuka, aku tidak suka milikku dilihat semua orang."

Dan Jisoo meninggalkan kekasihnya itu, seolah memberi ruang untuknya berbicara dengan teman-temannya. Jisoo sendiri harus menyapa rekan kerjanya yang belum ia temui.

"He em, jadi ada yang mau diceritakan nona Kim?" Tanya Joy.

"Sebentar deh, tadi itu apa?" Ucap Kai, sedangkan Song Kang hanya diam saja. Dia terlalu lambat menerima kejadian tadi.

"Jadi... Gini... Jangan beritau siapa pun ok, cukup kalian aja yang tau."

"Ok." Jawab mereka serempak.

"Jadi ya itu..."

"Itu apa? Yang jelas dong." Sela Kai.

"Sajangnim adalah kekasihku." Jawab Jennie dengan bersusah payah.

"What?!!!!" Teriak Song Kang yang akhirnya nyambung dengan kejadian tadi.

"Jadi yang ngirimin coffee truk kemarin itu Sajangnim?"

"Iya."

"Bucin bener astaga." Ejek Joy.

"Ini mah beneran auto mundur kita deketin kamu Jen." Ujar Kai tanpa ada tenaga menyenggol pundak Song Kang.

Jennie hanya tersenyum menanggapi mereka. Dan beberapa saat kemudian ponsel milik Jennie berdering. Tertera Kang Seulgi temannya menghubunginya.

"Halo?"

"Halo Kim Jennie! Yak kau itu tau tidak jika Daddy dan Mommy mu akan kembali ke Korea minggu depan?!" Jelas Seulgi dengan kesal.

"Bisa tidak ngegas gitu kalau ngomong." Balas Jennie.

"Hah... maaf maaf. Aku terlalu terkejut mendengar kabar dari Uncle dan Aunty, mereka akan kembali ke Korea, dan minggu depan mereka akan ke Jeju bertemu dengan rekan kerja. Dan menyuruhmu untuk menemui mereka juga."

"Ok."

"Hanya ok?! Yak dasar teman sialan kau ini."

"Terus aku harus bagaimana Kang Seulgi?"

"Kembalilah, ambil alih atau bantulah aku sedikit mengurus perusahaan milik Daddy mu ini. Aku sudah cukup pusing di sini. Please...."

"Akan kupikirkan kembali."

"Astaga bocah satu ini, sampai kapan kau mau begini terus? Kau itu pewaris tunggal perusahaan Uncle Kim, setidaknya mengertilah aku sudah cukup membantumu selama ini."

"Kita bicarakan saat di Jeju saja." Jawab Jennie malas.

"Astaga, bawa kekasihmu juga. Temui ia dengan orang tuamu. Cepat ambil alih semunya, aku sudah cukup pusing di sini."

"Baiklah baiklah, terima kasih Kang Seulgi atas bantuanmu selama ini."

"Aku tutup telponnya. Jangan lupa menghubungi mereka."

"Iya."

Jennie menghela nafas panjang sambil memandangi ponselnya. Akhirnya hari yang ia takutkan datang juga. Seperti yang ia duga, dengan terpaksa ia harus membawa kekasihnya itu di depan kedua orang tuanya. Daripada harus di jodohkan dengan seseorang yang ia tidak kenal.

Jennie kembali berkumpul dengan teman-temannya. Dan dari jauh, Jisoo selalu memerhatikan kekasihnya itu. Melihat bagaimana perubahan mood sang kekasih setelah mendapatkan panggilan telpon itu.

Jisoo tidak tau apa yang dipikirkan kekasihnya itu, tapi bagaimanapun Jisoo akan berusaha sebisa mungkin tidak membuat kekasihnya itu bersedih.

• bersambung •

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang