Chapter 6

1.3K 156 1
                                    

⚠️🔞⚠️ *maafkan author ya Tuhan kali ini dikit aja kok*

Jisoo pov

Seperti biasanya, hari ini di kantor jadwalku dipenuhi oleh beberapa rapat dengan rekan kantor. Menjalin kerja sama agar saling menguntungkan dan menaikan saham masing-masing perusahaan. Dan tidak ketinggalan juga dengan berbagai macam dokumen yang harus diperiksa dan ditandatangani.

Musim panas kali ini banyak sekali hubungan kerja sama terjalin dari berbagai perusahaan. Kulihat jadwalku kembali, benar ternyata. Banyak sekali meeting yang mengharuskanku terbang ke berbagai negara maupun luar kota.

Bagaimanapun kembali lagi, aku harus melakukannya. Appa juga sesekali turun tangan untuk menghadiri meeting di berbagai negara. Maka kali ini aku harus mengambil pekerjaannya, agar Appa yang mengurusi kerjaan di dalam negeri saja.

Siang sudah terlewat, lagi-lagi aku sering melewatkan jam makan siangku. Sekertarisku sedang tidak ada di tempat, sehingga mengharuskan ku pergi ke kantin bawah untuk membeli makan berat serta minuman manis.

Tak lupa juga untuk mengabari Jennie. Apakah ia tidak melewatkan makan siangnya? Jemari manisku menekan berbagai huruf untuk menanyakannya. Dan ternyata ia sudah makan bersama rekan satu teamnya.

Aku berjalan menuju kantin dan membeli makanan sesuai tujuan awalku. Hmm... tak ada salahnya jika aku membelikannya minuman dingin beserta rekan satu teamnya. Aku memesankan beberapa minuman, dan meminta tolong untuk mengantarkannya ke ruangan team Jennie.

Aku kembali ke ruanganku, dan langsung melahap habis makan siangku yang terlewat. Setelah selesai membersihkan sisa bungkus makanan itu, aku kembali berkutat dengan dokumenku. Namun fokusku terhentikan sejenak dengan panggilan dari Jennie.

"Ya Jen..."

"Apakah kau sedang sibuk,Ji?"

"Akan sibuk, ada apa?"

"Bisa bertemu sebentar? Keluarlah dan pergi ke lorong dekat toilet ruanganmu."

"Ok, tunggu ya."

Jennie mengakhiri sambungan telponnya. Aku segera menyusul keberadaan Jennie. Tumben sekali ia mengajak bertemu denganku di kantor.

Aku menyusuri lorong yang ia maksud. Ia sedang menunggu kedatanganku dengan memainkan ponselnya sambil bersandar pada dinding di sebelahnya.

"Hi Jen."

"Ikut aku." Jennie menarikku ke toilet dan masuk ke dalam bilik yang kosong itu lalu menguncinya. Dan ya setauku toilet ini tidak seberapa sering digunakan, karena lokasinya lumayan jauh dari ruangan karyawanku. Hanya beberapa orang menggunakanya setelah bertemu denganku di ruanganku.

"Jen..." Panggilku, namun ia tetap meraba punggung tanganku sambil menunduk.

"Hei, ada apa? Katakan sesuatu, aku pasti membantumu Jen." Ucapku tulus.

"Ji... mian." Ia segera meraup bibir milikku. Tentu aku sangat terkejut dengan perbuatannya. Tidak ada angin maupun hujan, tiba-tiba ia menerkamku begitu saja. Aku bukannya menolak, tapi ini sangat di luar dugaan. Apalagi kita berdua masih di kantor.

Aku mengikuti pergerakan bibir manis miliknya. Ciumannya amat sangat dikuasai nafsu, sehingga aku perlu beberapa oksigen untuk kuhirup. Aku melepaskan pautan ciuman ini.

"Jen... perlahan ok. Ada apa?" Ucapku sambil berusaha mengambil oksigen untuk dihirup.

"Ji... apakah kau bertemu dengan mantan suamimu tadi siang?"

"Ha? Bertemu dengan Oppa Jung maksudmu?"

"Hum..." ucapnya menunduk.

"Tidak, aku tidak bertemu dengannya Jen. Bahkan kami sudah tidak berkomunikasi setelah perceraianku setahun berlalu."

"Benarkah?"

"Apa kau tidak percaya padaku?"

"Bukan tidak percaya, tapi aku melihatnya di lobi bertanya dengan security disana."

"Bagaimana kau bisa mengenalinya, bahkan kamu belum bertemu dengannya Jen?"

"Dia masih menggunakan cincin pernikahanmu dulu Ji. Maafkan aku, itu membuatku kehilangan kendali."

"Jen, tatap aku." Jennie tetap saja menundukkan kepalanya.

"Jen, please dengarkan aku. Aku benar-benar sudah berakhir dengannya. Akupun sudah tidak memakai cincin itu. Jika dia masih menggunakannya toh bukan urusanku bukan?"

"Ji, aku takut ia mengambilmu dariku saat ini."

"Jen. Aku sekarang milikmu, hanya milikmu. Kau percaya padaku bukan? Ayo kita jalani kehidupan ini bersama, saling percaya, saling terbuka, dan saling membutuhkan." Ucapku dengan serius agar Jennie mendengarkan perkataan tulusku.

"Baiklah, aku percaya padamu Kim Jisoo. Kau milikku. Aku milikmu. Mari saling terbuka mulai saat ini."

"Kim Jennie... mungkin aku mengatakannya disaat yang tidak tepat. Maukah kau menjadi kekasihku?"

"Aku milikmu Kim Jisoo, dan aku menerimamu menjadi kekasihku."

Jennie pov

Hari ini merupakan hari terindah seumur hidupku. Bagaimana tidak, saat terbangun dari tidur lelapmu, seseorang yang kau kasihi berada di depanmu ketika membuka mata. Hal sederhana yang bisa membuat moodmu meningkat. Senyumannya pun bisa menyedot seluruh perhatianmu hanya untuknya.

Siang ini sepertinya Jisoo melewatkan makan siangnya lagi. Ingin sekali mengajaknya makan siang bersama, tapi siapalah aku jika berada di kantor ini. Aku hanya bawahan di perusahaan ini, sedangkan ia berada jauh di atasku. Hah, akhirnya aku memutuskan makan siang bersama dengan team divisiku.

Kami semua turun ke kantin bawah kantor, memesan beberapa makanan dan minuman. Sembari menunggu temanku yang memesankannya, aku menjaga tempat duduk kami agar tidak diisi oleh divisi lain. Ku amati beberapa orang yang sibuk menemui rekan kerjanya di lobi, ada yang juga sibuk berlalulalang dengan menelepon seseorang. Tapi pandanganku teralihkan oleh seorang pria yang mendekati meja resepsionis dan security di lobi. Ku pertajamkan lagi pandanganku, pria itu... Ada perlu apa dia kemari?

Ingin sekali aku menghubungi wanita anggun yang selalu bersinggah di relung hatiku saat ini, tapi lagi-lagi aku berusaha menahannya. Mengingatnya yang melewatkan jam makan siangnya, mungkin ia sangat sibuk sekarang. Tapi, menahan seperti ini membuatku tidak fokus.

Teman-temanku kembali dengan membawa setumpuk makanan di baki yang mereka bawa. Ok, mungkin setelah ini aku akan menghubunginya.

Jam makan siang pun berlalu, aku lihat Jisoo belum juga keluar dari ruangannya. Ku kembalikan fokusku pada laporan yang harus ku selesaikan.

Ku lihat lagi jam tanganku, sudah jam segini apakah ia benar-benar sangat sibuk? Ku pandangi lagi kondisi lorong di luar ruangan divisiku. Jisoo melangkah berlalu, sepertinya ia baru ingat jika melewatkan jam makan siangnya.

Sekelibat sosok pria tadi muncul kembali, membuatku amat sangat takut kehilangan Jisoo yang hampir menjadi milikku seutuhnya. Tahan emosimu Jen, ucapku dalam hati sembari menghembuskan nafas.

Jisoo sudah kembali ke ruangannya. Dan tak lama kemudian beberapa minuman dingin, diantarkan oleh security ke ruangan kami. Aku segera mengambil ponselku, dan mengajak Jisoo bertemu denganku.

Dan ya itulah yang terjadi selanjutnya di toilet. Pada akhirnya Jisoo menjadi milikku seutuhnya. Dengan status kekasihku. Aku beruntung mendapatkannya, aku akan menjaganya sekuatku. Tak akan pernah melepaskannya.

• bersambung •

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang