Chapter 3

1.6K 233 12
                                    

Author pov

Jennie terpaksa harus melemburkan diri, agar laporan yang menumpuk itu segera selesai. Teman satu teamnya pun ikut melembur bersama.

"Haus banget, ini gak ada yang mau pesen minuman?" Tanya salah satu temannya.

"Mau pesen apa? Sini aku pesenin." Jawab Jennie.

Belum sempat mengambil ponselnya, ada ketukan pintu ruangan kerja Jennie bersama teamnya. Jennie segera membuka pintu ruangannya.

"Lembur?" Tanya Jisoo

"Iya sajangnim..."

"Kebetulan saya tadi beli kopi di kantin bawah, ini saya belikan kopi untukmu dan teman satu teammu."

"Tapi sajangnim..."

"Ingat Jennie, saya tidak menerima penolakan. Btw, nanti pulang jam berapa?"

"Eh?"

"Setelah selesai lembur, tunggu di lobi. Kita pulang bersama." Ucap Jisoo lalu segera kembali ke ruangannya.

"Siapa Jen?"

"Ah itu... Sajangnim memberikan kopi untuk kita."

"Wah mood bidadarinya sedang muncul itu si bos besar. Syukurlah, tidak jadi mengeluarkan uang. Itung-itung hemat. Hehe.." ucap salah satu temannya.

"Btw Jen, kayaknya kenal deket sama bos besar."

"Ah tidak... Ia tadi melihat kita sedang lembur dan kebetulan ingin membeli kopi di kantin bawah, katanya sekalian saja membelikan untuk kita."

"Oh... yaudah, yuk langsung kejar waktu... biar kelar ini laporan."

Setelah selesai mengerjakan laporannya, mereka satu team turun ke lobi. Saat keluar lift, mereka melihat Jisoo sedang menunggu seseorang di sofa lobi kantornya itu.

"Kalau begitu, kami pamit duluan Jen."

Dan mereka juga berpamitan kepada sajangnim. Jisoo memberikan senyuman manisnya.

"Sudah selesai?"

"Kenapa sajangnim menunggu saya?"

"Kita kan pulang bareng, ayo sekarang pulang."

Jennie dengan jalan melambat, mengikuti Jisoo berjalan. Melihat itu, Jisoo menggandeng tangan Jennie untuk mengikutinya.

Di dalam mobil, hanya suasana hening yang tercipta. Tidak ada satupun yang membuka percakapan. Jisoo sesekali melirik ke arah Jennie.

"Ehem... Di mana kau tinggal Jennie?"

"Dekat dengan stasiun daerah sini."

"Ok. Btw Jen..."

"Ya sajangnim?"

"Tidak tidak, jangan panggil aku sajangnim jika di luar kantor. Panggil aku Jisoo atau eonnie."

"Baiklah eonnie..."

"Kenapa kau selalu melihat jemari tanganku?"

"Ah itu..." Jennie tertangkap basah, jika ia selalu melihat jemari Jisoo, terutama jari manisnya.

"Ok ku beritahu. Aku memang sudah menikah beberapa tahun yang lalu, tetapi setahun yang lalu aku bercerai."

"Eonnie, saya tidak bermaksud..."

"Berhentilah berbicara terlalu formal padaku Jen."

"Baiklah."

"Dan apakah kamu selama ini berada di Seoul?"

"Ya..."

"Kenapa tidak menghubungiku?"

"Aku fokus dengan kuliahku eonnie."

"Benarkah? Tapi kenapa aku selalu melihatmu seakan mengawasiku setiap aku berada di luar?"

"Eh?!!!" Sialnya Jennie ketahuan.

Tidak ada jawaban dari Jennie, dan Jisoo pun lanjut fokus menyetir ke tempat tinggal Jennie.

"Sudah sampai... Jadi, kamu tidak menjawabnya Kim Jennie."

"Eonnie... Apakah kau percaya cinta pada pandangan pertama?"

"Hmm?"

"Aku rasa sejak saat pertama kali melihatmu, aku menyukaimu. Tapi saat melihat cincin itu, aku lebih baik diam memendam perasaan itu sendiri."

Jisoo memperhatikan ucapan Jennie, entah mengapa ia juga merasakan hal yang sama dengan gadis itu. Ah iya, Jennie bukan seorang gadis lagi. Ia merupakan seorang wanita kini.

"Kim Jennie."

"Nde eonnie..."

"Kau tau aku selalu menunggu telfon darimu? Kondisi pernikahanku tidak seperti yang kau pikirkan. Aku tidak bahagia dengan pernikahan ini, aku dijodohkan. Aku tidak mencintainya. Tapi sejak melihatmu, entah mengapa sebuah perasaan asing itu muncul. Aku selalu menunggumu. Dan ya, aku enggan mencarimu. Tapi aku yakin, jika memang kita ditakdirkan bersama, maka kita akan bertemu kembali. Butuh waktu lama, akhirnya kau melamar bekerja disini. Aku melihat langsung saat kau diwawancarai."

"Jen..." sebelum Jisoo memanggil lengkap nama Jennie, Jennie menarik dagu wanita yang lebih tua darinya. Entah darimana keberanian itu muncul. Jennie menatap intens mata Jisoo, dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya. Melihat kearah bibir berbentuk hati milik Jisoo.

Dengan perlahan Jennie melumat bibir milik Jisoo, sedangkan Jisoo masih terdiam membeku akibat keberanian Jennie menciumnya. Tapi setelah itu, Jisoo pun mengikuti gerakan bibir milik Jennie. Malah kini tangannya sedang merangkul pinggang dan tengkuk leher milik Jennie untuk makin memperdalam ciumannya.

• bersambung •

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang