Chapter 11

989 117 0
                                    

Keduanya disibukkan oleh kegiatannya masing-masing. Jisoo sebagai seorang CEO membuatnya amat sangat sibuk dan itu membuatnya rindu dengan kekasihnya. Sedangkan Jennie, kini ia sedang terjun langsung ke lapangan atas perintah sang CEO yang merupakan kekasihnya. Jarak membuat keduanya tidak bisa bertemu, hanya berkomunikasi dengan via chat, telpon, maupun video call.

Seperti saat ini, wanita yang umurnya lebih muda dari kekasihnya kini keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuknya. Ia mengambil alat pengering rambut yang ia bawa dari tempat tinggalnya, dan mulai mengeringkan rambutnya. Mengingat betapa padatnya jadwal yang ia lalui hari ini, membuatnya beberapa kali menghela nafas panjang. Begitu lelah tapi ia tidak boleh mengeluh akan hal itu. Ia ingin menunjukkan jika dirinya memang bekerja dengan benar.

Setelah mengeringkan rambutnya, ia beranjak menuju meja kecil dekat jendela kamar inapnya. Membuat segelas teh hangat mungkin bisa menghilangkan letihnya sejenak, pikirnya. Ia seduh perlahan sambil mengamati pemandangan di luar jendela kamar inapnya, sesekali memejamkan kedua matanya, sambil menghirup aroma teh yang ia buat.

Jennie merindukan Jisoo, ia ingin menemui wanita anggun itu, tapi belum bisa. Hah, rindu itu sangat berat sekali untuk saat ini baginya.

Di sisi lainnya, wanita anggun itu sedang berkutat dengan dokumen di atas kasur besarnya. Ya, Jisoo sedang memeriksa beberapa laporan ya perlu ia lihat. Sesekali ia memeriksa sambil menyeduh kopi panasnya. Ketika sibuk seperti ini, Jisoo membutuhkan kafein agar membuatnya tetap membuka kedua matanya.

Sudah seminggu lebih ini keduanya tidak bertemu, membuat keduanya amat sangat merindu. Jisoo mempercepat menyelesaikan pengecekan laporannya. Dan segera membereskan dokumen-dokumen itu.

Setelah selesai ia segera membersihkan muka dan menyikat giginya. Lalu ia berjalan mematikan lampu kamarnya, dan membaringkan tubuh indahnya di atas kasur. Tangannya menggapai ponsel dan mencari kontak kekasihnya. Karena ia sangat rindu, ia mencoba untuk video call dengan kekasihnya itu. Berharap kekasihnya masih terjaga, dikarena sudah cukup larut ketika ia menghubungi kekasihnya itu.

"Hi Chagiya... nomu bogoshipo yo..." ucap Jisoo dengan memasang wajah keimutannya.

"Nado Jichu ya..."

"Mau tidur ya? Maafkan aku ya, baru bisa menghubungimu di jam segini."

"Iya, ini aku mau tidur. Tidak papa sayang."

"Aku baru saja selesai mengecek laporan. Hah pekerjaan ini membuatku gila, masa sampai tidak bisa menemui kekasihku yang seksi ini."

"Hahaha... sabar ne... Kita pasti bisa melaluinya, dan lagi pula hari Senin nanti aku sudah kembali ke Seoul. Kita bisa bertemu lagi bukan?" Ucap Jennie menenangkan kekasihnya yang dalam mood kekanakan.

"Aku harap jadwalku tidak padat minggu depan nanti. Apa aku harus segera menikahimu sayang? Sungguh berat sekali jauh darimu."

"Jangan bercanda, sayang." Jawab Jennie serius.

"Baiklah baiklah, jangan kaget jika aku benar-benar melamarmu ketika semuanya sudah siap. Hahaha..."

"Jisoo!"

"Okok aku hentikan. Btw bagaimana pekerjaanmu di sana?"

"Menyenangkan, bisa memantau langsung."

"Apakah ada pria yang menggodamu?" Jisoo bertanya dalam mode cemburunya.

"Ada beberapa, dan aku bersikap dingin menanggapi ajakan maupun rayuan mereka."

"Mereka? Lebih dari satu dong? Ah, aku harus lebih cepat melamarmu kalau begitu. Sudah menjadi kekasihku saja masih diganggu oleh pria-pria hidung belang."

"Astaga sayang, aku tidak menanggapinya. Percaya padaku."

"Aku percaya padamu sayang, tapi mereka? Pasti sedang berusaha mendapatkanmu. Tidak-tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku segera, dan menunjukkan bahwa Kim Jennie merupakan kekasih Kim Jisoo di depan semua orang segera."

"Sayang udah ih, dari tadi cemburu mulu. Jennie janji tidak akan terpengaruh oleh gombalan mereka semua. Jadi Kim Jisoo harus percaya ya..."

"Baiklah baiklah, tapi aku tidak janji jika ada kabar angin yang tidak enak terdengar olehku, maka aku langsung meluncur menemui kekasihku yang seksi ini."

"Terserah deh."

"Kok malah pundung sih sayang? Kan harusnya yang ngambek aku?" Ucap Jisoo tak terima.

"Kim Jisoo! Kita itu udah lama tidak berkomunikasi, masa sekalinya video call berantem sih..."

"Maaf maaf... apakah kekasihku ini memaafkanku?"

"Aku pikir dulu..."

"Yak... Kim Jennie!"

"Hahaha... tidak langsung beristirahat hmm?"

"Kok ngusir sih..."

"Sabar Jennie sabar... luarnya doang anggun, ternyata dalemnya benar-benar diluar dugaan." Ucap Jennie pelan.

"Aku dengar ya sayang... gini gini aku kekasihmu lho."

"Udah ih sana tidur, daritadi bikin emosi mulu. Bukannya kangen-kangenan layaknya pasangan pada umumnya."

"Kan antimainstream sayang... Hehehe... yaudah ya... kamu segera istirahat, jangan lupa mimpiin kekasihmu yang cantik ini..."

"Hmm..."

"Kok hmm doang sih..."

"Iya Kim Jisoo sayangnya Kim Jennie... love you, langsung tidur jangan lanjut hapean."

"Hehehe... love you too Kim Jennie kekasihnya Kim Jisoo yang amat sangat seksi, cantik, nan rupawan. Goodnight!"

Akhirnya mereka berdua mengakhiri Video Call. Jisoo tersenyum dengan tingkah yang ia lakukan tadi. Dan segera menarik selimutnya sampai menutupi leher, dan mulai memasuki dunia mimpinya.

• bersambung •

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang