⚠️🔞⚠️
Wanita bermata kucing itu terbangun lebih dahulu daripada kekasihnya. Dengan perlahan ia bangun dari kasur, dan meregangkan tubuhnya. Kemudian ia mengambil hoodie hitam yang ia lempar entah kemana akibat permainan keduanya semalam. Berjalan dengan perlahan ke dapur kecil membuat teh hangat. Ia merasa perih dibagian sensitifnya. Bagaimana tidak? Jisoo telah membobolnya tadi malam.
Wanita berambut hitam legam itu terbangun dari tidurnya. Terduduk sambil meraba kasur sebelahnya, mencari sang belahan jiwa yang sudah tidak ada di kasurnya.
"Sayang..." panggilnya dengan suara serak.
"Tunggu sebentar Ji, aku sedang membuat teh hangat." Jawabnya sedikit teriak. Setelah teh sudah selesai dibuat, ia berjalan kembali ke kasur. Melihat sang kekasih masih dalam balutan selimut dengan rambut yang sedikit berantakan. Jennie terduduk di pinggiran kasur sambil meminum sedikit demi sedikit teh hangat yang ia buat.
"Tidak membuatkan ku juga?" Tanya Jisoo sambil menunjuk teh hangat di tangan Jennie.
"Kamu mau?" Tanya Jennie. Dan Jisoo hanya menjawab dengan anggukan.
"Kemari..." perintah Jennie, menyuruh Jisoo untuk mendekat. Hingga kini posisi Jisoo berada di belakang Jennie, seolah mendekap kekasihnya. Jennie meminum kembali tehnya, tapi tidak ditelannya. Kemudian mendekatkan wajah Jisoo ke arahnya. Dengan sedikit memiringkan kepalanya, dan mendekatkan bibir mereka, Jennie memindahkan teh yang sebelumnya di dalam mulutnya ke mulut milik Jisoo. Jisoo tentu saja sedikit terkejut dengan adegan yang barusan terjadi.
"Bagaimana? Mau lagi?" Tanya Jennie. Jisoo tersenyum dan mengangguk lagi. Dan keduanya melakukan hal tersebut berulang kali sampai teh hangatnya habis.
Diletakkannya cangkir kosong itu di meja kecil samping kasur, lalu Jennie menyandarkan badannya ke dashbor kasur. Jisoo masih dengan posisi merangkul Jennie, melingkarkan kedua tangannya di pinggang kecil milik Jennie. Sesekali Jennie mengusap pelan kepala kekasihnya sambil mengecek grup kantornya.
"Sayang... tak lapar?" Tanya Jisoo sambil menenggelamkan mukanya ke perut Jennie yang berbalut hoodie hitamnya.
"Lapar, tapi aku tak ingin makanan berat."
"Pesan layanan hotel saja."
"Kenapa tidak memesan sendiri?"
"Ayo lah..."
"Yang nawari siapa, yang disuruh pesan siapa... Untung sayang..."
"Aku mendengarnya lho..."
Jennie memesankan makan siang untuk mereka berdua, karena sudah melewatkan jam sarapan maka untuk makan siang kali ini, ia memesan lebih banyak. Bagaimana tidak kelaparan? Apalagi mereka barusan melakukan hal yang cukup menguras tenaga. Sembari memesankan makanan, Jisoo dari tadi mencuri kesempatan mencium pundak kekasihnya. Mungkin bisa dikatakan candu, aroma tubuh kekasihnya sungguh memabukkan dan membuatnya ketagihan. Sesekali Jennie mendorong pelan kepala kekasihnya, karena ia merasa geli tapi... enak? Mungkin begitu menurutnya.
"Ji..." rengek Jennie, memberhentikan kelakuan Jisoo.
"Hmm?" Masih sambil menciumi leher jenjang kekasihnya.
"Kok kamu bisa ke sini di weekday gini? Gak sibuk?"
"Aku mau libur dulu, kerjaan aku alihin ke asistenku." Jisoo berhenti dari kegiatannya.
"Emang bisa gitu?" Membalikkan badan menghadap kearah Jisoo.
"Bisa dong."
"Kamu gak dingin?" Melihat Jisoo yang masih belum memakai sehelai apapun, hanya menutupi badannya dengan selimut.
"Itu tawaran untuk menghangatkan ku atau bagaimana?" Tanya Jisoo sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Menurutmu?" Jennie langsung memeluk tubuh kekasihnya, dan membuat Jisoo terbaring dibawah Jennie.
Jennie melumat bibir berbentuk hati milik kekasihnya itu. Decakan demi decakan keluar dari kedua bibir wanita itu. Tak luput juga, tangan lentik milik Jennie menyusuri badan kekasihnya. Mengambil kesempatan untuk meremas payudara kekasihnya, dan lenguhan kecil keluar begitu saja.
Ciuman Jennie berpindah ke leher jenjang milik kekasih, dan kembali meninggalkan jejak. Padahal lukisan indah yang ia buat semalam masih terlihat jelas disana. Jennie tau, jika kekasihnya itu jarang sekali menggunakan pakaian yang terbuka untuk memperlihatkan pundak indahnya itu. Berbeda dengan dia yang selalu tampil sedikit sexy menurutnya. Jadi Jisoo tidak akan membuat tanda kepemilikannya di leher indah kekasihnya.
Jennie terus bermain di leher dan pundak kekasihnya, sambil memainkan puting milik Jisoo yang sudah menegang. Ciumannya kini berpindah ke payudara kekasihnya, ia melahap dengan rakus seperti seorang bayi. Jisoo menjambak pelan rambut kekasihnya, dan semakin memperdalam kuluman.
"Jen...sshh...ah... kumohon, aku tidak tahan lagi..." ucap Jisoo yang sudah hampir dibatasnya.
"Kan baru mulai sayang, kok udah mau keluar sih..." Kesal Jennie. Akhirnya Jennie berpindah lebih menurun, mukanya di dekatkan ke arah milik Jisoo yang sudah becek.
Dengan sedikit usil, Jennie meniup vagina kekasihnya. Membuat si empunya berdesis pelan.
"Please sayang..." ucap Jisoo.
"Apa?"
"Masukkan jarimu..." Jawab Jisoo memohon.
Jennie mengecup pelan ke paha milik Jisoo dan sekarang menjilati vagina Jisoo yang sudah basah. Karena sudah basah, ciuman Jennie membuat lidahnya terpeleset dengan mudah masuk ke dalam milik kekasihnya. Tangan Jisoo mendorong kepala Jennie, agar lidahnya masuk lebih dalam.
Serasa cukup, Jennie berhenti menciumi milik Jisoo dan mengarahkan jari tengahnya masuk ke vagina kekasihnya. Ia menggerakannya perlahan dan semakin lama mempercepat temponya.
"Jen..sh.. aku.. akan keluar..." ucap Jisoo yang makin lama tubuhnya tidak karuan, dan cairan kental itu pun keluar.
Terdengar suara ketokan dari arah pintu. Mungkin makanan yang Jennie pesan sudah datang.
Jennie berjalan ke arah pintu, dengan rambut yang berantakan dan juga hanya menggunakan hoodie hitam sepahanya.
Petugas yang membawakan makanan tersebut terkejut melihat penampilannya. Dan tergagap saat berbicara dengan Jennie. Jennie masa bodoh dengan penampilannya sekarang ini.
Ia mendorong pelan meja makan beroda yang dibawa petugas tadi menuju ujung kasur.
"Sayang... makanannya sudah datang."
Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Jisoo berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Dan dilihatnya Jennie masih acak-acakan akibat ulahnya.
"Kamu menemui petugas tadi, dengan kondisi seperti itu?"
"Hmm" Jawab Jennie sambil mencomot makanan yang sudah tersedia.
Jisoo hanya bisa menghela nafasnya. Tidak habis pikir dengan kekasihnya yang usianya terpaut lumayan cukup jauh dengannya itu. Jisoo memaklumi, bagaimanapun juga ia harus lebih mengayomi kekasihnya walaupun untuk masalah ranjang Jisoo kalah dengan Jennie yang tenaganya masih kuat.
• bersambung•
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Summer Memories
FanfictionCerita tentang kita yang terpaut usia dan status. Memilikimu merupakan hal yang tak mungkin bagiku. FanFict about Kim Jisoo and Jennie Kim GxG ⚠️🔞⚠️ Slow update, harap bersabar 🥺 FanFict pertama Author tentang Kpop 🙏🏻 mohon maaf jika kurang berk...