Chapter 26

736 80 4
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Ketika mereka semua sampai di New Zealand, tempat di mana daddy dan mommy Kim tinggal, Jisoo kembali mengalami pusing dan sedikit mual, tapi tidak bisa memuntahkan isi perutnya.

Jennie semaki iba dengan keadaan kekasihnya, ia ingin acaranya diundurkan saja. Tapi tidak bisa, karena persiapan sudah sangat siap.

"Jisoo..."

"Ya?" Jawabnya lemas tidak ada tenaga.

"Gwencana?"

"Hmm... aku baik-baik saja, seharian ini aku istirahat saja di kamar. Besok pasti sudah lebih baik."

"Baiklah aku temani ya..." ucap Jennie sambil memeluk Jisoo yang sudah mulai memasuki pulau mimpinya.

*******************

Keesokan harinya, mereka semua sedang bersiap-siap. Tapi ada beberapa keadaan yang janggal menurut Jennie dan Jisoo.

"Dad?"

"Yes... my princess..."

"Kenapa ada pastor? Bukankah aku dan Jisoo bertunangan hari ini? Bukan menikah kan?"

"Rencana sudah diubah sayang, kedua orang tua Jisoo menginginkan kalian menikah dulu hari ini. Resepsinya akan dilakukan di Korea, dan tidak dalam waktu dekat, karena sepertinya ada berita bagus buat kami semua..."

"Berita bagus?"

"Benar... yaudah kamu udah siap?"

"Belum lah dad, kan sebelumnya bilang tunangan bukan nikah... aaaa bagaimana ini, aku semakin gugup."

"Kamu bisa sayang. Daddy percaya itu."

Dilain ruangan, Jisoo sedang menenangkan dirinya. Ia berusaha tidak tumbang hari ini, lagi-lagi pagi hari ini ia merasa mual dan pusing.

"Nak..."

"Eoh eomma..."

"Gwencana?"

"Aku merasa tidak enak badan lagi, eomma."

"Minum ini, maka mualmu akan sedikit berkurang. Dan ini hiruplah aromanya." Eomma Kim memberi botol kecil aroma terapi untuk menghilangkan mual dan rasa pusing Jisoo.

"Sudah sedikit baikkan?"

"Iya sudah sedikit hilang."

"Ayo, appamu sudah menunggu di depan."

***********************

Jennie sudah berdiri tegap menggunakan gaun pilihan Jisoo di depan altar. Sedangkan Jisoo benar-benar kaget dengan suasana saat ini, ini bukan acara pertunangan melainkan pernikahan.

"Appa..."

"Appa tau kamu pasti bingung. Tapi ini semua demi kebaikanmu, sayang... jadi, ikuti alurnya saja ya..."

Jisoo meremas lengan Appanya sangat keras, menandakan ia sangat gugup. Dan langkahnya terhenti ketika Jennie sudah di hadapannya.

"Jennie Kim Ruby Jane.... Appa percayakan anak kesayangan Appa kepadamu. Jangan membuatnya menangis seperti keadaan dahulu yang menimpanya. Appa sangat menyesal saat itu. Kali ini aku akan melepaskannya kepadamu."

"Ne Appa, Jennie berjanji tidak akan membuat putri kesayangan Appa menangis."

Jennie menuntun langkah kekasihnya berjalan ke arah altar. Keduanya mulai mengucapkan janji suci dan melakukan prosesi pernikahan.

Suasana di mansion milik keluarga Kim sangatlah ramai. Beberapa media menyiarkannya secara langsung, karena putri tunggal orang berpengaruh di dunia bisnis telah menikah.

Setelah prosesi pernikahan selesai, entah mengapa Jisoo hilang keseimbangannya. Jennie dengan sigap langsung menggendong tubuh Jisoo dan membawanya ke rumah sakit. Ia tidak ingin istrinya sakit. Jika bisa sakitnya dipindahkan ke dirinya saja.

Sesampainya di rumah sakit milik daddynya. Dokter dan perawat dengab sigap menangani Jisoo. Jennie menunggu di luar ruangan sambil berjalan mondar-mandir, jemarinya ia rapatkan dan mengucapkan beberapa doa agar istrinya tidak kenapa-napa. Saat menunggu, daddy, momm, appa, eomma sudah tiba dan ikut menunggu kabar pemeriksaan Jisoo.

Setelah dokter selesai mengecek keadaan Jisoo, dokter memanggil suami dari Jisoo tapi Jennie mengatakan ia adalah istrinya. Ya pernikahan sesama perempuan, dan dokter itu mengerti dan mengajak Jennie masuk ke dalam ruangan.

"Setelah ini biarkan istrimu istirahat yang cukup, karena ia membutuhkannya. Dan berikan banyak makanan bergizi, dan ini tolong ditebus di apotek. Saya memberikan beberapa vitamin dan obat penguat kandungan karena usianya masih terlalu dini."

"Pardon?" Sela Jennie masih bingung.

"Selamat Mrs.Kim, anda akan menjadi orang tua. Tadi saya melihat riwayat kesehatan istri anda, dan ternyata beberapa bulan yang lalu kalian telah melakukan program IVF. Dan saya ucapkan selamat sekali lagi. Ini hasil cetak USG yang barusan kami lakukan."

"Dok, ini kok ada empat titik?"

"Anda akan menjadi orang tua dari quadruplets Mrs.Kim."

"Apa?!"

"Selamat, kalau begitu saya permisi."

Entah mengapa Jennie langsung menangis, ya itu adalah tangis kebahagiaan yang ia terima bertubi-tubi hari ini. Dengan langkah gontai ia keluar menuju ruang tunngu.

"Jen? Apa kata dokter?" Tanya Appa Kim.

"Huuuaaaaah...." Jennie semakin menangis.

"Yak pabo! Kenapa semakin menangis!" Bentak daddy kim yang begitu keras mendidik anaknya.

"Daddy... Jennie bakal menjadi mommy..."

"Sudah daddy duga, itu berita baik Jennie-ya... Yasudah, kamu temani istrimu dulu di dalam, sini resepnya biar daddy tebus."

"Selamat sayang..." ucap para ibu yang langsung memeluk Jennie. Sedangkan Appa Kim pergi menemani daddy Kim.

"Kalau begitu mom dan eomma pergi membeli makanan untuk kalian dulu ya. Jaga Jisoo di dalam."

Jennie melangkahkan kakinya menuju ranjang di mana Jisoo masih tertidur lelap. Ia mengecup lama dahi Jisoo untuk menyalurkan rasa bahagia yang ia dapatkan hari ini. Jisoo perlahan mengerjapkan kedua matanya.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Hmm, masih sedikit pusing. Di rumah sakit?" Tanya Jisoo ke Jennie.

"Iya, kamu tadi pingsan sayang..."

"Apa kata dokter?" Jennie segera memberikan hasil pemeriksaan USG yang diterimanya sebelumnya.

"Jen?"

"Hmm?"

"Kita berhasil?"

"Iya sayang, kita berhasil. Langsung dapat 4."

"Omo?!"

"Aku akan menjaga kalian sekuat tenaga."

"Jennie... apa ini nyata?"

"Iya sayang, kamu akan menjadi eomma setelah ini."

"Empat, jen?"

"Iya sayang, bayi kita ada empat yang sekarang sedang bertahan di dalam perutmu. Jadi, aku mohon dengan sangat. Makanlah yang teratur ya... jika menginginkan suatu makanan langsung katakan padaku."

"Aku akan menjadi eomma?"

"Iya eomma jichu." Jisoo menarik lengan istrinya dan langsung memeluknya.

• bersambung •

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang