Chapter 5

1.5K 167 6
                                    

⚠️🔞⚠️

Author pov

Jennie memasukkan jari tengahnya ke milik Jisoo. Jeritan kesakitan keluar dari bibir Jisoo, Jennie tentu saja panik dan dengan spontan menarik jarinya kembali.

"Ouch..."

"Eonnie... gwencana?"

"Humm... gwencanayo..." diakhiri senyuman oleh Jisoo, seolah memberitahu bahwa dirinya tidak papa.

"Aku masukkan lagi ya..." Ucap Jennie, dan Jisoo hanya mengangguk pasrah.

Kalian tau, ini merupakan hal pertama yang lakukan oleh Jisoo juga. Jisoo tidak pernah melakukan dengan mantan suaminya. Jisoo selalu menolak, jika suaminya meminta haknya tersebut. Jisoo hanya ingin melakukannya dengan seseorang yang ia cintai. Dan malam ini tiba saatnya. Ia melakukannya dengan Kim Jennie. Seseorang yang ia cintai beberapa tahun lalu oleh pandangan pertama.

Jennie memasukan jari tengahnya perlahan, Jisoo tetap melenguh kesakitan. Jennie memberikan waktu jeda, membiarkan jarinya di dalam sana. Saat Jisoo sudah mulai tenang, Jennie mengeluarkan dan memasukkan jarinya dengan tempo perlahan. Lenguhan kesakitan yang dikeluarkan oleh Jisoo sebelumnya perlahan berubah menjadi kenikmatan yang dirasakannya.

Jennie mempercepat tempo jarinya, sampai membuat Jisoo merancu kenikmatan yang tiada tara melebur di tubuhnya, dan jangan lupa ia selalu mendesah memanggil nama Jennie. Jennie tentu saja bangga dengan itu. Jennie makin mempercepat temponya, sampai...

"Jen...ah..ha...a..aku.. akan sam..pai..." ucap Jisoo terbata-bata.

Jennie dengan cepat mengeluarkan jemarinya, dan menempelkan miliknya pada milik Jisoo. Ia menggesekan miliknya dengan tempo yang cepat pula untuk mendapatkan kenikmatannya bersama seseorang yang ia cintai.

"Eonnie... bersama..."

Jisoo pun membantu menggerakan pinggulnya untuk menggesekan miliknya itu, agat mencapai kenikmatannya bersama. Setelah beberapa waktu. Akhirnya mereka keluar secara bersamaan.

Jisoo membiarkan tubuhnya menindih tubuh Jennie. Jennie memeluk erat pinggang milik Jisoo. Dan mereka berdua pun tertidur setelah melakukan hal itu.



Jennie pov

Aku mengerjapkan kedua mataku, senyumanku ketika mengembang. Bagaimana tidak, jika seseorang yang kau cintai ada di depan matamu. Ya, Kim Jisoo masih tertidur pulas menindih di atas badanku. Ku usap lembut helaian rambutnya yang menutupi wajah cantiknya.

Gerakanku membuatnya terbangun. Lucu sekali, ekspresi mukanya ketika mengerjapkan matanya.

"Pagi Eonnie..."

"Pagi..."

"Bangunlah Eonnie, dan segeralah membersihkan tubuhmu. Aku akan menyiapkan sarapan untuk kita."

"Jen... tentang semalam..." Ucapnya malu, dan enggan bangun dari badanku.

"Kau malu Eonnie...?"

"Hum..."

"Kiyowo... Yuk bangun, atau perlukah aku menggendongmu ke kamar mandi?"

"Tidak perlu." Jawab Jisoo, dan ia segera bangun dari tubuhku. Kemudian ia terduduk sejenak di pinggiran kasur. Lalu ia mengambil selimut yang berada di atas kasur untuk menutupi tubuh indahnya.

Aku pun bangun dan mengambil baju sekenanya yang berada di tumpukan paling atas dalam lemari pakaianku. Lalu membersihkan baju yang kami lempar entah di mana. Tentu saja aku menyiapkan gaun dress selutut untuk Jisoo. Ya wanita itu nampak anggun mengenakannya.

"Eonnie... Bajumu sudah ku siapkan di atas kasur. Handuknya aku letakkan di handle pintu kamar mandi ya." Ucapku sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Aku pun beralih ke dapur sederhanaku, menyiapkan sarapan sederhana untuk kita. Dengan telaten aku membuat sarapan sederhana ini. Ketika sarapan sudah siap, Jisoo keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Aku segera mendatanginya.

"Eonnie... Kemarilah, aku akan membantumu mengeringkan rambumu." Jisoo menurut.

"Apakah kamu tidak mandi terlebih dahulu Jen, biarkan aku sendiri mengeringkan rambutku."

"Tidak, aku akan mandi setelahnya. Jarang-jarang aku melakukan hal ini untukmu."

Setelah rambutnya kering, aku menyuruh Jisoo ke meja makan sederhana milikku. Dan aku segera mandi.

"Maaf menunggu lama."

"Tidak juga, mari sarapan."

"Jen..."

"Nde eonnie..."

"Panggil namaku ketika, kamu bersamaku."

"Baiklah Jisoo."

"Bagus."

Aku dan ia melahap sarapan kami dengan tenang. Tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Setelah itu, Jisoo menawarkan diri untuk membersihkan sisa sarapan kami. Akupun mengiyakan, dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

"Jen, berangkat bersamaku ya..."

"Tapi Ji... Bagaimana jika karyawan lain melihat kita."

"Kau menolak?"

"Bukan begitu, aku tak mau membuat namamu menjadi jelek di mata bawahanmu Ji..."

"Baiklah."

"Aku tetap berangkat bersamamu, tapi turunkan aku di halte depan kantor. Tidak di depan lobi, ok?"

Jisoo tersenyum dan mengangguk. Dia tampak senang dengan usulanku.

"Kita berangkat sekarang?" Tanya Jisoo

"Ya."

• bersambung •

Sweet Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang