05

33 18 13
                                    

“Banyak orang membenci hujan karena berbagai alasan, sampai mereka lupa bahwa mereka juga membutuhkan hujan” -aneska-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Banyak orang membenci hujan karena berbagai alasan, sampai mereka lupa bahwa mereka juga membutuhkan hujan”
-aneska-








"Yaudah bapak saja yang bertanya"

Seisi kelas membeku seketika mendengar tuturan kata pak wahid barusan.

"Be-bentar pak" sahut Rio berdiri dari bangkunya, "Bukan nggak mau bertanya pak, cuma.. Kita mau bertanya tapi masalahnya kami nggak tau yang mana mau ditanyakan karena satu materi pun nggak ngerti pak hehe" Rio mencengir kikuk menggaruk-garuk tekuk lehernya yang tidak gatal

Pak wahid menarik nafas memijati pelipisnya, pusing. "Yang lain nggak ada mau bertanya?" pak wahid menelusuri seluruh ruangan berharap ada yang bertanya setidaknya satu orang saja

"saya pak!"

Seisi kelas dibuat bungkam sekaligus kaget dengan aneska yang tiba-tiba mengangkat tangannya lalu berdiri dari bangkunya.

"silahkan aneska" 

"Bagaimana pengaruh negatif dari sistem poli—"

Kringg!!!

"YEAH!!!"

Teriak seluruh siswa serentak tanpa aba-aba menggendong tas masing-masing. 

"Terima kasih paaakkk!!" sahut kami sekelas, lalu bergegas keluar ruangan kelas.

Sementara Pak wahid tampaknya hanya bisa pasrah. Melihat kelakuan kami sekelas

"Mau pulang bareng nggak?" tanyaku pada Aneska yang sudah siap dengan tas di punggungnya

Aneska cukup tersentak kaget. Befikir sejenak, "Hm tap…"

"Gua traktir deh!" 

Ia masih berfikir tentang tawaranku, 

Aku seorang yang tak suka menunggu, "Ayok deh" menarik tangannya, rasanya kesabaranku sudah habis hanya untuk menunggu jawaban darinya.

°

Aku dan Aneska jalan berdampingan menuju gerbang dengan tangan mungil yang masih kukuh ku genggam. Tentu menggundang gunjingan para siswa, apalagi sekarang waktu pulang sekolah. 

Aku memegangi tangan kanan Aneska dan tangan satunya memegangi tongkat miliknya. Aku sudah menyuruhnya untuk percaya, tapi ia masih kukuh memegangi tongkatnya.

"Wih ada kembang gula.. Mau beli?" tawarku pada Aneska

Ia tersenyum manis khasnya lalu mengangguk tanpa menoleh.

"Mas! Beli dua gratis satu ya?" 

"Ng-nggak mas! Bercanda kok hehe" seru Aneska menyengir, menyenggol lenganku dengan sikutnya.

Hiraeth [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang