12

3 0 0
                                    

Aku mendekapnya membawanya kedalam pelukanku.

"Leo?" lirihnya

Lagi-lagi dia bisa menebakku, tapi aku tak peduli kali ini.

Sepersekian detik aku mendekapnya dan dia diam sama sekali tidak memberontak. Perlahan aku merasakan bahunya naik turun tak beraturan. 

Ia menangis. 

Itulah yang harus ia lakukan. Aku tahu, senyumannya selama ini itu palsu. Meskipun aku tak tahu sebenarnya apa sedang terjadi. 

Aku ingin berada disampingnya lebih lama. 



°°°Hiraeth°°°



Kring!!

"Heyyo..." sapa Ryan menggantung begitu melihat keberadaan Devano.

Dari penampilan dapat di lihat Devano sedang tidak baik-baik saja. Ia tak tahu semuanya sekacau ini. 

"Daf, pesan yang biasa yak" pesan Ryan pada Dafa yang kebetulan sedang bekerja membantu ayahnya karena kafe sedang ramai

"Okee"

Daripada duduk disamping Devano, Ryan memilih duduk tepat dimeja belakang kursi Devano. 

Untuk beberapa saat tak ada pembicaraan. Entah apakah Devano yang benar-benar tidak menyadari keberadaan ryan. 

"Lo udah hubungin Leo?" Ryan yang pada akhirnya membuka pembicaraan 

Devano sedikit tersentak, tapi tak membalikkan badannya sama sekali.

Daripada menjawab, Devano hanya diam tak berkutik. 

Ryan menghela nafas panjang. Ia sudah menebaknya ego Devano terlalu tinggi untuk itu. 

"Jadi lo mau hubungan kita hancur cuma gara-gara—"

"Cuma gara-gara? cuma?" sela Devano, 

"Raditya Ryan!!" panggil Dafa,

"Gua harap lu segera hubungin Leo. Gua ga mau hubungan kita jadi hancur CUMA gara-gara masalah itu... " ujar Ryan menekankan kata-katanya. beranjak berdiri mengambil pesanan  "Makasih"

"Lu mau kemana?" tanya Dafa melihat sahabatnya berjalan kearah pintu keluar. 

"Mau cari angin dlu, dluan ya..." 

Kring kring!!

Suara lonceng dipintu kafe milik Dafa, begitu Ryan membuka pintu untuk keluar. 

Ia merasa tak ada gunanya bicara dengan Devano.. 


Tak

tak

tak


"RYAN!!" 

Ryan membalikkan badannya dengan cepat, melihat Devano yang sedang mengejarnya dari belakang.

"Ngapain?" tanya Ryan dingin

Devno berhenti tepat di depan Ryan. Membungkuk memegangi lututnya. Nafasnya tersenggal karena lari untuk mengejar ryan. 

Bruuk!!

Devano memukul Ryan, 

Tentunya menarik semua perhatian orang-orang yang sedang berada di jalanan itu.

"Lu pikir, itu cuma? CUMA LU BILANG?!!" teriak Devano semakin tak terkendali, 

Ia menarik kerah baju Ryan, mendekatkan wajahnya seolah menantang. 

Hiraeth [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang