08

7 0 0
                                    

"VANOO!!!"

Bruuummmm

Ia kembali menancap gasnya, menyalip setiap kendaraan didepannya.

"Vano!!" teriakku namun makin diacuhkannya lagi

Bruuummm

Ia menambah kecepatannya terus menyelip kendaraan didepannya. Kini kecepatan kami hampir mencapai 80 Km/jam. Menyalip tiap kendaraan di depannya tak peduli keselamatannya.

Ntah, tapi rasanya sesuatu akan terjadi. Aku sedikit panik.

Sssttttttsss

Lampu lalu lintas tiba-tiba berubah menunjukkan warna merahnya. Dengan cepat menarik rem segera berhenti. Namun tidak dengan Devano yang berhasil menerobos.

"Leo!! Devano mana?"

Terdengar suara teriakan dari mobil dibelakang motorku. Gilang yang menyetir mengeluarkan kepalanya hingga setengah badannya.

Aku menggeleng gusar. Ya, aku tertinggal.

"Leo mendingan lu naik buruan!!" titah Ryan

Memarkirkan motor Ryan ditepi jalan lalu melesat masuk kedalam mobil Gilang. Hingga lampu lintas kembali menunjukan warna hijaunya dengan cepat Gilang menancapkan gasnya menuju lokasi tempat erlangga

°

Gilang memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari lokasi yang ditentukan namun kami masih bisa memantau keadaan dilokasi. Tampak enam buah motor sport dengan berbagai tipe terparkir rapi tepat di samping gudang, lokasi yang sudah disiapkan Kak Satria. Tempat yang tidak pas untuk kumpulan moror sport. Kak Satria satria benar-benar menyiapkannya dengan matang.

"Tapi.. Dimana Erlangga?" tanya Gilang. Celingak-celinguk memicingkan matanya fokus pada bangunan gudang.

Sejak kami datang Erlangga sama sekali tak terlihat hanya enam buah motor sport dan pemiliknya masing-masing bahkan Kak Satria juga tak menampakkan diri sejak kami datang. Kami sampai ragu, apa ini sudah benar lokasi yang dijanjikan.

"GUDANG!! Ya gudang!" pekik Gilang menyadarkan kami

"Kita harus kegudang sekarang juga!"

Ya, mungkin saja Erlangga dan Kak Satria tengah di gudang sekarang. Kami melepas sabuk pengaman lalu hendak membuka pintu.

"Tunggu! Tunggu sebentar lagi" tahan Ryan tangannya mengudara memberi syarat untuk tidak bergerak.

"Apaan sih bego! Nanti si Erlangga babak belur dalem!" -Gilang

"Kalo kita turun lebih bahaya! Kita kalah jumlah woy!" balas Ryan. Berfikir sejenak, yang dikatakan Ryan memang benar. Kami memutuskan mengikuti perkataan Ryan dan menunggu didalam mobil lebih lama. Hingga akhirnya Dafa berhasil menyusul kami disekitar lokasi dengan mobilnya


Duk


"EH SAPI!! SAPI!!"

Dafa yang tiba-tiba datang membuka mobil, siapapun pasti terkejut. Kepalanya hampir seutuhnya masuk kedalam mobil tapi badannya masih diluar.

"Eh lu kalo mau masuk ketuk dlu_-" gerutu Gilang sang pemilik mobil. Berbalik hampir ingin menampar dafa jika saja tak ditahan Ryan

"Iye iye.. Mau gua ulang lagi nih?? Ketuk pintu lengkap dengan salamnya?" dafa mengeluarkan kepalanya hendak menutup kembali pintu. Sesuai perkataannya ia mengulangnya dan tak lupa dengan ketukan. "Btw.. Devano mana?" tanya Dafa masuk kedalam mobil memperbaiki posisi duduknya.

Hiraeth [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang