06

14 8 32
                                    

"janji ini mengikatku pada dunia yang kejam"



Tutt...

Panggilan terputuskan sebelah pihak.

Aku tak tahu, tapi sepertinya Erlangga serius soal hal ini. Tapi dari mana dia dapat nomorku? Mungkin saja Devano yang satu kelas dengannya memberi tahunya.

Apa aku harus pergi sekarang? Bagaimana dengan Aneska? tapi Erlangga sepertinya juga sangat serius.

Aku menghampiri Aneska yang masih menunggu disamping pintu mobilnya. Menghampirinya sambil mengulum bibirku, rasanya tidak enak untuk menolak tapi masalah Erlangga..

"Ada janji ya?" tanya Aneska tiba-tiba

Ntah dari mana ia tahu. Aku sampai ragu dia tidak benar-benar seorang tunanetra.

"Sorry.. Gua janji kok lain kali klo ada waktu-"

"Iya gak apa-apa" selanya sambil tersenyum. Kemudian masuk kedalam mobilnya dibantu bodyguard wanitanya.

Setelah menunggu mobil Aneska jalan lebih dulu. Dengan segera aku berlari menuju parkir motor, membanting stirku lalu dengan segera meninggalkan area sekolah.

°

"Datang juga lu" ujar Erlangga yang duduk disalah satu bangku lapangan. Ia memakai baju olahraga lengkap dengan sepasang sepatu bolanya layaknya seorang pemain futsal. Juga tampak berkeringat.

"Ngapain lu panggil gua?"

"Duduk dlu napa.." sungut Erlangga masih pada posisinya sambil meneguk beberapa kali minuman botolnya

Aku memilih duduk dibangku yang sama dengan memberi jarak. Menunggunya seperti orang bodoh

"Lu suruh gua kesini cuma buat liati-"

"Eh lang!!" panggil Chelsea tiba-tiba datang di sudut ruangan dengan handuk kecil di tangannya. Ia berjalan mengarah ke erlangga lalu membantu menyeka keringat erlangga.

Ok, sekarang ganti profesi jadi obat nyamuk_-

Ekhhmm

"Eh AYAM!! Ngapain lu situ?!"

"Eh gua udah disini dari abad kemarin" ketusku, "Erlangga lu manggil gua cuma buat jadi obat nyamuk?"

"Buset tunggu dlu napa.."

"Gua udah seabad disini.. Dah gua mau pergi.." mengendong tasku hendak pergi namun sebelum itu...

Duggh

Sebuah bola mengenai kepala belakangku cukup keras, siapa lagi jika bukan erlangga yang melemparnya.

"Dibilang tunggu ya TUNGGU!" teriak Erlangga menghampiriku yang sudah berdiri ditepi lapangan futsal.

Ia mengutak-atik ponselnya lalu menyodorkannya kearahku. Terlihat sebuah pesan singkat dari nomor tak dikenal

085 XXX XXX XXX

Gua bakal tunggu lo selesai ujian semester
di dekat gudang jalan XX. Dan lo nggak
boleh lupa taruhan kita!
From: satria

Hiraeth [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang