Epilog?

2 0 0
                                    

"Turun..."

Brak!

Menutup pintu dengan keras. 

Lalu, aku menyusul turun dari mobil. 

Kami sampai pada sebuah jalan tepat di tepi jurang dengan pagar pembatas terputus karena.. Tabrakan. Persis seperti di mimpi itu

"Itu.. " ujar Erlangga tiba-tiba, "Mobil Sandra tepat menambrak pembatas jalan. Tapi hanya Aneska yang selamat" sambungnya, mengepal kedua tangannya dalam-dalam. Ada kebencian didalamnya. 

Aku masih diam tak berniat menyela.

"Seperti yang lu tau. Sandra, Chelsea, dan Aneska bersahabat duduk di bangku smp. Dulu Aneska hanya anak yang sempurna. Tapi karena kecelakaan itu, dia menjadi buta."

Aku tak begitu terkejut saat mendengar kata terakhir dari Erlangga.

"Ada lagi yang mau lo tau?"

Erlangga melemparkan sebuah pertanyaan, mengejutkanku dari lamunan. Aku harus memastikan semuanya. Tak boleh ada yang terlewatkan. 

"Kenapa lo benci Aneska tanpa alasan?"

Erlangga mendecih. "Tanpa alasan?" kembali melemparkan pertanyaan. "Lo tau kan? Penjahat tidak akan pernah mengakui kejahatannya. Sama halnya dengan Aneska"

Jawabannya pun sama persis hanya saja harinya berbeda.

sampai aku tak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang kenyataan.

"Ikut gua" kataku seraya mengambil kunci mobilku kembali, masuk kedalam mobil mengambil alih stir.

Dan Erlangga turut ikut masuk kedalam mobil agak sedikit... 


°


"Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa pasien kecelakaan di jurang dua tahun yang di tangani di rumah sakit ini?"

Suster mengulum bibir, berfikir sejenak. "Iya benar" jawab suster, mengangguk. 

Sejenak aku melihat kearah sekitar, apa chelsea juga akan datang seperti mimpi di hari itu.. 

"Kalau begitu, apa kami bisa lihat data penanganan terakhir pasien?"

"Maaf, data hanya bisa dibuka oleh keluarga pasien" jawab suster 

Chelsea tidak datang. Jadi.. 

"Kalau begitu.. terima kasih sus..." kataku, lalu berbalik. Menarik Erlangga di belakang ku. 

"Lu mau kemana anj*ng?!" bisik Erlangga. Masih ku tarik dari depan.


Tap 


Tap 


Tap 



Kami berjalan jauh, katanya pintu bawah tanah ada di belakang. Seiring perjalan dan koridor yang sepi, dengan cepat kami mengurangi jarak. Tapi berbeda, kali ini kami hanya berdua. Tak ada Chelsea disini

Kami melanjutkan perjalanan, hingga sampai di pintu masuk ruang bawah tanah. Kebetulan hanya satu penjaga yang sedang bertugas. 

Penjaga dengan cepat berdiri ketika kami datang.

"Kami.. Mau cari data penanganan terakhir pasien kecelakaan dua tahun lalu" 

"Maaf tapi..." 

Aku sudah menebak akan terjadi ini. 

Aku kembali harus mengutak-atik ponselku. 

📞: "Halo leo"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hiraeth [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang