Sudah Satu jam berlalu. Aneska tak kunjung sadar.
Baik Devano, Dafa, Gilang, Ryan dan juga Lisa masih setia menunggu Aneska yang terbaring lemas di atas bangsal rumah sakit. Masih tak ada tanda-tanda yang di tunjukkan Aneska.
Ryan dan Lisa duduk bersama di sofa ruangan, Gilang dan Dafa berdiri bersandar pada dinding di dekat pintu menunggu temannya itu sadar. Sementara Devano tengah duduk tepat di samping bangsal Aneska, menundukkan kepalanya tepat di lengan kanan Aneska. Bahkan wajahnya ikut pucat karenanya.
Dafa dan Gilang beberapa kali menawari Devano untuk istirahat, begitu wajah deva1no begitu pucat. Tapi Devano menolak tanpa bersuara.
Mereka sama sekali tidak percaya apa yang ia lihat di depannya. Tentu saja sikap Devano ini tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
"Lisa, udah malam. Gua akan antar lu pulang, yuk!" ajak Ryan pada gadis yang sudah berstatus sebagai kekasihnya
Lisa ingin menolak dan memilih untuk ikut menjaga Aneska di sana. Mengingat hanya ia perempuan di sana. Lisa bisa saja untuk meminta izin pada ibunya hanya saja.. Ryan tidak akan mengijinkannya. Dan Lisa tak ingin mencari keributan di sana
Lisa mengangguk, menarik tas selempangnya yang tergeletak di atas sofa.
Ryan berjalan lebih dulu melewati Dafa dan Gilang yang masih berdiri di samping pintu ruangan. Begitupun Lisa mengikuti Ryan dari belakang.
Srek
Lisa masih berdiri memegang gagang pintu yang sudah terbuka hampir setengahnya.
Lisa menoleh, kembali melihat gadis seumurannya yang masih tergeletak lemas diatas bangsal. Menggigit bibir bawahnya sendiri. Mengingat kejadian hampir sejam lalu itu membuatnya bersalah.
"Lisa?"
Suara Ryan itu menyadarkannya dari lamunan. Lantas menoleh melihat kekasihnya yang sudah sedari tadi berdiri dibalik pintu. Kemudian tersenyum, mendorong pintu agar terbuka lebih lebar.
Sepanjang perjalanan di koridor rumah sakit Lisa di hantui oleh rasa bersalahnya.
"Lisa?"
"...!?"
"Kenapa lagi?"
"Oh? Gapapa kok!" lis2a melemparkan seulas senyum tipis di bibirnya. "Ngomong-ngomong kamu naik apa?"
"Tada!" ryan mengeluarkan kunci mobil dari sakunya, "gua pinjam mobil Gilang bentar" sambungnya
Lisa terkekeh kecil, tak ada yang lucu. Hanya saja sikap Ryan yang seperti ini..
Sepanjang perjalanan Lisa kembali melamun. Tentunya Ryan merasa ada yang salah dengan kekasihnya itu
"Lisa..."
Lisa tak menjawab, menatap ke arah jendela. Mereka terjebak macet
"Kenapa lagi si?" tanya Ryan, mulai kesal akan sikap Lisa
"Ah apa??"
"Kenapa ngelamun?"
"Ryan, kamu ga mau nanya tentang yang terjadi di kafe tadi?"
Benar, Ryan sama sekali tidak kepikiran tentang itu. "Memangnya apa yang terjadi di kafe?" tanya Ryan, menoleh ke arah gadis di sampingnya. Tapi tidak dengan Lisa yang masih menatap ke arah jendela.
"Ryan. Aku ini orang jahat ya?"
Ryan menyergit, berusaha mencerna pertanyaan yang baru di lontarkan Lisa. Sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [on Going]
RandomKisah seorang pemuda yang "cacat?" bertemu dengan gadis tunanetra yang menjadi sasaran bully disekolahnya. Yang masih menjadi teka-teki penyebab kebutaan gadis itu. Akankah sang pemuda bernama leo berhasil membongkar teka-teki ini, dan menyelamatkan...