"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."
© Story of "Wahai Azarine" by @NailaAfra
•••
"Kenapa tidak mau lepas?"
Keluh seorang perempuan bernama Anita Cendana. Dia mencoba memutuskan tali tambang yang mengikat pergelangan tangan serta tubuhnya di kursi kayu. Dia telah disekap, dikurung dalam rumah gubuk di pedalaman hutan.
Anita mendongakkan kepala. Dari genting yang berlubang, bulan menampakkan diri, sedangkan udara malam menyelinap masuk melalui dinding yang rapuh dan berlumut.
"Cepat! Ayo cepat."
Dia menyemangati diri saat berusaha memutuskan tali tambang dengan pisau bedah kecil yang sempat dia selundupkan.
"Aku harus bergegas sebelum mereka datang," tambahnya lagi.
Kedua mata bernetrakan coklat jernih itu menatap penuh takut pada pintu, berharap para anggota kelompok kriminal bersenjata yang menculiknya tidak memergoki tindakannya untuk melepaskan diri.
"Tuhan Alam Semesta, tolonglah aku," serunya, menyentak-nyentakkan tangan di kursi yang mengikat tubuhnya.
Penampilan Anita sangat memprihatinkan.
Sudut bibirnya berdarah. Pipinya memar, sudah tak terhitung berapa kali telapak tangan milik pria bernama Otris Calvis menampar wajahnya. Orang itu sama sekali bukanlah manusia.
"Berhasil!"
Anita menghela napas lega saat tali tambang terputus. Untuk berjam-jam yang dia habiskan melepaskan diri, dia menggoreskan banyak luka di pergelangan tangannya.
"Harus pergi sekarang," gumam Anita lagi. "Aku harus melarikan diri."
Dia mengedarkan pandangan ke sekitar. Rumah kayu ini dijaga ketat. Di luar pintu, Anita yakin gerombolan penjahat itu pasti menghadangnya. Hanya satu jalan keluar yaitu memanjat dan keluar melalui atap berlubang.
Tanpa berpikir panjang. Anita menaiki tumpukan kayu dan memanjat ke atap meskipun seng berkarat menggores lengannya. Kerudung merah yang menutupi kepalanya terjatuh ke pundak saat angin berhembus.
Anita berhasil menaiki atap rumah kayu tempat dia disekap. Kedua matanya dengan bebas leluasa menjelajahi hutan yang menjadi markas persembunyian kelompok kriminal bersenjata yang menculiknya dari Desa Baluka.
"Ayolah Anita! Kamu pasti bisa."
Sejenak Anita ragu untuk melompat dari atap, namun saat dia mendengar pergerakan di dalam rumah dia tidak bisa mengurungkan niatnya lagi.
"Tuhanku!"
Perempuan itu terjatuh di tumpukan daun kering. Bibirnya melontarkan keluh sakit saat nyeri menjalari pergelangan kaki.
"Jangan sekarang. Tidak ada waktu untuk sakit! Aku harus pergi dari sini. Aku tidak mau mati di tangan manusia bejat itu."
Anita memaksa tubuhnya berdiri dan berlari. Meskipun kakinya yang terkilir menjadi penghambat dan membuat jalannya pincang.
"Desa Baluka pasti berada di bawah gunung, aku harus turun sekarang."
Dan benar!
Mereka akhirnya menyadari.
"MELARIKAN DIRI! PEREMPUAN ITU KABUR! DOKTER ITU!"
Teriakan keras memecah keheningan malam dan membuat Anita semakin mempercepat larinya.
"Ah!"
Anita terjatuh tersungkur, kakinya tersandung batu, kedua telapak tangannya langsung tergores oleh bebatuan cadas dan mengeluarkan darah.
"DIA LARI KEARAH SANA."
"KEJAR! JANGAN SAMPAI LEPAS."
"KALIAN TIDAK BECUS! BIAR SAYA SAJA YANG MENANGKAPNYA!"
Suara terakhir itu membuat Anita lekas berdiri lagi. Sosok pria yang berjalan menghampiri menjadi mimpi buruknya.
"Dia! Tidak, aku harus pergi." Anita menggelengkan kepala frustasi.
Dia berlari kembali, menuruni gunung dengan cepat dan melintasi pepohonan yang rantingnya terus menggores tajam tubuhnya.
"Jangan lari Dokter! Menyerah saja. Tenang! Saya tidak membunuh Anda," seru OtrisCalvis.
Sosok pengejar, bernama Otris Calvis mengikuti Anita berlari.
"Kembalilah pada Calvis. Anda lebih aman bersama saya. Di hutan ini, babi hutan saja bisa membunuh Anda," bujuknya.
"Calvis bangsat!" Anita mengutuk.
Apa pemimpin kelompok penjahat itu berpikir Anita akan menyerahkan diri dengan mudah?
Apa Otris Calvis? Lelaki yang mengaku tidak memiliki negara akan berpikir Anita ikut dengannya suka rela?
"Jangan harap!" sahut Anita keras dan semakin memperlaju larinya. "Lebih baik saya mati daripada harus ikut dengan Anda."
"Kalau begitu sangat disayangkan. Saya harus melumpuhkan salah satu kaki Anda." Otris menyeringai, dia mengarahkan pistol tanpa ragu. "Kaki cantik itu tidak akan pernah bisa mengenakan sepatu merah lagi."
Suara letusan terdengar keras dan bergema, membuat penghuni hutan panik bahkan para kelelawar segera terbang ke angkasa.
Anita terjatuh.
Dia terdiam sejenak. Tubuhnya merasa dingin, keringat membasahi wajahnya. Dia segera menutup kedua telinga saat lontaran peluru membelah langit malam. Berondolan peluru yang tiada henti membuat Anita menelungkupkan tubuhnya hingga kening menyentuh tanah.
Sumpah serapah menyahuti, teriakan amarah menyelingi.
"BANGSAT! DIA MENYUSUL KEMARI. DIA BERHASIL MENGEJAR KITA," teriak Calvis.
Kemudian tubuh Anita ditarik paksa, sangat kuat sehingga membuat kedua kakinya menginjak tanah lagi. Dan di bawah sinar rembulan yang menjadi satu-satu penerang, dia melihat sepasang bola mata yang balas menatapnya.
"Letnan Hamdi?"
Anita berkata tidak percaya. Ternyata lelaki itu menyusulnya. Mengejar Anita ke pedalaman hutan untuk menyelamatkannya.
Hamdi lekas menarik Anita ke belakang tubuhnya seraya berjalan mundur, sedangkan tangan kanannya memegang pistol masih mengarah pada Calvis. Lelaki itu menjadi temeng, melindungi Anita dari lontaran peluru.
"Azarine..."
Hamdi memanggil Anita dengan namanya yang lain. Nama pemberian dari lelaki yang telah tiada dan membawa Anita untuk kembali percaya dengan keberadaan Allah.
"Pada hitungan ketiga! Lari," ucap Hamdi tegas.
Tidak terdengar gentar sedikit pun dari suara Hamdi. Walaupun dia menghadapi kelompok orang yang mengaku tidak memiliki tanah kelahiran. Dari orang-orang yang mengaku telah terusir dari dua negara.
Hamdi kemudian menoleh dan memberikan seulas senyuman pada Anita. "Jangan khawatir, Insyaallah saya akan membawamu pulang dengan selamat," ucapnya lembut.
Hamdi mengalihkan pandangannya kembali. Senyum meluntur. Genggamannya pada tangan Anita semakin erat saat Otris Calvis menampakkan sosoknya di balik kabut.
Calvis mengarahkan pistolnya.
"LETNAN HAMDI MATI!" raung Otris keras. Disertai suara peluru dilontarkan menembus malam.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahai Azarine
Spiritual[Spiritual-Romance | Doctor Soldier Romance] Tentang Anita (Azarine) yang memiliki kehampaan dalam hidup dan meragukan keberadaan Tuhan. Anita memutuskan menjadi dokter relawan di perbatasan Indonesia-Timor Leste setelah kepergian lelaki yang dia ci...