[25] Pengejaran Hamdi

41.6K 5.5K 132
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."

© Story of "Wahai Azarine" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.

"Untuk senyuman, pelukan dan cinta yang kamu balas dengan darah, maka hukumlah dirimu dengan penyesalan, selalu tundukan kepalamu dengan malu, terus seperti itu hingga menghadap Tuhan."

***

Udara malam begitu dingin, menusuk setiap jengkal kulit mengiringi napas yang berhembus cepat saat kedua kaki jenjang Hamdi mendaki perbukitan, memasuki hutan Mameran. Sedangkan tangannya mengenggam pistol yang terus dia arahkan pada punggung Markus. Dia tidak melepaskan perhatiannya barang sedetik pun pada pemuda yang menjadi kaki tangan Calvis di Desa Baluka.

"Cepat bawa saya ke tempat Dokter Anita. Jangan berhenti, jangan mencoba lari. Kamu tau saya tidak segan untuk menembakmu," ancam Hamdi saat langkah Markus terhenti.

Markus menoleh.

Rasa takut Markus semakin menjadi-jadi saat mereka memasuki wilayah, tempat persembunyian kelompok penjahat Calvis.

"Letnan, saya tidak berani. Kalau Calvis tau saya yang mengantarkan Letnan kemari, saya akan mati, mereka akan membunuh saya." Keberanian Markus menguap begitu cepat saat rimbun hutan semakin lebat.

"Itu sudah menjadi resikomu. Seharusnya kamu berpikir ulang untuk berkhianat! Karena perbuatan kejimu itu, kamu sudah merenggut nyawa orang yang tidak berdosa," sahut Hamdi, kemarahannya tak mereda setiap kali melihat wajah Markus.

Dalam perjalanan menuju markas Calvis, Hamdi akhirnya mengetahui siapa dalang di balik insiden keracunan di Desa Baluka. Air keruh hanya pedalih, racun itu berasal dari Markus sendiri. Dia menebar racun di penampungan air di Desa Baluka waktu malam hari, membuat para tentara termasuk Hamdi, mengira permasalahan berasal dari sumber air di gunung Lakaan. Markus telah berhasil menipu Hamdi dengan sikap polos dan lugunya.

"Saya harap kamu tidak melupakan kebaikan warga desa Baluka yang merawatmu, Markus. Jangan pernah melupakan orang-orang yang tersenyum ramah padamu, menyapa dan memelukmu tapi kamu khianati dengan mudahnya," sambung Hamdi, membuat Markus tertunduk.

"Dan jangan kamu lupakan dokter Anita!"

Amarah Hamdi bergejolak kembali setiap kali teringat perkataan Fikri, bahwa perempuan itu merelakan dirinya ikut dengan Calvis, menodongkan pistol ke kepalanya sendiri demi menyelamatkan warga Baluka. Dia menukar nyawanya demi nyawa yang lain.

"Dokter Anita pernah berdiri tegak membela kamu. Di waktu kelompok Calvis membuangmu, Dokter Anita yang pertamakali memanusiakanmu," tegas Hamdi.

"Saya tidak pernah mengira akan jadi seperti ini. Saya tidak ingin mereka, warga Baluka dan para tentara terluka, saya sebenarnya tidak ingin menyakiti Dokter Anita." Markus membela diri dan tangis penyesalannya pecah lagi.

Wahai AzarineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang