[06] Dokter Anita

59.4K 6.8K 368
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."

© Story of "Wahai Azarine" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.

•••

"Parasnya layaknya mutiara, bersinar indah diterpa sinar mentari." Iko berucap dengan kedua mata menyiratkan kekaguman.

"Senyumnya bagaikan kain sutra, sangat elok membuat aku gelisah." Fikri turut menambahi dan berjalan ke samping Ikol.

Mereka berdua mengarahkan pandangan ke jendela barak yang terbuka lebar, memperlihatkan langit siang di Desa Baluka. Setelah melakukan patroli patok perbatasan, sudah waktunya untuk para tentara membersihkan tubuh mereka yang kotor, namun tertahan saat mengenang kembali pertemuan mereka dengan Anita Cendana.

"Duhai Dokter Anita..."

Fikri dan Ikol mengucapkan nama itu bersamaan. Dengan kedua tangan tertangkup di depan dada dan menatap penuh sayang pada Klinik Cendana di bawah bukit barak tentara.

"Kamu sungguh membuat aku terpesona..."

Sesaat kalimat 'terpesona' terlontar dari bibir mereka. Semua tentara yang ada di barak—tanpa ada yang mengomandai langsung bernyanyi. Barak yang ditempati 15 prajurit tentara itu seketika gaduh dengan nyanyian lagu 'terpesona'. Tidak lupa dengan tepuk-tangan, menepuk dada serta hentakan kaki seirama, yel-yel khas para tentara.

"Terpesona. Aku terpesona."

"Memandang (mandang) wajahmu yang manis."

"Terpesona. Aku terpesona."

"Memandang (mandang) wajahmu yang manis."

Gelagar nyanyian para tentara menarik perhatian warga Desa Baluka yang melewati barak. Mereka baru saja pulang mengambil air dari penampungan, menempuh perjalanan jauh hingga berkilo-kilometer. Namun rasa lelah mereka seketika sirna saat melihat tingkah para tentara.

"LANJUT!" teriak Fikri paling keras. Dia naik ke pundak salah satu tentara, memimpin yel-yel dengan semangat.

"Bagaikan mutiara bola (bola) matamu"

"Bagaikan kain sutra lesungnya pipimu."

"Eloknya kamu. semua yang ada padamu."

"Membuat aku jadi gelisah. Sampai aku terjadi dari mimpiku."

Sedangkan Ikol berjalan dengan pogahnya menuju pintu. Hanyut dalam nyanyian, menyeruak kerumunan dan kedua lengannya terlentang lebar. "TERPESONA, AKU TERPESONA, MEMANDANG DOKTER ANITA YANG..."

Wahai AzarineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang