[24] Bunga Merah

41.1K 5.5K 201
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."

© Story of "Wahai Azarine" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.

"Saya telah melepaskan kesempatan berharga itu dan saya tidak tau apa saya bisa mengulang kembali waktu yang terbuang sia-sia."

***

Rumah kediaman Halim Cendana berubah mencekam saat sang tuan rumah tidak mengalihkan perhatiannya dari layar televisi yang menampilkan paras perempuan mengenakan kerudung merah. Kedua tangan Halim saling tertaut di atas meja, menopang dagu sedangkan kerutan dalam terbentuk di antara dua alis.

"Kami tidak akan menyakiti Dokter Anita. Tenang saja. Kami pasti menjaga Dokter Anita dengan baik asalkan kalian memenuhi permintaan kami," ujar seorang pria berjalan ke samping Anita.

Dia menghampiri Anita yang duduk di kursi dengan posisi tubuh terikat tali tambang sedangkan mulutnya tersumpal kain. "Kami selalu menepati janji kalau kalian juga melakukan hal yang sama."

"Bajingan!"

"Apa yang mereka lakukan pada Nona An?"

"Ya Allah, Non An. Semoga dia baik-baik saja."

"Apa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan nona An?"

Seruan dan ucapan lirih terdengar memenuhi ruang tamu mewah milik keluarga Halim, saat para asisten rumah tangga berkumpul, mengelus dada dan menyaksikan nona kesayangan mereka yang dirawat sedari kecil diculik oleh kelompok penjahat yang dipimpin oleh Otris Calvis. Mereka tidak percaya, niat baik Anita untuk mengabdikan diri sebagai dokter relawan di perbatasan berujung malapetaka.

"10 milyar! Saya pikir itu bukan angka yang besar bukan? Setara dengan nyawa putri Anda, Tuan Halim." Calvis memberikan senyum lebar penuh ketamakan ke arah kamera. "Karena nilai nyawa manusia tidak bisa dihitung dengan nominal uang. Tidak akan pernah sebanding. Dan Anda sangat beruntung karena saya sangat berbaik hati untuk hal itu."

Halim semakin menangkupkan kedua tangannya erat. Dia tidak memberikan komentar apapun semenjak televisi menayangkan berita penculikan Anita, tidak satu ekspresi pun yang dia perlihatkan, sangat datar. Bahkan saat Calvis mengarahkan moncong pistol ke sisi kepala Anita, saat orang-orang di rumah keluarga Halim menjerit tertahan, dihantui rasa takut dan isak tangis mereka pun pecah. Lelaki paruh baya itu hanya menarik napas dalam yang panjang.

"Jadi kirimkan uang yang saya minta ke rekerning yang telah saya berikan. Jangan mencoba melakukan apapun untuk membuat pengecualian, nyawa Dokter Anita dalam genggaman saya. Ketika uang itu telah saya dapatkan. Dokter Anita akan saya bebaskan. Anda bisa menjemputnya di tempat yang telah saya tentukan," seru Calvis tegas.

Wahai AzarineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang