[05] Letnan Hamdi

67.1K 7.1K 452
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."

© Story of "Wahai Azarine" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.

"Kami seperti dua kutub magnet yang sama. Tidak akan pernah memiliki ketertarikan satu sama lain."

•••

Untuk pertama kali setelah lima bulan kekosongan tenaga medis, klinik Desa Baluka akhirnya kembali memberikan pelayanan kesehatan. Antrean panjang terlihat di klinik sehingga tenda darurat terpaksa didirikan. Sedangkan Kalere sibuk mengabsen pasien kemudian membawa mereka ke dalam klinik untuk diperiksa. Bahkan ditambah dengan bantuan pemuda desa bernama Mosa, mereka masih tetap kewalahan.

"Mama Kaima ayo kita bertemu Dokter Anita," ajak Kalere pada nenek tua yang duduk di sudut klinik dan membantunya berdiri.

"Mama Kaima memiliki gangguan pendengaran Dokter," beritahu Kalere setelah Kaima duduk di bangku dan Anita segera memeriksa tekanan darahnya. "Dia tidak begitu bisa mendengar. Sedikit tuli."

"Mama sakit apa? Sakitnya di mana?" tanya Anita.

"NAMA SAYA KAIMA. MAMA KAIMA," jawab Kaima dengan berteriak.

Anita hampir terjatuh dari kursi, terkejut dengan suara keras Kaima yang menarik perhatian para warga.

"Saya sudah bilang Mama Kaima sedikit tuli. Dokter harus bicara lebih keras sama Mama Kaima," saran Kalere.

Anita menarik napas yang panjang kemudian...

"MAMA KAIMA SAYA DOKTER ANITA. APA KELUHAN MAMA? SAKITNYA DI MANA? DI TUBUH BAGIAN MANA?" tanya Anita dengan suara keras, terdengar hingga keluar klinik dan membuat para pasien yang menunggu terhibur melihat tingkahnya.

"DI SINI?" Anita menunjuk kepala.

"ATAU DI SINI!" Lalu Anita mengelus dada. "DI MANA SAKITNYA MAMA?"

Kaima mengacungkan telunjuknya ke udara. "DEKAT DANAU. TINGGAL DI DEKAT DANAU, RUMAH MAMA PALING LUAR DESA," jawabnya tidak nyambung.

"Bakalan panjang urusannya nih," keluh Anita menggaruk kepala tanpa sadar.

Kalere turun-tangan, membungkuk dan bersuara di dekat telinga Kaima. "SAKITNYA MAMA! APA SAKIT MAMA? DOKTER ANITA INGIN MENGOBATI MAMA," teriaknya sampai urat-urat lehernya menonjol keluar.

"SAKIT?" ulang Kaima akhirnya.

Anita mengangguk penuh semangat. Tubuhnya condong ke depan, mendekati Kaima sedangkan bibirnya mengulas senyuman.

"IYA SAKIT! SAKITNYA DI MANA? TUNGGU!" Anita membaca hasil tekanan darah dan juga kadar oksigen Kaima. "APA SAKITNYA DI DADA? APA MAMA KESULITAN BERNAPAS?" tanyanya seraya mengelus dada, berharap Kaima memahami perkataannya.

Wahai AzarineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang