[23] Pengorbanan

40.7K 5.3K 183
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."

© Story of "Wahai Azarine" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.

"Dialog indah tersirat mimpi dan harapan dari ketiga prajurit seketika kandas saat tubuh mereka terbujur kaku terbaring di tanah, tergenang darah."

***

Deru angin memenuhi suara malam, tatkala Hamdi melajukan mobil jep dengan kecepatan tinggi, menembus padang sabana di tengah gelap gulita malam, sedangkan mobil truk yang ditumpangi oleh tentara lain—meskipun tertinggal jauh—mengikuti dari belakang. Hamdi punya alasan kuat mengapa harus mengambil resiko melajukan mobil tanpa memperdulikan keselamatannya sendiri, yaitu...

Api!

Cahaya merah api yang menyala di langit malam menjadi alasan terkuat Hamdi untuk kembali turun dari gunung Lakaan.

"Sialan saya dibodohi," rutuk Hamdi, kepalan tangan memukul setir mobil. Meluapkan amarah yang memuncak di dada.

Semua kecurigaan Hamdi mencuat beberapa saat lalu, ketika dia berada di penampungan air gunung Lakaan dan menemukan semua aliran air di kaki gunung itu telah disumbat dengan sengaja. Dengan bebatuan serta batang pohon yang disusun menumpuk, sehingga air bersih dari gunung Lakaan tidak bisa mengalir ke tiga desa. Hal ini lah yang menjadi penyebab utama mengapa kolam penampungan di desa Baluka menjadi keruh dan sangat kotor.

.

.

.

.

.

.

.

"Tidak mungkin semua aliran air tersumbat dengan sendirinya, Ndan. Sudah jelas sekali ini disengaja." Sertu Hasan memberikan pendapatnya, telunjuknya mengarah pada bebatuan dan kayu yang sekarang berusaha mereka singkirkan. "Ini pastilah perbuatan seseorang. Atau jangan-jangan ini perbuatan dari kelompok penjahat Calvis?" sambungnya lagi.

Hanya beberapa detik Sertu Hasan menyebut nama Calvis, salah satu tentara tiba-tiba berseru keras seraya dengan takjub menunjuk ke arah barat, pada langit merah menyala dari desa Baluka.

Udara di paru-paru Hamdi seketika serasa terenggut.

"Komandan api! Ada kebakaran besar dari arah barat! Dan bukannya itu adalah Desa Baluka?" Salah seorang prajurit tentara berujar dengan takut. Dia berjalan dengan susah payah keluar dari air hanya untuk melihat lebih seksama pada semburat merah menyala di ujung langit. "Astagfirullah, apa yang terjadi di desa sekarang?"

Wahai AzarineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang