[16] Nyanyian Serdadu Baluka

47.1K 6.1K 254
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."

© Story of "Wahai Azarine" by @NailaAfra

***



Sore hari di Desa Baluka, dihabiskan para prajurit tentara dengan bercengkerama dengan anak-anak di tanah lapang. Setelah lelah melakukan patroli, para tentara berbaur dengan canda serta tawa anak-anak desa Baluka. Anita yang juga melepas lelah-setelah seharian melayani para pasien, duduk di pinggir lapangan bersama Mosa, Markus dan Kalere. Sembari menikmati Aka Bilan-kudapan tradisional yang terbuat dari campuran sagu, kelapa parut, kacang hijau yang diberi sejumput garam-dia menertawakan tentara yang sibuk mengejar anak-anak.

"Lari-lari Bella! Lari!" seru Anita. Tertawa senang saat salah satu anak bernama Bella, lolos dari cengkeraman Fikri, dia berlari melesat tanpa alas kaki. "YES! Serda Fikri kalah," soraknya bersama Mosa, Markus dan Kalere.

Fikri dan Ikol melambaikan tangan, pertanda menyerah. Kedua tentara itu terbaring di tanah dengan napas terengah. Tidak hanya mereka, tapi juga prajurit lain, mereka kewalahan dengan para anak desa Baluka yang semangatnya tidak menurun sama sekali.

"Ayo main lagi Bapak!"

"Iya main lagi, seru sekali. Ini masih sore."

"Kita main permainan lain saja."

Para anak desa Baluka mengajak para tentara untuk bermain lagi, menarik baju seragam mereka dan terkadang bersikap manja dengan memeluk tubuh mereka. Sebuah momen hangat yang membuat senyum di bibir Anita mengembang. Kedekatan mereka, ingin sekali Anita abadikan dalam kamera, namun itu terlalu berharga, sehingga dia akan menyimpannya dalam memori dan dia kenang seumur hidup.

"Kita bermain yang tidak menguras tenaga," usul Fikri berdiri. Kulitnya kecoklatan karena cuaca panas di desa Baluka. "Kita main lingkaran pengetahuan saja. Kami ingin tahu sejauh mana kalian belajar baik di sekolah. Para serdadu Baluka, bentuk lingkaran, grak!" perintahnya tiba-tiba.

Anak Desa Baluka yang berjumlah lebih dari sepuluh orang berlarian senang, mereka segera membentuk lingkaran, memegang tangan mereka satu sama lain. Senyum tidak menyurut, walaupun penampilan mereka membuat Anita terenyuh. Baju mereka lusuh, tak mengenakan alas kaki sedangkan kaki mereka kepalan karena sering menginjak tanah yang panas.

Ikol bergegas mendekati Anita.

"Dokter Anita ayo cepatan ikut," ajaknya.

"Saya? Saya tidak bisa," elak Anita, melambaikan kedua tangannya.

Wahai AzarineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang