"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."
© Story of "Wahai Azarine" by @NailaAfra
***
"Apa yang sebenarnya aku lakukan sekarang?" Anita bertanya heran, pada dirinya sendiri. Dia berada di dapur, duduk berjongkok di depan tungku tanah liat dengan wajah kotor berjelaga arang. "Aku benar-benar bodoh."
Tidak pernah terjadi sebelumnya dalam hidup seorang Anita Cendana, dia memasak demi seseorang—selama ini makanan selalu dimasakan untuknya oleh asisten rumah tangga atau dia beli makanan cepat saji sedangkan di desa Baluka, karena dapurnya tradisional, ada mama yang selalu memasakan untuknya. Namun hari ini sangat perdana untuk Anita masuk ke dapur, menyalakan tungku dan sekarang berkutat dengan asap pembakaran yang membuat matanya perih, dan juga membuatnya batuk.
"Kenapa juga aku tadi menyanggupi? Kenapa juga aku mengiyakan?" gumam Anita penuh sesal.
Anita teringat ajakan Serda Fikri dan Pratu Ikol tadi siang, saat dua tentara itu datang ke klinik Baluka dan mengutarakan maksud kedatangan mereka.
"Hari ini Letnan Hamdi ulangtahun. Kami ingin mengadakan selamatan kecil-kecilan di barak. Jadi kami harap dokter Anita bisa datang, sebentar aja tidak pa-pa kok, soalnya kedatangan dokter berati banget buat komandan," pinta Fikri seraya menangkupkan kedua tangan.
"Saya berati?" ulang Anita, meragu.
Kedua tentara itu segera menganggukan kepala. "Mhm. Berati."
"Kalian lupa kami sering berantem?" Anita mengingatkan.
"Berantem itu strategi Letnan mendekati orang yang dia suka," celetuk Ikol.
"Hah?" Anita melongo bingung.
"Pokoknya dokter Anita harus datang malam ini. Sekarang kami sedang mempersiapkan kejutan di barak. Mumpung komandan mencari sumber air mata baru di pinggiran hutan, dan kemungkinan baru balik malam," ujar Ikol.
"Usahakan bawa sesuatu ya dokter," seru Fikri saat keluar dari klinik diikuti Ikol, tidak memberikan kesempatan pada Anita untuk menolak ajakannya.
"Tunggu, saya harus membawa apa?" Anita mengejar ke pintu. Kedua prajurit tentara itu berlari menaiki bukit menuju barak tentara. "Saya tidak tau yang Letnan Hamdi suka," teriaknya.
"Apapun dari dokter Anita, komandan pasti suka, sampai jumpa nanti malam," sahut Ikol seraya melambaikan tangan.
Kalau saja Fikri dan Ikol lebih awal memberitahu Anita tentang hari ulangtahun Hamdi, maka dia bisa meminta seseorang untuk membelikan hadiah ke kota Atambua, tapi karena acara selamatannya malam ini maka dia tidak memiliki kesempatan untuk itu. Namun saat Anita membongkar kembali kopernya, dia menemukan barang-barang yang belum tersentuh olehnya, yaitu sekantong kecil beras instan, bumbu cepat saji dan selai stroberi. Seketika saja sebuah ide terlintas di otaknya, yaitu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahai Azarine
روحانيات[Spiritual-Romance | Doctor Soldier Romance] Tentang Anita (Azarine) yang memiliki kehampaan dalam hidup dan meragukan keberadaan Tuhan. Anita memutuskan menjadi dokter relawan di perbatasan Indonesia-Timor Leste setelah kepergian lelaki yang dia ci...