Part 22

2K 133 3
                                    

Assalammu'alaikum.

Yuk lanjutin baca nya.

Selamat membaca Sobat.

"Bundaaaaa"
Rengek Nita sedari tadi.

"Sayang... Koq Nita gini sih Nak?"
"Biasanya juga ga papa kalau ditinggal Bunda kerja ke luar kota?"
Bujuk ku.

Nita masih saja menangis duduk didalam pangkuan ku. Pelukan di leher ku pun tak lepas walau barang sebentar.

"Bunda kan cuma pergi beberapa hari doang Sayang"
"Nanti pulang dari sana, kita jalan-jalan deh."
"Iya kan Pa?"
Tanya ku pada Mas Doni, meminta bantuan nya membujuk Nita.

Aku juga heran, tidak seperti biasanya, kali ini Nita tiba-tiba tidak memperbolehkan ku untuk berangkat perjalanan dinas ke luar kota. Sejak tadi dia minta duduk dalam pangkuan ku dan terus memelukku.
Justru Papa nya dicuekin.

"Iya Sayang"
"Sepulang Papa dan Bunda dari luar kota, kita akan nginep ke puncak atau ke pantai"
Jawab Mas Doni santai.

Langsung ku arahkan pandangan tajam pada Mas Doni.

"Sorry..."
Dia menepok jidad nya dan mengucapkan sorry tanpa suara.

Bagaimana bisa dia menimbulkan masalah baru, sementara masalah sebelum nya saja belum selesai.

Hubungan kami yang masih seperti ini, tidak memungkinkan untuk kami menginap bersama-sama dengan anak-anak. Aku tidak ingin menimbulkan fitnah.

Lain hal nya jika perjalanan dinas. Dalam perjalanan dinas, kami tidak akan melibatkan anak-anak dan kami tidak pernah berdua saja, pasti ditemani oleh team.

Saat tadi mengatakan pada Nita untuk jalan-jalan, maksud ku hanya sekedar berjalan-jalan ke tempat wisata aja, bukan nya menginap..

Ckckckck cari masalah aja nih si Boss..

"Janji lho ya.. sehabis Papa dan Bunda pulang dari luar kota, kita ke puncak"
"Kita nginep di sana ya Pa"
"Aku mau ke zoo Pa"
"Dulu kita kesana hanya berdua, sekarang aku mau ke sana bersama Bunda dan Kak Iki"
Ucap nya polos.

Kembali ku tatap tajam wajah Mas Doni. Ini semua karena ulah nya..
Aku tidak punya pilihan lagi sekarang.

Mas Doni hanya menunduk merasa bersalah, sikap nya persis seperti seorang anak yang dimarahin ibunya saat ketauan melakukan kesalahan.
Lucu sekali... Ingin rasanya aku tertawa melihat tingkah Mas Doni, tapi aku harus jaim di depan Nita.

"Baiklah Sayang"
"Sekarang Bunda dan Papa berangkat dulu ya"
Bujuk ku pada Nita.

"Iya Bunda"
Ucap nya pasrah, walau masih terlihat belum ikhlas sepenuh nya melepas kepergian kami.

Kini aku beralih kepada Rizki.

"Bunda berangkat ya Sayang"
"Rizki yang baik ya di rumah"
"Jangan lupa shalat tepat waktu nya ya Nak"
"Jagain Nita, ajak Nita untuk shalat berjamaah dengan kamu"
"Jangan buat susah Kakek dan Nenek ya Nak"
Ucap ku lembut.

"Siap Bunda"
Jawab Rizki semangat.

"Aynun pamit ya Yah, Bu"
Ucap ku pada Ayah dan Ibu. Ku salimi tangan Ayah dan Ibu.

"Alhamdulillah, pulang dari sini ada yang mau nginep di puncak niiiih"
Bisik Ibu pada ku, saat kami berpelukan untuk pamit.

"Ibu...."
Ucap ku malu.

***

Sejak kejadian Mas Doni melamar ku beberapa minggu yang lalu, sampai saat ini belum pernah lagi dia mengungkit masalah itu.

D I L E M A (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang