Part 24 (END)

4K 156 8
                                    

"Assalammu'alaikum"
Ucap kami berbarengan. Aku, Mas Doni dan kedua anak ku.

"Yuk, kita kirim kan Alfatihah bersama-sama ya"
Ucap Mas Doni pada kami.

"Nita udah hapal kan Sayang?"
Tanya ku pelan pada Nita yang sedari tadi, selalu ada di samping ku.

"Udah Bunda"
Jawab nya polos.

"Alhamdulillah, syukurlah"
"Anak Bunda memang pinter"

Lalu Mas Doni memimpin pembacaan Alfatihah kami di depan makam Bang Ciko.

Melihat makam Bang Ciko, air mata ku tanpa permisi mengalir begitu saja, tanpa ku bisa kendalikan. Selalu seperti ini setiap kali ziarah.

"Hallo Ayah Ciko"
"Aku Nita, sekarang aku panggil nya Ayah Ciko ya"
Kami sempat tersenyum mendengar Nita berceloteh setelah kami selesai membaca Alfatihah bersama.

"Oya, aku mau ngasih tau, mulai sekarang Bunda dan Kak Iki akan tinggal di rumah ku"
"Bunda akan jadi Bunda aku selama nya, Kak Iki juga akan jadi Kakak aku"

"Terima kasih ya Ayah Ciko udah ngebolehin Bunda jadi Bunda aku"
"Aku udah lama ingin punya Bunda, karena Mama aku ga pernah pulang"
Mendengar ucapan nya, aku dan Mas Doni saling menatap sendu.

"Ayah Ciko yang tenang ya disana"
"Kan udah dikirimkan Alfatihah setiap shalat ama Kak Iki"
Ucapan Nita membuat ku terharu.

Aku memang jarang berziarah ke makam Bang Ciko, namun sama hal nya dengan Rizki, InsyaAllah setiap selesai shalat, doa ku selalu ku kirimkan untuk nya.  Semoga alm tenang di sana.

Ziarah kami kali ini adalah inisiatif Mas Doni.

Seperti permintaan ku waktu itu, kami berdua harus berdamai dengan masa lalu kami masing-masing.
Menurut Mas Doni, selain kami harus berdamai dengan masa lalu masing-masing. Kami juga harus berdamai dengan masa lalu pasangan. Makanya dia mengajak kami untuk berziarah ke sini.

Walau aku sudah pernah cerita kepada Mas Doni mengenai Bang Ciko yang datang ke dalam mimpi ku. Tapi Mas Doni tetap ingin melakukan ziarah ini.

Semoga dengan begini, kami berdua sama-sama bisa berdamai dengan masa lalu dan mantab melangkah ke masa depan. InsyaAllah Mas Doni akan tenang, jika aku dan Rizki bahagia.

***

"Assalammu'alaikum Mbak"
Ucap ku pada Mbak Okta.

"Mbak, aku ke sini bersama Mas Doni"
Ku tatap mata Mas Doni yang sedari tadi hanya berdiri di belakang ku.

"Aku juga mau kasih tau, kalau kami sudah menikah"
Ucap ku lagi.

Untuk beberapa saat, tidak ada respon yang diberikan Mbak Okta pada ku.

"Hahahaha"
Tiba-tiba dia tertawa kencang.

"Pengantin...."
Wajah Mbak Okta berubah sendu..

"Hiks..hiks.."
Tangis nya pecah.

"Ranggaaaaa"
Teriak nya kencang.

Karena kaget, Mas Doni sampai menarik ku ke dalam pelukan nya. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Mas Doni. Entah apa yang ada dalam pikiran nya.

Karena amukan Mbak Okta tadi, akhirnya perawat meminta kami untuk keluar dari ruangan.

Walau posisi Mbak Okta sedang terikat di tempat tidur itu, namun tenaga nya cukup kuat untuk membuat tempat tidur itu bergerak.

Yaaah, begini lah keadaan Mbak Okta sekarang.
Dia dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Kondisinya yang tidak stabil, membuat dia harus selalu diikat.

Tak jarang dia menyakiti orang disekitarnya atau mencoba menyakiti dirinya sendiri.
Sebenarnya aku sangat miris melihat keadaan nya sekarang. Namun, Dokter sendiri sudah angkat tangan. Untuk penyakit sekelas Mbak Okta ini, sudah tidak bisa lagi diteraphy oleh psikiater.
Makanya pihak keluarga memutuskan untuk mengirimnya ke Rumah Sakit ini.

D I L E M A (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang