Rumah orang tua Alara terlihat sangat ramai bahkan abangnya sudah pulang mengingat besok adalah hari pernikahan mereka, namun Naka tetap tidak bisa bertemu dengan Clara karena mereka benar-benar diawasi untuk tidak bertemu satu sama lain sampai hari pernikahan.
Mega kini mendekat pada Alara yang sedang menata makan malam di meja. Gadis itu membantu adik sepupunya lalu bertanya. “Suami lo mana, Ra?”
Alara menoleh. “Kayaknya di depan sama para laki-laki yang lagi kumpul. Kenapa Kak?”
Mega menggeleng pelan kemudian tersenyum. “Kamu udah hamil?”
Haruskah Alara memberitahu? Ia berniat memberitahu ketika acara Naka dan sahabatnya selesai.
“Aku belum periksa sih.” Adalah jawaban normal saat ini menurut Alara.
“Clara dimana?”
“Aku juga belum ketemu Clara dari tadi.” Alara seketika mengernyit. “Setelah ini kita samperin Clara yuk?”
Mega mengangguk. “Boleh. Tapi, kakak mau tanya sama kamu.”
“Tanya aja, Kak?”
“Kamu yakin Clara sama Mas Naka nggak kenapa-napa? Tiba-tiba nikah aja.”
Alara mengangguk. Walaupun Mega adalah sepupunya, sudah janjinya pada Papanya untuk tidak membeberkan apapun mengenai aib keluarga mereka. Biarkan mereka tahu dengan sendirinya.
“Bang Naka udah lama suka sama Clara, jadi baru ketemu beberapa minggu ini. Nah, dia nggak mau Clara hilang lagi jadinya ya minta nikah.”
“Oh,” sahut Mega lalu mengangguk.
“Kalian sudah selesai?” tanya Ola yang merupakan ibu dari Mega.
“Sudah, Ma,” sahut Mega kemudian Ola segera menyuruh putrinya untuk memanggil para laki-laki agar makan terlebih dahulu.
Kini Ola menatap Alara. “Ra, kamu dipanggil Mama kamu.”
“Eh?”
Ola mengangguk. “Udah sana! Mama kamu ada di kamar. Biar Tante yang urus sisanya.”
Alara mengangguk lalu memilih ke kamar Ibunya. Disana, tidak hanya ada Ibunya melainkan semua sepupunya juga berada disana termasuk Clara sendiri.
“Mama,” gumam Alara membuat mereka menoleh.
Clara langsung tersenyum saat Alara masuk. Ia menarik tangan Alara kemudian mendudukkan Alara di sebelah calon mertuanya.
“Jadi, besok kita pakai dress code warna merah.” Gina lebih dulu membuka suaranya untuk memberitahu Alara. “Ini untuk Kakak. Coba dipakai.”
Alara menatap bajunya yang terbuka bagian leher sementara panjangnya sampai mata kaki, namun terbelah hingga lutut.
“Kak Yani ngebut satu minggu buat jahit semua baju kita.”
“Serius?” tanya Alara pada Kak Yani yang tak lain adalah sepupunya.
Yani mengangguk. “Iya, kakak dibantu sama asisten kok jadi nggak kerepotan kali. Tante Ratna yang udah ngebiayain semuanya karena ini pernikahan Mas Naka dan Mbak Clara.”
“Jadi nggak enak dipanggil Mbak,” sela Clara sambil meringis pelan terlihat segan pada saudaranya Alara.
“Kamu kan mau nikah sama Mas Naka, jadi aku tetap manggil mbak karena bakal jadi kakak aku,” jawab Yani membuat semuanya tersenyum.
Ratna kemudian menatap putrinya. “Dicoba dong sayang.”
Alara menatap ragu gaun tersebut lalu memilih ke kamar mandi untuk mencoba gaun yang kini sedang dipakai semua sepupunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Duda
Roman d'amourCerita sudah tamat! Sudah tersedia versi Audio Book Pogo ya teman-teman :) Sinopsis, "Biar saya lihat," gumam Pak Adam membuat Alara terperanjat kaget tiba-tiba melihat dosennya sudah ada di sebelahnya. Mata teman-teman Alara kini menatap Alara p...