04 | Kepercayaan

312 30 0
                                    

"Saya berjanji,"

Sembari penutupan akhir dari sumpah yang diucapkan oleh mempelai pria, kedua mempelai masing-masing mengambil cangkir yang sudah dibantu tuangkan sake.

Setelah bertukar cangkir, pasangan baru itu melangkah mendekati altar. Memberikan penghormatan terakhir setelahnya kepada orang tua dengan bersimpuh di hadapannya.

Sorak sorai terdengar ricuh di luar sana sesaat prosesi mengikat janji suci telah berakhir.

Lemparan beras ditujukan kepada kedua mempelai yang kini berjalan beriringin menjauhi kuil.

Terlihat begitu mesra dan harmonis kala mereka kini melewati gadis pemilik tempat. Hanya ulasan senyum sopan, ia pertunjukkan guna menyambut balik para tamu kediamannya.

"(Surname)-san,"

(Name) berbalik dan mendapati beberapa sanak keluarga mempelai beranjak mendekat.

Gadis itu kemudian menjabat tangan tak lama saat diulurkan, "Saya ucapkan selamat atas penyatuan kedua keluarga."

Ayah mempelai pria hanya menggeleng samar.

Jabat tangan bergilir gadis itu dapatkan dari kedua orang tua mempelai.

Sampai ibu mempelai wanita yang terakhir, (Name) tidak hanya mendapatkan sebuah uluran tangan namun ia juga dikejutkan dengan sebuah pelukan terakhir.

"Terima kasih." hatur wanita itu penuh rasa syukur.

"Untuk?" tanya balik sang gadis.

Wanita itu mengusap rambut belakang sang gadis dengan air matanya yang masih menggenang di ujung mata. "Memberkati keluarga kami selama ini, bahkan sampai membuka kuil yang tidak pernah dibuka sejak lama untuk pernikahan."

(Name) yang awalnya ingin sekedar membalas sebagai basa-basi malah urung. Wanita itu sudah melepaskan pelukannya terlebih dahulu.

"Bukan masalah, Nyonya." balas (Name) lembut.

Tangan Ibu kemudian terangkat guna mengusap sisi wajah sang gadis, "Chika pasti bangga memilikimu."

Mendengar nama almarhum sang Bunda, (Name) tertegun untuk beberapa saat sebelum ia mengulum senyum hingga menutup kedua matanya.

"Sungguh disayangkan Ibu tidak dapat hadir di acara pernikahan anak dari teman lamanya. Tapi yakinlah, bahwasanya beliau selalu memerhatikan anda sekalian keluarga bersama dengan yang lain."

Wanita itu balas tersenyum mendengarnya dan segera pamit untuk berlalu pergi karena telah dipanggil oleh keluarganya.

(Name) masih setia berdiri di tempatnya. Ia edarkan pandangan ke sekitar.

Suasana tidak seramai tadi karena hanya tersisa beberapa orang yang membantu mengurus kuil. Tentu ia tidak mengurus kuil sebesar itu seorang diri. Hanya pekerja harian yang membantu (Name) jika di saat-saat tertentu seperti saat ini.

Gadis itu pikirkan lagi, mungkin mulai saat ini ia harus membuka lowongan kerja.

Setelah kejadian hari ini pasti banyak orang berbondong-bondong untuk menggunakan fasilitas kuil. Tapi ia jadi mempertimbangkan lagi. Harus ia pikirkan baik-baik!

"(Surname)-san,"

Mendengar nama marga dipanggil, empu menoleh.

Mendapati sepasang Kakek-nenek yang kini berjalan mendekatinya dari tori kuil.

Jarak langkah yang terbentang antara keduanya tak begitu jauh namun, (Name) sigap beranjak mendekat dan mengambil salah satu tangan paruh baya itu, membantu beliau.

𝐌𝐮𝐬𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐌𝐢𝐤𝐨 | 𝐓𝐨𝐤𝐫𝐞𝐯 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang