"Ha'i! Omatase shimashita~" Seorang waitress datang sembari meletakkan (fav/food) dan (fav/drink) yang sebelumnya telah dipesan oleh (Name).
"Arigatou."
Setelah kepergian pelayan, (Name) tidak langsung menyantap sajian lezat di hadapannya tersebut. Ia malah lanjut menggores pena pada lembaran kertas yang berserakan di atas meja.
Sejenak perhatian gadis itu teralihkan untuk melihat pada ponsel yang sengaja ia letakkan di atas meja.
"Sudah memasuki jam makan siang. Lebih baik kita berhenti dulu dan istirahat sejenak." (Name) mendongak setelahnya berdecak pelan.
"Kau mendengarkanku, Bokemichi?"
Kali ini Takemichi 'lah yang tersentak sadar dan berhadapan cepat dengan gadis yang sengaja mengetuk jemarinya keras-keras pada permukaan meja. Pemuda itu menegak ludah di saat (Name) tengah menatap tajam kepadanya.
"Ha-ha'i, (Name)-san." jawab Takemichi sembari memegang gelas minuman yang ia pesan dengan kedua tangan.
(Name) mendengkus dan tiada lagi pembicaraaan yang keluar.
Sesuai janji, keduanya tengah membahas pekerjaan kelompok yang sudah tertunda lama semenjak mereka dipasangkan.
Suasana damai? Alasan karena kedua anak ini bisa duduk tenang bersama disebabkan oleh (Name) itu sendiri dapat diajak bekerja sama hanya untuk beberapa jam ke depan dengan menahan diri untuk tidak memancing keributan terlebih dahulu. Apapun alasannya itu.
Di saat menyuapkan makanannya, (Name) sadar sesekali gerak-gerik Takemichi terlihat gelisah dan pemuda itu sama sekali tidak dapat menyembunyikannya.
"Bisakah kau tenang sedikit? Kau membuatku tak berselera makan." kritik (Name) yang benar-benar terganggu akan gelagat aneh teman sekelasnya itu.
Sebagai pihak yang bersangkutan kini Takemichi menunduk lesu.
(Name) mengunyah makanannya sembari mendumel kesal.
Menurut (Name), kesabarannya dalam menahan diri sudah mencapai taraf maksimal hanya dengan duduk bersama Takemichi demi memenuhi standar nilai di rapot miliknya kelak.
Setelah sesi makan yang canggung itu, keduanya kembali melanjutkan pembahasan tugas kelompok yang masih saja tidak begitu mendapatkan perhatian Takemichi.
Meski (Name) ingin menyindir kinerja Takemichi tapi gadis itu sendiri terlihat fine-fine saja.
(Name) yang terdiam membuat Takemichi kini memerhatikan gadis itu tengah mengernyit pada lembaran kertas yang baru saja ia serahkan.
Beberapa menit terlewat dan Takemichi dapat melihat jelas ekspresi keruh (Name) yang tak berubah sedari tadi, justru lebih parah di saat gadis itu kini mengikis jarak antara kertas dan wajahnya terlalu rapat.
"Anoo, (Name)-san." panggil Takemichi dan (Name) segera menoleh cepat. "Apakah ada masalah? Atau kau butuh bantuan?"
Sejenak hening lalu jari (Name) menunjuk salah satu tulisan Takemichi. "Ini tulisannya apa?"
"Tanggal," tanggap Takemichi tanpa perlu bergerak sama sekali dari posisinya.
Kepala (Name) menoleh bergantian menatap curiga ekspresi wajah lawan bicaranya dan kertas di tangannya itu.
Kemudian ia mundur sembari berdecak kesal. "Ini tulisan tangan atau memang kau yang tak ada niat untuk menulis? Susah sekali dibaca."
Perkataan frontal (Name) membuat Takemichi kini mengelus dadanya yang berdenyut. Pemuda itu menghela napas sabar berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐮𝐬𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐌𝐢𝐤𝐨 | 𝐓𝐨𝐤𝐫𝐞𝐯 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Random╭┈──── ◌ೄ◌ྀ ˊˎ "(Surname) (Name) seorang miko di kuil musashi. Kuil yang biasa digunakan geng Toman untuk rapat dan merupakan saksi bisu dimana geng tersebut dibentuk."...