Cp 26 - A Girl with Her Silence

48 8 0
                                    

Ketenangan

Akhir-akhir ini, (Name) merasa bahwa satu-satunya hal terbaik yang ia miliki itu perlahan mulai menghilang dari hidupnya.

Jika bahkan ia mendapatkan waktu untuk memerhatikan diri sendiri, ada saja yang mencoba menghalangi.

Seperti sekarang (Name) telah gagal mendapatkan ketenangannya.

"Hei, bisakah kau membantuku?"

Meski gadis itu sudah mengantisipasi dengan mengenakan headphone untuk meredam suara di sekitar dan lagu yang ia perdengarkan mencapai volume maksimal akan tetapi hanya berakhir sia-sia.

(Name) mencoba tidak peduli dengan ia berpura-pura sibuk mendalami kegiatannya

Suara yang mengajaknya berbicara hanya gadis itu anggap angin lalu. Bahkan termasuk keberadaannya.

"Jika kau menolongku, aku akan memberimu imbalan yang tidak bisa kau bayangkan!"

Tawaran yang sia-sia

Hal tersebut kerap kali terjadi berulang kali dalam kehidupan (Name).

Di dunia ini, terkadang ada manusia yang indra perasanya lebih peka dibandingkan yang lain. Bukan golongan minoritas tapi juga bukan termasuk sering ditemukan di sekitar pula.

Inilah alasan kenapa (Name) membenci dirinya yang pergi ke tempat yang menjadi perhatian khusus teruntuk para makhluk hidup. Terutama yang termasuk sebagai kategori suram seperti rumah sakit ataupun kuburan.

"Aku tahu kau bisa melihatku, jangan berpura-pura seakan kau tidak bisa melihatku."

Fakta yang hanya diketahui oleh segelintir orang bahwa gadis itu adalah anak yang berbeda dari kebanyakan yang lain.

"Cih! Budeg,"

Setan ini cerewet sekali.

(Name) kemudian mendongak memperhatikan sekitar. Khususnya pada sepasang sahabat perempuan yang saling bergandengan tangan di depan sana.

Kerutan samar tampak pada wajah puan dimana ia menghela napas berat setelahnya (Name) merasakan suhu hangat yang menyentuh permukaan kulit.

"Kau baik-baik saja, (Name)-chan?" Hinata bertanya sembari menautkan jemari dengan gadis itu.

Tachibana Hinata dengan aura cerah alami yang ia miliki bahkan membuat imajiner bintang jatuh beruntun teruntuk makhluk hidup dan sebaliknya.

Kepala (Name) menggeleng pelan. "Don't mind. Ayo turun." ajaknya sambil bergandengan tangan dengan Hinata dari bus yang mereka naiki.

Sepasang sahabat itu masing-masing hanya diam sepanjang perjalanan.

Hinata dengan pikiran rumitnya dan (Name) yang masih saja diikuti oleh makhluk tak kasat mata tak diundang tersebut.

"Ayolah, sayang~"

"Jangan mengabaikanku! Setidaknya dengarkanlah aku terlebih dahulu. Aku pastikan kau tidak akan menyesal."

(Name) yang baru saja mengerjap berat dibuat tersentak hening. Laju kedua remaja itu menjadi berbeda menaruh perhatian Hinata.

"(Name)-chan, ada apa?"

(Name) mengumpat dalam hati. Makhluk tak kasat mata itu sengaja menjahilinya dengan menunjukkan rupa aslinya.

Gadis itu menghitung dalam diam. Ia kemudian menoleh memperlihatkan ekspresi sendu. "Maaf, aku begadang karna tak bisa tidur semalam."

Telapak tangan Hinata berlalu membelai sisi wajah (Name). "Kenapa tidak tidur? Kenapa kau tidak memberitahuku? Seharusnya aku tidak mengajakmu ikut– (Name)-chan! Hidungmu mimisan."

𝐌𝐮𝐬𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐌𝐢𝐤𝐨 | 𝐓𝐨𝐤𝐫𝐞𝐯 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang