11 | Nightmare

220 29 1
                                    

Pada salah satu ruangan, tampak satu-satunya punggung seseorang ditemani buku-buku yang menjulang tinggi di atas meja hingga menutupi pandangan.

(Name) meregangkan badan lelah. Turut pula ia melakukan hal yang terus menerus berulang yakni menguap dan tidak lupa menutup mulut.

"Sudah telat, dihukum, tugas numpuk ... hahhh—"

Gadis itu tidurkan malas kepala pada meja. Netra (e/c) mengerjap kala tatap jendela luar dengan sisi kepalanya yang tersisa.

"Hoammm ..." Kembali ia menguap dan matanya yang berkedip sayu.

(Name) menggosok mata dan melihat sekilas pergelangan tangannya. Pada jam arloji di sebelah gelang manik yang ia kenakan.

Kemudian gadis itu tenggelamkan muka seluruhnya pada meja sesaat melihat jam. Masih ada sisa waktu sebelum bel pergantian jam selanjutnya.

"Ugh—, kalau diingat-ingat lagi ... aku belum melihat Bokemichi seharian ini, ya?" Ia rasakan kepalanya memanas hanya dengan memikirkan kembali wajah pemuda itu.

(Name) menghela napas panjang setelahnya, "Sialan."

Selang beberapa saat manik gadis itu perlahan-lahan mulai menutup.

Memasuki bunga tidur dan menjelajahi alam mimpi. Dengkuran halus terdengar memenuhi suasana hening yang melanda ruang kelas kosong tersebut.

Hanya tersisa (Name) seorang diri disana.

═ ∘◦❶❶◦∘ ═

Oh?

(Name) memutar pandangan ke segala arah.

Tahu-tahu saja gadis itu sudah berhadapan dengan ruang kosong bernuansa putih namun anehnya ia bisa tahu dimana ia berada saat ini.

Tungkai kaki gadis itu mulai melangkah keluar dari pijakannya dan berjalan acak tanpa arah. "Halo?"

Hening.

(Name) mencoba memanggil siapapun yang sekiranya menjawab panggilannya, "Ada orang?" selang beberapa saat ia tersadar, "Oh iya, aku 'kan lagi tidur ... mimpi?"

Gadis itu jadi mempertanyakan kewarasannya sendiri. Bagaimana bisa ia yang berbicara dengan ruang kosong itu meski tahu ini adalah mimpi.

(Name) memijat pelipis dan selanjutnya helaan napas ikut menguar. "Mungkin aku terlalu lelah, akhir-akhir ini entah kenapa emosiku naik turun tanpa sebab pasti."

Seolah aku kehilangan tali kendaliku.

Selagi tungkai kaki membawanya tak tentu arah, ke mana saja, gadis itu tidak lagi berjalan.

Kini ia mendongak saat berhadapan dengan sebuah cermin tubuh.

(Name) mengernyit. Seharusnya cermin menampilkan refleksi dirinya namun, ini kosong.

Cacatkah?

Penasaran, gadis itu ulurkan tangan guna menyentuh permukaan kaca. Tiba-tiba saja suatu pergerakan muncul dari dalam cermin, bayangannya datang dan kini terpantul.

𝐌𝐮𝐬𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐌𝐢𝐤𝐨 | 𝐓𝐨𝐤𝐫𝐞𝐯 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang