(Name) menggosok mata untuk kesekian kalinya. Gadis itu dongkol. Ia ingin memasak ada saja halangan.
"Gara-gara Kazutora, lensa mataku satu-satunya rusak." Monolog (Name) kesal sambil mengernyit tidak nyaman. Mencoba memfokuskan pandangan pada satu pusat berujung ragu-ragu.
"Mana kacamataku tidak sesuai lagi, hahh—"
Gadis itu mengayunkan pisau ke atas ke dan ke bawah tapi saat hendak mendekati talenan, ia hampir saja memotong jari tangannya sendiri.
(Name) terkesiap hingga melempar jauh-jauh benda tajam itu dari genggaman tangannya yang kini mengeluarkan umpatan teruntuk diri sendiri. "Jari mana bisa tumbuh lagi, gila!"
Ting tong~
Bunyi bel rumah berkumandang sampai terdengar masuk ke gendang telinga sang gadis.
(Name) mengusap kedua tangannya yang basah menggunakan celemek dan beranjak menuju pintu rumah.
"Ha'i~!"
Saat membuka pintu, gadis itu sudah disuguhkan sebuah tembok menjulang tinggi.
(Name) mendongak sambil mengernyit heran. Menerka kenapa tahu-tahu ada penghalang di depan rumahnya sendiri.
"(Surname)-san?"
"Oh... bukan tembok, toh?" Batin (Name) yang turut mengangguk kala nama marganya terpanggil dalam diam.
Dari suara yang gadis itu perdengarkan, merupakan seorang yang berkebalikan gender dengannya.
"Saya kurir yang mengantarkan pesanan anda, bisa tanda tangan disini?" Suara yang dalam dan sedikit serak. Ber-damage.
"Ouw.... ke?" Gadis itu menerima pena dan menggores tinta di atas kertas penerimaan. Meski dalam hati bertanya-tanya, karena yang seingat dan (Name) ketahui, ia tidak memesan barang dalam waktu dekat ini.
Kurir itu mengambil kembali formulir dan menunduk sekilas. Ia tersenyum sambil beranjak pamit meski (Name) tidak dapat melihat hal itu.
Di tangan (Name) saat ini, ia membawa sebuah paket persegi panjang yang kira-kira memiliki panjang selebar lipatan lengannya. Bahkan ber-dekorasi pita (fav/color).
Lantaran penasaran, gadis itu langsung membukanya dan meraba ragu.
"Loh?? Ada kotak lagi di dalamnya." (Name) membuka penutup kotak yang tersisa dan terkesima akan bentuk objek yang ia tengah rasakan saat ini.
"Kacamata?"
Tanpa menunda lagi, (Name) mengenakan kacamata baru itu dan mengerjap berulang kali. Kerutan samar tampak pada dahi sang gadis.
Lensanya pas bahkan menyesuaikan bingkai wajah gadis itu, menggunakan merek yang sama biasa ia gunakan pula.
"Bahkan ada lensa lama persis dengan yang aku miliki?!"
(Name) membatin penuh keheranan, tanda tanya memenuhi benaknya saat ini.
Kenapa ada orang yang berbaik hati menghadiakan barang yang ia butuhkan bahkan sampai mengetahui jenis, bentuk, dan apa yang ia gunakan sampai sedetail mungkin.
Detik berikutnya wajah penasaran bercampur bingung itu kini seketika memucat pasi, "Stalker???"
(Name) ingin segera membuang hadiah itu jauh-jauh sebelum menemukan amplop surat di balik kertas bungkus dekorasi di dalam kotak. Ia mengambilnya dan membolak-balik surat itu.
"Tidak ada tulisan nama pengirim atau.. ...—–!!"
Gadis yang awalnya memasang ekspresi wajah kaget saat masih menelusuri satu lembar kertas kecil itu kini merubah raut mukanya cepat. Datar dan pandangan (Name) menggelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐮𝐬𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐌𝐢𝐤𝐨 | 𝐓𝐨𝐤𝐫𝐞𝐯 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Random╭┈──── ◌ೄ◌ྀ ˊˎ "(Surname) (Name) seorang miko di kuil musashi. Kuil yang biasa digunakan geng Toman untuk rapat dan merupakan saksi bisu dimana geng tersebut dibentuk."...