3 Agustus 2005
Beberapa jam lagi festival Musashi akan diselenggarakan.
Akan tetapi gadis pemilik kuil malah bersantai minum teh pada engawa rumah sembari memerhatikan betapa sibuk dan hebohnya orang-orang sekitar demi lancar jayanya acara malam nanti.
"(Surname)-san," panggil salah satu pekerja lalu lalang.
(Name) menoleh. "Ya?"
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya.
"Kau tidak bisa melihatnya?"
Raut wajah lawan bicara (Name) yang merupakan seorang biksu kecil khas dengan rambut botaknya tersebut menegang ditemani pupil bergetar hebat. "Apa yang bisa saya katakan adalah, kau tengah berdiam diri layaknya seorang ratu tengah menonton rakyat jelata- kami kerja romusha ditemani gelas teh di tanganmu saat ini."
Biksu kecil menelan ludah kasar, "Koreksi saya jika saya salah, tapi, kau tidak segera bersiap-siap?!"
"Hoo~ Matamu jeli juga." komentar (Name).
"Saya tidak berniat memuji!" seru biksu kecil dalam menangkis balik pujian yang dilontarkan oleh gadis itu.
Sejenak ia menghela napas, "Jika kau punya waktu untuk bercanda ria, setidaknya bantulah kami. Disini saja bahkan kekurangan tenaga." lanjut biksu kecil sebelum menangkupkan kedua tangan pada biji tasbih yang tergantung pada leher.
(Name) balas serupa dengan menaikkan kedua bahunya acuh tak acuh. "Bodo amatlah."
Wajah lawan bicara (Name) yang semulanya penuh khusyuk tersebut meredup seolah kehilangan harapan.
Mulutnya pun kian berbusa karna komat-kamit membaca doa guna menyembuhkan sifat ansos yang melekat pada diri gadis itu.
"Apa yang dikatakannya benar, (Name)-chan." Suara lain datang menginterupsi pembicaraan keduanya.
"Semua orang tengah sibuk, bukan berarti kau bisa dengan santainya minum teh di saat-saat penting seperti ini!" sahut seorang wanita miko dari arah yang berlawanan diangguki setuju oleh biksu kecil tentu selain (Name) sendiri.
(Name) memutar bola matanya malas. "Saat genting apa? Tiap tahun juga kuil selalu mengadakan acara yang sama."
Isi gelasnya habis dan gadis itu menuangkan teh baru dari teko keramik di sebelahnya. "Lagipula aku sudah bukan dalam umurnya bermain festival seperti dulu-dulu." Lalu ia kembali menyeruput minumannya.
Serentak tatapan sendu teruntuk gadis itu dapatkan. "(Name)-chan, mau itu pria atau wanita, anak-anak dan yang tua sekalipun, tiada batasan dalam hal yang namanya bersenang-senang. Mereka yang datang ke festival hanya ingin mencari hiburan dan membuat kenangan bahagia bersama dengan orang-orang yang mereka kasihi."
"Bukankah beliau selalu berkata demikian?" timpal biksu kecil akan nasihat yang dikemukakan oleh wanita miko dan di dalam setiap penuturan katanya bersifat curahan hati penuh sirat ketulusan tersebut.
(Name) terdiam.
Seseorang yang lain memanggil wanita miko serta biksu kecil. Mereka berdua hendak beranjak pergi meninggalkan (Name) yang masih saja menunduk menatap bumi.
"Aku tidak pernah lupa." gumam gadis itu kelewat pelan meski sempat masuk ke gendang telinga bagi yang mendengar.
(Name) lalu menengadah, "Ngomong-omong tugasku memang sudah selesai, kok. Kalian sendiri kenapa masih berdiam diri disini jika banyak pekerjaan yang menunggu?"
"Katanya sibuk? atau, jangan-jangan kalian sedang mencari-cari alasan lain agar dapat bermalas-malasan?" Gadis itu kali ini berekspresi seolah-olah ia terlihat kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐮𝐬𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐌𝐢𝐤𝐨 | 𝐓𝐨𝐤𝐫𝐞𝐯 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Random╭┈──── ◌ೄ◌ྀ ˊˎ "(Surname) (Name) seorang miko di kuil musashi. Kuil yang biasa digunakan geng Toman untuk rapat dan merupakan saksi bisu dimana geng tersebut dibentuk."...