Keesokan harinya.....
Hari ini Atsumu mulai melakukan fisioterapinya di rumah sakit. Aku menunggunya selama dia melakukan fisioterapi. Fisioterapis tersebut sempat memeriksa keadaan kakinya lalu melakukan beberapa tindakan ke kakinya. Aku tidak begitu melihatnya dengan jelas.
Prosesnya lumayan lama. Sekitar 1 jam. Fisioterapis itu mengatakan bahwa terapi berikutnya, Atsumu bisa langsung melakukan latihan untuk menggerakkan kakinya. Setelah semuanya selesai, kami langsung pulang karena ada hal yang harus aku kerjakan sekarang.
Di perjalanan pulang, aku melihat Atsumu menyenderkan kepalanya dan menatap jalanan sekitar melalui jendela mobil. Tapi setelah kuperhatikan lebih jelas, ternyata dia sedang melakukan kebiasaan barunya. Ya, dia melamun. Hal itu terlihat jelas karena dia melihat jalanan sekitar dengan tatapan yang kosong. Ciri khas orang yang sedang melamun.
Pada siang hari, psikolog yang kudatangi kemarin datang. Dia terlihat menggunakan baju kasual.
“Siapa itu Sam?”.
“Ohh dia temen kerja gue, dia mau jenguk lo sekaligus bicara sama lo”.
Aku terpaksa berbohong kepada Atsumu. Aku khawatir, jika aku jujur bahwa yang datang adalah seorang psikolog, dia akan merasa kurang nyaman.
“Silahkan duduk”.
“Terimakasih. Ngomong-ngomong kalian kembar ya? Aku tidak bisa membedakan kalian kalau kalian tidak mengecat rambut”.
“Iya, kami kembar. Dan ini kakakku, Atsumu. Anda bisa langsung berbicara kepadanya. Saya tinggal sebentar dulu ke atas”.
Aku meninggalkan mereka agar dapat berbicara empat mata. Ku lihat dari atas Atsumu cepat akrab dengan psikolog tersebut. Setelah kurasa telah selesai, aku pun turun dan menghampiri mereka.
“Bisa bicara sebentar di luar?”.
Aku mengantarkan psikolog tersebut ke luar rumah. Kebetulan di halaman depan ada terdapat kursi di sana.
“Aku melihat kakakmu seperti sedang mengalami gejala depresi. Apa ada perilaku yang ngga biasanya dilakukan kakakmu akhir-akhir ini atau ada perubahan pada berat badannya?”.
“Dia sering melamun, bahkan aku sangat sering menjumpainya menangis di malam hari. Nafsu makannya menurun. Berat badannya juga turun. Dia bahkan terlihat seperti orang yang tidak punya semangat hidup lagi. Dan parahnya, terhitung sudah 2x dia melakukan percobaan bunuh diri”.
“Begitu ya... Apa karena kondisinya saat ini?”.
“Iya. Dia sebenarnya maniak voli. Sebelum kejadian ini dia juga seorang atlet. Karena kejadian kemarin lah yang buat dia seperti ini sekarang”.
Psikolog itu diam. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Namun tidak lama kemudian dia mengatakan hal yang mengejutkan.
“Dilihat dari gejalanya, kakakmu menderita depresi mayor. Nanti aku akan melakukan psikoterapi kepadanya. Dan sebaiknya dari sekarang ganti pikiran negatif dia dengan pikiran positif, tingkatkan komunikasi pada dia, beri motivasi kepadanya, dan ingatkan dia bahwa dia masih punya harapan. Aku percaya kamu bisa melakukannya. Mengingat dua orang saudara kembar memiliki ikatan yang sangat kuat. Kakakmu butuh dukungan dari sekitarnya, terutama kamu”.
“Baik. Saya akan melakukan yang terbaik buat dia”.
“Oke, kalau begitu aku permisi dulu. Ini nomor teleponku. Untuk jadwal selanjutnya, kamu bisa membicarakannya kepada ku terlebih dahulu melalui chat maupun telepon”.
—————
Fyi : Depresi mayor merupakan jenis depresi yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu. Depresi mayor juga biasa disebut dengan depresi berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT [Completed]
ФанфикMiya Atsumu, seorang atlet voli yang mengalami kejadian tragis yang mengubah hidupnya. Kini ia menjadi pribadi yang berbeda dengan dirinya sebelumnya. Bisakah adik kembarnya, Miya Osamu, mengembalikan Miya Atsumu kembali menjadi dirinya sebelumnya?