20. Inaudible Thunder

171 32 0
                                    

Satu hari kemudian.....

Hari ini suhunya terasa sangat dingin. Di luar sana sedang hujan deras. Hanya hujan deras biasa, tanpa adanya petir yang menyambar dan suara gemuruhnya. Aku merasa lega. Setidaknya aku bisa merasakan sebuah ketenangan, karena suara gemuruh adalah suara yang sangat dibenci oleh Atsumu.

Aku sedang berada di ruang keluarga, menonton TV sambil menyesap secangkir coklat panas. Tubuhku jadi terasa hangat setelah meminumnya.

Sedangkan Atsumu berada di kamarnya. Entah apa yang dia lakukan. Tadi aku sempat menawarinya untuk turun ke bawah, tapi dia menolakku dan memilih tetap berada di dalam kamar.

“OSAMUUUU!!!!!”.

Aku dikejutkan oleh teriakan Atsumu. Apa yang terjadi dengannya? Aku pun pergi ke kamarnya.

Setelah aku membuka pintu kamarnya, aku terkejut dengan posisinya yang meringkuk di bawah kasur dan menutupi dirinya dengan selimut. Dia terlihat gemetar dan ketakutan. Aku segera menghampiri dan mendekapnya erat-erat.

“Ada apaaa?”

“S-Samuuu. Gu-gue takuut”.

Bahkan suaranya juga bergetar. Dia semakin meringkuk. Aku mengangkatnya kembali ke atas kasur.

“Ada apa? Kecoa? Tikus? Biar gue usir dari sini”.

Aku berdiri hendak mengecek di sekeliling kamarnya. Tetapi dia menahanku.

“Ja-jangan pergiiii”.

“Lo kenapa?”.

“A-a-ada suara petir tadiiii. Gu-gue takut Sam”.

Suara petir? Padahal tidak ada petir. Hanya suara hujan yang terdengar. Mengapa dia mengatakan ada suara petir?

“Ngga ada petir, Tsum. Cuma hujan deras biasa”.

“Ngga, Sam. Gu-gue denger jelas tadiii. Ada su-suara petir. Su-suaranya keras banget. Gu-gue takuut”.

Dahiku berkerut tanda bingung setelah mendengar penjelasannya. Apa mungkin dia salah dengar?. Namun tiba-tiba dia berteriak. Dia menangis histeris. Dia menutup telinganya rapat-rapat. Tubuhnya semakin bergetar.

“Tsum. Lo denger suara petir lagi?”

“Iyaa. Ke-keras bangeeet. Masa Lo nggak denger”.

“Ngga. Ngga ada petir, Tsum”.

“Ke-kenapa lo aneh banget dari kemarin. Ke-kemarin lo ngga lihat bintang, se-sekarang suara petir yang jelas-jelas terdengar ke-keras lo juga ngga de-denger?”.

“Hah. Lo yang aneh Tsum, ngga ada suara petir”.

Dia tidak menjawab, dia tenggelam pada tangisannya. Aku semakin mendekapnya erat. Berharap agar dia lebih sedikit tenang. Tak lama kemudian, tubuhnya sudah tidak bergetar lagi. Rupanya dia ketiduran.

Karena dia sudah tertidur pulas, aku meninggalkan kamarnya. Hujannya pun sudah sedikit reda, tidak sederas tadi. Aku mengecek handphoneku. Ternyata ada pesan dari Koutarou. Dia mengundang kami untuk melihat pertandingan final besok. Ya, tim Atsumu berhasil melenggang ke babak final.

Tentang Tim Voli Atsumu, aku katakan mereka sangat baik kepada Atsumu. Mereka tetap memperdulikan Atsumu apapun yang terjadi. Aku teringat janji yang dikatakan Koutarou, yang ditujukkan khusus untuk Atsumu. Dan sekarang mereka berhasil mengabulkannya, tinggal satu janji yang belum terkabul. Janji untuk menjadi seorang pemenang, dan mempersembahkan kemenangan tersebut untuk Atsumu. Aku hanya bisa berdoa yang terbaik kepada mereka, rasanya rasa terimakasih tidak cukup. Aku bersyukur Atsumu memiliki kawan-kawan yang baik seperti mereka.

EVANESCENT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang