Kami bersiap-siap untuk berangkat ke tempat pertandingan tersebut. Tadi pagi sempat hujan, tapi untunglah hujan sudah berhenti satu jam yang lalu. Kami datang sekitar jam 12 siang karena pertandingan tersebut akan dilaksanakan pada jam 3 sore. Tempatnya agak jauh, jadi kami harus berangkat beberapa jam sebelumnya.
Sebelum berangkat, aku sempat mengirim pesan kepada psikolog yang menangani Atsumu tentang keanehannya selama 2 hari terakhir ini. Tapi sayangnya pesanku tidak langsung dijawab. Mungkin dia sedang sibuk dan tak sempat memegang handphone.
Kami tiba di sana 2 jam kemudian. Sudah ada banyak orang. Kami bertemu Koutarou saat berada di halaman depan.
“Hey!!! Akhirnya kalian datang.”
“Halo Kou,” jawabku, Atsumu hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
“Kalian langsung masuk aja, kami udah booking tempat kalian di barisan paling depan”.
“Hahaha okelah, thanks ya,” ucapku.
“You're Welcome, gue masuk dulu. Udah telat nih”.
Kami masuk. Dan benar saja ada beberapa bangku kosong di bagian depan dan sudah ditandai.
Bangku-bangku ini udah dibooking khusus si kembar Miya. Jangan diduduki kalo kamu bukan si kembar Miya.
Aku sempat tertawa melihat tulisan di bangku itu. Sebenarnya kalau hanya tertulis—bangku ini sudah dibooking—sudah cukup. Sepertinya aku tahu siapa pelakunya.
Aku membantu Atsumu untuk duduk di sana. Sedangkan kursi rodanya aku lipat dan aku senderkan di pembatas tribun penonton. Aku pergi sebentar untuk membeli minuman dan beberapa camilan.
“Tsum, gue mau pergi beli minuman sama Snack. Lo jangan kemana-mana”.
“Hmm”.
Sekembalinya aku ke sana, ternyata pertandingan sudah dimulai. Awalnya Atsumu terlihat cuek dengan pertandingan tersebut. Tapi lama kelamaan dia terlihat cerewet dan mengomentari jalannya pertandingan itu.
Di situ jelas-jelas ada peluang loh. Kok bolanya ngga diarahin ke wing spiker bagian kiri sih. Kalo gue yang jadi setter langsung gue arahin ke sana tuh.
Dia terus meracau sepanjang pertandingan. Aku membiarkannya walaupun dia sangat berisik. Setidaknya dia tidak murung lagi. Mungkin dengan melihat pertandingan ini, kondisinya jadi sedikit lebih baik.
Pertandingan berlangsung sangat lama dan sangat sengit. Di luar sedang hujan, suhunya semakin dingin. Awalnya tim Atsumu—aku memangilnya begitu karena tidak begitu hapal nama timnya—tertinggal banyak poin. Tapi akhirnya mereka berhasil mengejar walaupun harus melalui reli yang sangat panjang.
Akhirnya pertandingan ini dimenangkan oleh tim Atsumu dengan skor akhir 18-25, 25-23, 20-25, 27-25, 30-28. Para pendukungnya bersorak-sorai atas kemenangan tersebut.
Namun ada hal yang begitu mengejutkan. Dengan serempak seluruh teman Atsumu di sana menghadap ke arah kami dan serempak mengatakan.
“Kemenangan ini khusus buatmu, Atsumu!! Semoga lekas sembuh dan bisa segera bergabung dengan kami lagi!!!!!”
Semua mata tertuju pada kami diiringi dengan tepuk tangan meriah. Atsumu lantas menggenggam erat tanganku dan menangis. Menangis bahagia tentunya.
“Terimakasih banyak!!!!,” ucap Atsumu lantang dan bercucuran air mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT [Completed]
FanfictionMiya Atsumu, seorang atlet voli yang mengalami kejadian tragis yang mengubah hidupnya. Kini ia menjadi pribadi yang berbeda dengan dirinya sebelumnya. Bisakah adik kembarnya, Miya Osamu, mengembalikan Miya Atsumu kembali menjadi dirinya sebelumnya?