29. Funeral

183 34 0
                                    

TOK TOK TOK

Aku dibangunkan oleh suara ketukan pintu. Leherku terasa pegal karena aku tidur dengan posisi yang salah. Saat aku bercermin, mataku merah dan sembab.

“Osamu, gue udah diskusiin ini ke saudara Lo. Gue ngga enak kalo harus ganggu lo. Kita sepakat kalo Atsumu mau dimakamkan sekarang. Lo mau ikut atau ngga? Kalo mau kita bakal nungguin lo buat siap-siap.”

“Kalian duluan aja, gue nanti nyusul.”

“Oke”

Aku mandi sebentar dan memakai baju serba hitam. Baju khas orang yang sedang berkabung. Aku membawa serta payung karena di luar sana hujan masih turun.

Aku tiba di pemakaman, tempat dimana Atsumu dikebumikan. Walaupun hujan turun dengan derasnya, banyak orang yang turut hadir di pemakaman Atsumu.

Lautan tangis tercipta di hujan yang deras ini. Dibawah tenda yang menaungi liang lahat Atsumu, Pengubur membuka sebentar peti mati tersebut. Agar aku dan para pelayat bisa melihat wajah Atsumu untuk terakhir kalinya. Atsumu terlihat tertidur dengan damai, wajahnya pucat. Kemudian mereka menutupnya, dan menguburkannya.

Tangisan dari orang-orang di sekelilingku semakin keras terdengar. Semua orang menangis, tenggelam dalam kesedihan. Rupanya Atsumu memiliki banyak orang yang menyayanginya. Rintarou merangkul ku, mencoba menguatkanku. Walaupun dirinya juga sedang berduka dan berderai air mata.

Saya turut berdukacita, Osamu.
Semoga Atsumu tenang di sana.
Yang sabar ya, Osamu.

Itulah yang mereka ucapkan kepadaku. Lalu Mereka satu-persatu pulang. Meninggalkan aku dan Rintarou sendirian di depan makam Atsumu. Rintarou mengajakku kembali juga, tapi aku menolak dan menyuruhnya kembali terlebih dahulu. Aku ingin berada di sini lebih lama lagi.

Miya Atsumu

Nama itu tertulis indah di sebuah nisan. Yang tanahnya masih basah, tanda baru dikuburkan. Makam Atsumu berdampingan dengan makam bunda kami. Di sebelah kiri makam bunda kami, ada makam ayah kami. Makam mereka saling berdampingan.

Aku berjalan ke tengah-tengah tempat kosong diantara makam ayah dan bunda. Aku berlutut di sana. Aku menangis dan mencurahkan semua isi hatiku di depan makam mereka.

“Ayah.... Bunda.... Osamu kangen sama kalian... Udah beberapa bulan berlalu ya... sejak kepergian kalian....  Pada hari pemakaman kalian.... Osamu sangat terpukul.... Osamu nangis histeris di sepanjang pemakaman kalian.... Sedangkan Atsumu tidak mau menghadiri pemakaman kalian.... Sepertinya dia lebih terpukul dari Osamu... Osamu bingung gimana cara menghiburnya.... Osamu juga lagi berduka.....”

Aku menatap sejenak makam Atsumu yang masih basah. Lalu aku melanjutkan keluh kesahku tadi.

“Atsumu hari ini tega sama Osamu.... Dia tega ninggalin Osamu sendirian.... Sekarang Osamu ngga punya siapa-siapa lagi..... Maafin Osamu... Osamu ngga bisa jaga Atsumu dengan baik.... Semua gara-gara Osamu....”

Aku berdiri, dan berjalan ke makam Atsumu.

“Atsumu... sekarang lo udah bebas... mungkin di sana lo udah bisa lari-larian lagi... Lo tenang-tenang di sana, oke...”

Aku memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, aku pamit kepada mereka bertiga.

“Sekarang mungkin kalian bisa kumpul lagi.... Walaupun tanpa Osamu... tapi Osamu  bahagia kok ngelihat kalian bisa kumpul lagi di alam sana.... Osamu pamit ya... Osamu janji bakal sering-sering ziarah ke makam kalian...”

EVANESCENT [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang