Info : Paraplegia merupakan kondisi paralis pada anggota tubuh di bagian bawah, terutama pinggang ke bawah (tungkai dan organ panggul). Sebagian besar kasus paraplegia disebabkan oleh kerusakan dari otak, sumsum tulang belakang, atau bisa juga keduanya. Sedangkan Paralisis merujuk pada hilangnya kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk bergerak dan/atau merasakan sensasi.
----------------------------------------------------
Aku bergegas pergi setelah membalas pesan dari Koutarou. Aku melajukan mobilku dengan sangat cepat dijalanan yang sudah sepi ini.
Setelah sampai di rumah sakit, aku bergegas menuju meja resepsionis untuk menayangkan di mana Atsumu dirawat.
"Permisi, dimana ruang rawat korban kecelakaan yang baru saja terjadi di jalan xxxxxx?".
"Pasien korban kecelakaan sudah dipindahkan dari unit gawat darurat ke ruang rawat nomor 243 yang terletak di lantai 2. Anda dapat pergi ke lantai 2 dengan lift di sebelah sana."
Petugas resepsionis tersebut menunjuk ke arah lift yang terletak tepat di sebelah kanan tempat resepsionis.
"Baik, terimakasih banyak".
Aku segera menuju lift yang ditunjuk tadi. Untunglah lift langsung terbuka sehingga aku tidak perlu menunggu lebih lama lagi.
Sesampainya di lantai 2, aku langsung mencari dimana letak ruang nomor 243 tadi.
241... 242.... 243... Nah ini dia
Awalnya aku ingin masuk ke sana, tetapi kuurungkan niatku karena melihat dokter yang sedang melakukan pemeriksaan.
Setelah beberapa menit, akhirnya dokter itu keluar. Aku langsung memberikan dokter tersebut dengan banyak pertanyaan karena khawatir dengan kondisi Atsumu.
"Dokter, bagaimana kondisi Atsumu? Apa dia baik-baik saja?".
"Sebelumnya saya ijin bertanya. Apakah anda keluarga korban?".
"Iya!! Saya adiknya".
"Pasien belum sadarkan diri. Tetapi maaf saya harus mengatakan hal ini".
Kenapa. Kenapa dokter itu meminta maaf? Apa terjadi sesuatu dengan Atsumu?
"Maaf? Maaf karena apa?"
"Karena benturan keras di kepalanya akibat dari kecelakaan, pasien mengalami cedera otak".
Cedera otak?
"Tapi... Tapi bisa disembuhkan kan, dok?"
"Masalahnya adalah akibat dari cedera otak yang diderita kakak anda. Karena cedera itulah rangsangan saraf ke tubuh bagian bawah Kakak anda terganggu. Akibatnya, kakak anda mengalami kelumpuhan di kedua kakinya, dalam istilah medis ini disebut Paraplegia".
Kabar tersebut bak petir yang tiba-tiba menyambar di siang hari. Tubuhku kaku. Tubuhku berusaha mencerna dan memahami apa yang telah terjadi.
"Anda bilang kakak saya mengalami kelumpuhan, dok? Saya tidak salah dengar kan?".
"Iya betul. Dengan berat hati saya harus mengabarkan kabar tersebut kepada anda. Untuk membahas tentang pengobatan dan penanganan selanjutnya, nanti anda bisa bicarakan hal itu diruangan saya. Tidak menutup kemungkinan hal ini dapat membuat kakak anda mengalami depresi. Oleh karena itu perlu adanya konsultasi berkala kepada saya untuk membahas apakah kakak anda perlu mendapatkan pengobatan dari segi kejiwaan atau tidak. Saya permisi dulu".
Dokter itu pergi. Tapi aku masih terus mencerna apa yang sedang terjadi. Tubuhku yang menempel dengan tembok merosot ke lantai rumah sakit yang dingin. Aku terduduk. Wajahku menatap ke depan tanpa ekspresi. Aku sedang melamun. Aku sedang merenung.
Aku memeluk lututku sendiri. Aku terisak. Aku menangis dalam diam di lorong rumah sakit itu. Aku tidak bisa membayangkan hal yang mungkin akan dialami Atsumu.
Apa dokter itu bilang? Hal ini mungkin bisa membuat Atsumu mengalami depresi?. Apakah dia akan kehilangan senyumannya seperti dulu?. Apakah dia akan kehilangan keceriaannya? Apakah dia akan menjadi seorang Atsumu yang berbeda dengan Atsumu sebelumnya? Apakah Atsumu bisa melalui semua ini? Apakah diriku siap melihat Atsumu mengalami hal seperti itu?
Aku mulai berdiri setelah beberapa menit terduduk di lorong rumah sakit. Aku berjalan lunglai dan masuk ke ruang rawat Atsumu.
Kriet...
Aku melihat Atsumu tidur dengan tenang. Banyak luka-luka kecil di wajah dan tangannya. Kepalanya terpasang perban. Ada selang oksigen di hidungnya. Ada selang infus ditangannya. Ada juga beberapa selang kecil juga terpasang di tubuhnya. Aku tidak tahu selang apa saja itu.
kakak anda mengalami kelumpuhan di kedua kakinya.
Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Aku berjalan menuju sofa dan duduk disana. Aku menagkupkan wajahku dan menangis lagi. Mataku terasa berat. Entah karena rasa kantuk atau karena aku terlalu sering menangis. Tapi yang kutahu, tak lama kemudian aku tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT [Completed]
FanficMiya Atsumu, seorang atlet voli yang mengalami kejadian tragis yang mengubah hidupnya. Kini ia menjadi pribadi yang berbeda dengan dirinya sebelumnya. Bisakah adik kembarnya, Miya Osamu, mengembalikan Miya Atsumu kembali menjadi dirinya sebelumnya?