Chapter 2

479 24 0
                                    

Di sebuah desa terpencil yang berada tak jauh dari kerajaan HIKING tampak damai dan tenang. Tidak ada kekerasan maupun perkelahian, hanya ada kedamaian. Itu saja sudah cukup untuk para penduduk di desa itu.

Salah satu gadis desa dengan pakaian kumuhnya tampak baru saja datang dari perbatasan. Dia membawa beberapa barang yang ia letakkan di atas keledainya.

"Hei Hye Lee! Apa kau ke perbatasan lagi?" tanya salah satu pemuda yang tampak santai duduk di atas tumpukan jerami.

Gadis itu--Hye Lee--menggelengkan kepalanya heran melihat pemuda itu.

"Aku selalu ke perbatasan setiap awal tahun kalau kau lupa," ucap Hye Lee sembari memutar bola matanya pertanda ia tengah menahan kesal.

Pemuda itu tersenyum menahan tawa. "Baiklah, jangan marah. Aku hanya bertanya," katanya.

Tidak ingin berlama-lama dengan pemuda itu, Hye Lee pun kembali melanjutkan perjalanan dengan santai.

"Melihat caramu berjalan, sepertinya kau tidak tahu jika di rumahmu sedang kedatangan seseorang dari kerajaan?"

Kepala Hye Lee berputar 45° begitu mendengar perkataan pemuda itu. Seseorang dari kerajaan? Yang benar saja! Di rumahnya ada kakaknya.

Hye Lee berlari dan membiarkan keledainya mengikutinya dari belakang. Keledainya tahu jalan pulang ke rumah, jadi tidak masalah membiarkannya pulang sendiri. Lagipula, di desa ini tidak ada yang mau mencuri barang orang lain.

Lupakan tentang barang, kakaknya lebih penting daripada barang. Entah apa alasan dari pihak kerajaan sampai mengutus seseorang untuk datang ke rumah mereka, Hye Lee ingin tahu.

Hye Lee berhenti tak jauh dari rumahnya, ia terkejut melihat kereta kerajaan yang berada tepat di depan halaman rumahnya.

"Kakak!" seru Hye Lee panik dan berlari memasuki rumah.

Hye Lee membuka pintu rumah dan menatap bingung kakaknya yang baru saja memberikan sebuah kertas pada seseorang yang katanya utusan dari kerajaan itu.

"Apa itu kak? Kertas apa itu? Apa yang sebenarnya terjadi disini? Apa kakak baik-baik saja?" tanya Hye Lee cemas.

Hye Lee mendekati kakaknya dan meraih pergelangan tangan kakaknya.

Kakak Hye Lee tersenyum. "Kau tenang saja. Itu hanya surat undangan pesta ulang tahun Pangeran Nishimura," jawabnya memberitahu.

"Pangeran Nishimura tidak bisa merayakan ulang tahunnya bulan lalu karena masalah antar kerajaan. Jadi, dia ingin merayakannya di bulan ini."

Hye Lee diam, menyimak penjelasan kakaknya.

"Kita di undang untuk ikut merayakan pesta ulang tahunnya. Bukan hanya kita, tapi semua penduduk di desa ini juga. Kakak hanya bertugas sebagai wakil kepala desa untuk menandatangani surat undangan itu karena kepala desa sedang dipanggil ke kerajaan untuk menyiapkan hal-hal yang perlu disiapkan."

Hye Lee yang sudah mengerti maksud dan tujuan dari salah seorang utusan kerajaan itu pun mengangguk sembari tersenyum lega.

"Syukurlah, kupikir kakak sedang dalam masalah. Aku cemas sekali memikirkan kakak dalam bahaya," katanya.

"Tenang saja, kakak tidak apa-apa."

Hye Lee tersenyum, begitu pun dengan kakaknya.

"Baiklah, kalau begitu saya pamit dahulu karena tugas saya disini sudah selesai. Terima kasih atas kerja sama Anda, semoga hari kalian menyenangkan."

Hye Lee dan kakaknya dengan kompak menoleh menatap pemuda tampan itu yang kini membungkuk hormat pada mereka.

"Terima kasih kembali," ucap kakak Hye Lee.

Selepas kepergian pemuda itu, Hye Lee meraih pundak kakaknya dan menatap tepat di kedua bola mata kakaknya.

"Kak!"

Kakak Hye Lee hanya bisa menatap adiknya dengan pandangan bingung.

"Jawab aku dengan jujur."

"Baiklah."

"Apa kita akan bertemu pangeran Hee disana?"

7 PRINCE (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang