Chapter 34

61 4 1
                                    

Kriett. . .

"Permisi, apakah ada ora-AAAAAA"

Pedang tajam yang bergerak bagai tiupan angin hampir saja melukai wajah seorang yang membuka pintu. Beruntung Pangeran Riki berhasil menahan diri untuk tidak melukai orang itu. Seorang lelaki yang mengenakan jubah hitam bergaris putih, dengan tanda bintang yang terdapat di beberapa bagian jubah, berdiri kaku dengan wajah yang pucat.

Melihat bintang-bintang itu sontak mengingatkan Pangeran Riki terhadap seseorang. Seorang pangeran yang ingin sekali ia temui di kehidupan ini untuk ia mintai tolong. Seorang pangeran yang dengan senang hati akan membantunya tanpa pamrih. Seorang pangeran yang mungkin dapat memberikan sesuatu yang ia butuhkan.

"Kak Sunghoon?" Pangeran Riki berlirih.

Lelaki itu mengernyit, tampak kebingungan. "Hah?"

Sadar bahwa dirinya telah membuat lelaki di depannya itu kebingungan, Pangeran Riki pun segera meminta maaf.

"Maaf atas kelancangan dan sikap saya, Yang Mulia."

Dalam ingatannya masih teringat jelas bagaimana sosok Pangeran Sunghoon yang gagah, tampan, berkulit putih dan berwibawa. Sudah jelas bahwa lelaki yang telah menemukan tempat persembunyiannya adalah Pangeran Sunghoon dari Kerajaan SPARK. 

Pertemuan pertama yang mendadak ini membuat Pangeran Riki tak kuasa menahan keterkejutannya melihat Pangeran Sunghoon yang kini berdiri di hadapannya. Sang pangeran berhati dingin yang mampu menaklukan hati tiap putri dari kerajaan lain. Pangeran yang terlihat sangat cocok dengan musim dingin karena warna kulitnya yang begitu putih seperti salju.

"Kau mengenalku?" tanya Pangeran Sunghoon, tak sanggup menyembunyikan raut terkejutnya.

"Tentu saja! Ah, sebelumnya saya belum memperkenalkan diri. Saya Pangeran Riki dari Kerajaan HIKING."

"Apa kau putra mahkota yang menjadi pembicaraan itu?"

"Bukan, itu bukan saya."

"Lalu siapa?"

"Kakak saya, dia putra mahkota yang sangat terkenal." Pangeran Riki tertawa kecil menyadari dirinya tanpa sadar telah meninggikan nama sang kakak.

Pangeran Sunghoon mengangguk "Oh begitu rupanya. Nampaknya aku salah mengira, maaf."

"Tidak apa, semua orang juga mengira hal yang sama."

Pangeran Riki tak ingin membuang kesempatan, ia segera mempersilahkan Pangeran Sunghoon untuk duduk di atas tempat tidurnya karena tidak ada kursi. Sangat tidak baik jika seorang pangeran duduk di atas tumpukan jerami, terlebih pangeran dari Kerajaan SPARK. Mengingat kerasnya Raja James terhadap derajat dan status.

"Maaf jika saya lancang Yang Mulia, namun apakah boleh saya bertanya alasan mengapa Yang Mulia berada di tengah hutan dan menghampiri gubuk ini?" Pangeran Riki bertanya dengan penuh kehati-hatian, takut menyinggung atau bahkan terkesan ingin tahu masalah pribadi sang pangeran dari kerajaan lain.

Terdengar helaan nafas dari pangeran yang duduk di atas tempat tidur. Pangeran Sunghoon menatap langit-langit gubuk, matanya yang indah memancarkan kesedihan. Bibirnya terangkat membentuk senyuman pedih yang menyayat hati.

Mendapati pemandangan langka seperti ini lantas membuat Pangeran Riki merasa iba. Dirinya merasa kedatangannya kali ini telah membawa dampak buruk bagi kehidupan para bangsawan. Padahal dia belum berbuat banyak, dan belum bertemu dengan pangeran lainnya.

"Aku membenci hidupku."

Tiga kata yang terucap dari mulut sang pangeran semakin menciptakan rasa bersalah yang teramat besar bagi Pangeran Riki.

7 PRINCE (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang