Uw aandacht alstublieft, passagiers van Royal Dutch Airlines op vluchtnummer KL855 naar Busan alstublieft aan boord van deur A12, Dank u.
"Mohon perhatiannya, penumpang Royal Dutch Airlines dengan nomor penerbangan KL855 menuju Busan mohon boarding dari pintu A12, Terima kasih."
Suara speaker dari pusat pemberitahuan aktif menyala sejak satu jam lalu. Sibuk memberitahu para penumpang tentang informasi terkini pemberangkatan maskapai selanjutnya.
Jeongin yang sedari tadi hanya sibuk mengotak-atik rubik berbentuk kubus hadiah ulang tahun dari papa yang diberikan tiga bulan lalu, segera terburu-buru menyeret koper abu mengkilap dan menuju lokasi yang sudah diarahkan. Disambut dengan pramugari dan pramugara yang ramah, ia menempatkan dirinya di bangku nomor 04. Sisanya—orang tua Jeongin— berada di depan bangkunya dengan slot cukup untuk dua orang. Dan tersisa satu bangku kosong disampingnya. Entah, pemiliknya belum terlihat batang hidungnya padahal sebentar lagi pesawat akan lepas landas.
Masih sama. Mengotak-atik. Memutar ke kanan, kiri, atas, bawah. Asyik dengan dunianya sendiri. Dengan earphone terpasang di telinga sambil memutar playlist kesukaannya. Mulutnya sibuk mengunyah permen karet yang sudah habis rasa manisnya sedari tadi. Begitulah caranya menyibukkan diri.
Aura berubah seketika setelah sang pemilik bangku di sampingnya itu sampai dan meletakkan tubuhnya di atas bangku 05. Terlihat berantakan dan tidak teratur. Berlawanan dengan dirinya yang tidak bisa membiarkan satu garis melenceng sedikitpun dari arahan penggaris. Jeongin hanya melirik sebentar dan tak mau tahu urusannya.
"Eh, hai! Orang Busan? Apa cuma liburan aja?", ujarnya sok akrab.
Menahan mengeluarkan napas berat di depan orang itu karena terkesan tidak sopan. Pemuda itu menjawab, "iya orang Busan."
Disinilah konversasi sebenarnya dimulai.
"Wah pulang kampung bro? Boleh kenalan? Gua Jisung."
Benar-benar mengganggu. Lihat saja, tinggal beberapa putaran lagi ia akan menyelesaikan rubik untuk ke-8 kalinya. Hanya dibalas dengan, "Jeongin."
"Btw itu lo lagi ngunyah permen karet? Bagi dong men." ujarnya santai.
Lagi-lagi aktivitasnya terganggu. Sungguh batinnya hanya berkata, "mimpi apa gua semalem sampe ketemu orang begini." Hanya mengeluarkan bungkus permen karet di saku celana dan memberikannya pada Jisung.
Orang itu banyak bicara. Entah membicarakan tentang apa. Jeongin berpura-pura tidur agar Jisung berhenti bicara. Benar-benar melelahkan berinteraksi dengan orang aktif.
•
Busan | 9PM, KST
Menghabiskan waktu perjalan sekitar 11 jam, benda besi dengan ukuran jumbo tersebut melesat membelah pesisir kota Busan. Sembari menggulir layar ponsel dan melihat pesan perpisahan dari teman-temannya semasa di Amsterdam. Sesekali menengok keluar jendela dan melihat gemerlap lampu malam kota. Mengingat masa kecil tinggal di Amsterdam. Hanya dengan rubik, tabel periodik, kumpulan rumus kimia, ensiklopedia biologi dan apalah itu. Benar-benar sepi dan monokrom. Tujuannya ke Busan kali ini tidak lebih untuk melanjutkan pendidikan. Hanya beda negara dan kali ini orang tua Jeongin tidak dapat menemaninya belajar dan tumbuh kembang. Ia akan tinggal bersama rekan orang tuanya. Masih belum mengerti bagaimana jelasnya. Ia hanya mengikuti alur kehidupan.
Beste passagiers, binnenkort landen we op Busan International Airport, Zuid-Korea, Gimhae, het tijdsverschil tussen Amsterdam en Busan is 11 uur. We nodigen u uit om terug te keren naar uw respectievelijke stoelen, de rugleuning van de stoel recht te trekken, de kleine tafels die nog voor u open staan te sluiten en te vergrendelen en uw veiligheidsgordel vast te maken.
"Para penumpang yang terhormat, sesaat lagi kita akan mendarat di Bandar Udara Internasional Gimhae, Busan, Korea Selatan, perbedaan waktu antara Amsterdam dan Busan adalah 11 jam. Kami persilahkan kepada anda untuk kembali ke tempat duduk anda masing-masing, menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka di hadapan anda, dan mengencangkan sabuk pengaman."
Melihat rekan barunya masih tertidur manis, Jeongin berinisiatif untuk membangunkan bocah aktif itu.
"Kak Jisung, udah landing. Ntar kalo ga bangun, lo balik lagi ke Amsterdam." gurau Jeongin dengan wajah datarnya.
Yang dibangunkan langsung terbangun dan menyambar beberapa barang bawaannya. Lalu berkata, "landing? Hah? Oh... Kirain lo mau maling tas gua." Hanya meng-iya kan pernyataan ngelantur milik Jisung.
"Gua seneng ketemu sama lo, ya walaupun lo cuek. Haha tapi gpp mungkin kalo kita ketemu lagi, kita bakal deket. Semoga kita ketemu lagi ya, Jeongin."
Perpisahan untuk kedua kalinya. Teman selama 11 jam. Konyol. Bahkan mereka tidak saling bertukar nomor ponsel. Bicara pun hanya sebatas "mau cemilan?", "pinjem charge hp dong." Mungkin Jisung dengan cepat tahu karakter Jeongin. Ia tidak mau mengganggu dan membuat Jeongin tidak nyaman dengan tingkahnya. Setengah perjalanan mereka gunakan untuk tidur. Tidak ada konversasi apapun. Disisi lain, Jeongin merasa senang dapat bertemu dengan Jisung. Baru kali ini ia bertemu dengan sosok seperti kakak laki-laki. Dan kali ini mereka benar-benar harus berpisah. Dan apabila takdir menemukan mereka lagi, Jeongin bersumpah tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk bermain dan menghabiskan hari bersama Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟫𝟣𝟣 • 𝙃𝙮𝙪𝙣𝙟𝙚𝙤𝙣𝙜
Romance"Are you http? Cause without you, i'm :/" -Jeongin "Ya halo 911, tolong saya. Tolong saya menormalkan detak jantung saya." -Hyunjin