𝟤𝟦

182 32 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




















"Nih."


Jeongin hanya melirik ke arah objek tanpa berkata-kata.


"Ambil!"

Jeongin menyampar malas minuman isotonik itu. Walau sempat bertanya dalam rangka apa Samuel memberikan itu padanya. Biasanya saja mereka tidak pernah akur seperti Tom and Jerry.

"Ga bagus habis olahraga ngelamun."


"Bukan urusan lo."


Samuel hanya berusaha menahan diri melihat kondisi emosi Jeongin yang belum stabil.









"Hari ini ada jadwal Science Club ya?" tanya Samuel basa-basi.

"Hm." dijawabnya dingin.

"Pulang bareng yuk."


"Gausah banyak gaya, lo bukan fisika."


"Yaelah judes amat."








"Eh tau ga? Toko tteok lagi promo tiap Kamis."

"Terus?"

"Lo suka tteokpokki kan? Maksud gua...ya kenapa ga sekalian pulang SC kita mampir?"

"Darimana Lo tau?"


"Lewat beranda Instagram katanya mulai buka promo lagi."


"Bukan. Darimana lo tau kalo gua suka tteokpokki?"

"Renjun."

Jeongin merutuki nasibnya. Ia tak mau berurusan lagi dengan memori usang. Takutnya hal itu terjadi lagi.








"Hey! Kok ngelamun? What's wrong?"


Jeongin beranjak dari tempat duduknya karena tidak minat berbicara dengan pria New Zealand itu sambil berkata, "Bukan urusan lo."

Samuel berusaha mengejar Jeongin sebelum jauh dari pandangannya.
























"Jeongin!"

"Apa lagi?" Jeongin berhenti untuk merespon Samuel.

"Kemarin gua liat postingan instagram. Menurut psikologi, kalo orang sering marah-marah berarti dia butuh cinta."

Samuel kembali memeluk Jeongin tanpa konteks. Di tengah lapangan. Jeongin menolak Samuel untuk kedua kalinya.

"Apan sih lo!"

"Kok dilepas?"

"Makan tuh postingan psikolog!"

Jeongin melangkahkan kaki dengan cepat dan segera menuju ruang kelas. Sama saja jika ia menuju ruang kelas, toh akan bertemu Samuel Kim lagi. Sel otaknya mengarahkan otot kaki agar bergerak ke arah rooftop saja. Di puncak lantai 3, tangannya segera mengunci pintu rooftop agar tidak ada siapapun yang menggangunya. Sekarang ia tak peduli jika akan terlewat mata pelajaran Sir Edwin. Palingan ia hanya akan mendapat hukuman membuat makalah dua jilid. Stock makalah masih banyak di folder file milik Jeongin. Jeongin hanya ingin ketenangan. Rasa dan pikiran kacau benar-benar berhasil mengganggunya.

𝟫𝟣𝟣 • 𝙃𝙮𝙪𝙣𝙟𝙚𝙤𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang