Baru sekitar tiga hari lalu ia harus melalui hari suramnya setelah kisah melankolis melanda hari itu. Sekarang ia harus kembali ber-overthingking ria. Ah bagaimana mau fokus pelajaran kalau begini?
B : "Jin...kalo capek lo pulang duluan aja gpp. Apa perlu gua anter?"
M : "Muka lo pucet banget, udah sarapan? Kalo belom ayo ke kantin."
C : "Jin...udah dong sedihnya, lo masih punya kita."
E : "Sumpah walau kadang Changbin kalo ngomong suka ngelantur, tapi kali ini gua setuju."
J : "Jin nanti pulsek kita ke rumah lo aja gimana? BBQ-an kan asik tuh sekalian malming. Mau ya?"Mereka benar-benar berusaha menghibur Hyunjin, they treat him like a newborn-baby. Mereka tak mau Hyunjin terlalu asik dengan kesedihannya dan melunturkan Hyunjin yang usil dan periang.
H : "Hahahah santai kali. Cuma ada yang gua pikirin aja, gua udah ikhlas sama nyokap."
B : "Lo mikir apa? Kita pikirin bareng-bareng."Hyunjin memberikan amplop cokelat kepada Chan yang sedari tadi ia mainkan. Yang lain ikut berkumpul untuk melihat isinya.
Astronomic olimpiade in Hertogenbosch.
Chan langsung mengerti. Pikirannya ikut terbelah dua.
J : "Hah? Hertogenbosch makanan apaan oit."
E : "Ini lo nge sarkas apa emg beneran tolol?"
J : "Seriusan gua gatau."
E : "Oalah alami."
B : "Hertogenbosch, Dutch. Right?"
C : "Buset jauh amat!"
J : "Dutch makanan mana lagi itu?"
M : "Mending lo diem no daripada gua tampol nih sebelah gua ada beton 2 kilo."
J : "Yamaap."B : "Ini serius sih. Lo punya tanggung jawab selain buat diri lo. Jaga diri di negeri orang, and....
Jeongin? Dia jadi tanggung jawab lo sekarang. Gua tau pikiran lo jadi berakar gini. Lo tenang dulu, nanti kita pikir pakai kepala dingin, okay?"
J : "Nah iya itu. Ya walaupun gua gangerti Chan ngomong apa tapi karena dia pinter yaudah gua ngikut."
E : "Ho, kata gua lo bener. Dah itu beton samping lo ambil aja sekarang."Ting tong! Ting tong!
"Sialan! Gua lupa lagi di gedung MIPA!" ucap spontan Jeno sambil berlari keluar kelas dan kembali ke gedung IPS. Disusul dengan tawa kecil dari yang lain, termasuk Hyunjin. Setidaknya tingkah Jeno barusan dapat membuat lekukan bibir itu membentuk kurva naik sekarang.
•
Hyunjin terlalu asyik dengan benda bulat itu. Melemparnya kesana-kemari. Memantul-mantulkan bagai pemain profesional. Sejak istirahat pertama waktunya ia habiskan untuk bermain di lapangan.
"Temen lo. Kasian banget." ucap Minho pelan sambil memerhatikan pemuda jangkung itu.
"Tuhan tau kalo dia kuat." balas Chan kepada Minho yang sedari tadi juga memerhatikan Hyunjin.
Bayangan baru masuk ke lapangan indoor itu.
"Eh, Jeongin? Nyari Hyunjin?"
"Hehe iya Kak Chan, Hyunjin ada?" sahut Jeongin dari luar ruangan. Lantas Chan hanya menunjuk kearah Hyunjin untuk memberitahu akan keberadaan Hyunjin disini.
"Kak!" panggil Jeongin. Hyunjin menoleh ke sumber suara.
"Ada pendalaman materi cerdas cermat."
"Oh iya lupa!" balas Hyunjin dengan telapak tangan memegang dahi.
Hyunjin segera menghampiri Jeongin dengan baju penuh peluh akibat bermain basket.
"Nih minum dulu habis itu ganti baju." ujar Jeongin dan menyodorkan paper bag berisi baju ganti.
•
"Kak Hyunjin, percaya nggak kalo hidrogen itu salah satu unsur yang kena diskriminasi." tanya Jeongin dengan posisi leyeh-leyeh di atas meja lab.
"Hah? Masa?"
"Iya, tapi diskriminasi istimewa"
"Kok bisa?"
"Hidrogen itu unsur golongan 1A non-logam, sedangkan teman-temannya logam. Kenapa? Karena hidrogen adalah salah satu unsur pembentuk air, bukan logam makanya dia istimewa. Kayak Kak Hyunjin."
Hyunjin hanya terpaku dengan kalimat terakhir Jeongin. Ia mengerti maksud Jeongin walau sempat diajak berputar-putar. Hyunjin menahan senyum salah tingkah dan terus membatin, "Sialan! Kenapa gua jadi lemah?".
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟫𝟣𝟣 • 𝙃𝙮𝙪𝙣𝙟𝙚𝙤𝙣𝙜
Romance"Are you http? Cause without you, i'm :/" -Jeongin "Ya halo 911, tolong saya. Tolong saya menormalkan detak jantung saya." -Hyunjin