Hyunjin masih belum mampu berbuat apa-apa, tubuhnya masih terbaring lemas.
Hyunjin membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk dapat berbicara dan ia juga yang memulai konversasi antara keduanya.
"Kenapa Belanda?"
"Urusan bisnis." jawab singkat Minho sambil berkutat dengan ponselnya.
"Semuanya udah tau, masalah ini gua yang handle. Lo gausah banyak pikiran dulu, Sir Evan nerror misscall mulu." lanjut Minho.
"Jeongin?"
Satu nama yang terlintas dibenak Hyunjin saat ini.
"Anak-anak udah tau semua. Nanti sore landing, katanya."
Hyunjin hanya mengiyakan pernyataan Minho dan memilih untuk kembali berbaring karena keadaannya belum stabil. Selain Minho, Beomgyu juga turut serta dalam hal ini meski ia tidak begitu paham tentang situasi yang terjadi di masa lampau.
Di sisi lain, kehidupan di Busan.
"Ah... Gua kecewa berat, Je." keluh Jisung setelah mengetahui yang sebenarnya terjadi.
"Iya, Jeje tau rasanya. Ya mau gimana? Nasi udah jadi bubur." jawab Jeongin agak kebingungan untuk merespon Jisung.
Mereka berdua memutuskan untuk berangkat ke Belanda, karena mereka tahu dan pernah tinggal di sana. Sekitar pukul 8 pagi mereka harus sudah sampai di bandara dan bersiap untuk menuju Hertogenbosch. Destinasi kali ini bukan untuk berwisata. Selain Jeongin, Jisung juga memiliki urusan tersendiri yang harus ditebas habis saat ini juga. Rumit seperti akar. Butuh 11 jam antara Busan dan Belanda.
•
Minho masih terkejut bahwa kehadiran Jeongin tidak sendiri. Jisung menatap intens Minho seakan mengisyaratkan "Urusan kita belum selesai, masih banyak yang harus dijelaskan". Hampir bertengkar saat itu juga namun harus tertunda karena saat ini mereka ada di rumah sakit.