*Tok tok tok
Membuka sedikit pintu kamar sebelum pemiliknya memberi izin.
J : "Kenapa?"
H : "Je... Ke balkon yuk."
J : "Mau ngapain? Udah malem."
H : "Gua ga ngerti materi tadi siang."
J : "Oke."Terduduk lah mereka di depan balkon sambil menikmati angin malam dibawah hamparan rasi bintang. Sebenarnya tak ada apa-apa di benak dua insan itu. Hanya ingin duduk dan bercengkrama, bercerita tentang hari ini. Ajakan Hyunjin untuk membahas soal hanyalah sebuah formalitas. Nyatanya mereka sedang bercanda di depan sana. Kapan lagi, Hyunjin sosok anak tunggal selama 17 tahun dapat tertawa sambil bercerita hingga larut malam begini. Nyaman. Ya, tiba-tiba terasa nyaman. Keluh kesahnya beberapa hari lalu terasa hilang entah kemana. Hingga mahkluk Tuhan ini membuka mulut.
"Je..."
Jeongin hanya menoleh.
"Pacaran yuk." ajaknya tanpa beban.
"Sinting." jawab Jeongin sekilas seraya meninggalkan tempat duduknya dan masuk kedalam.
Yang lebih tua tidak cepat menyerah. Jeongin yang baru setapak menyentuh lantai lorong dikejutkan dengan gerakan cepat dari Hyunjin seolah menghadang. Tubuhnya terkunci tak bisa melakukan perlawanan. Hanya dirinya, Hyunjin dan angin malam yang menjadi saksi bisu. Kedua kornea itu kini saling terpaut. Melihat warna dari masing-masing iris. Intens. Dan...
Cup
Kecupan manis sekilas dari Hyunjin sebelum mengeluarkan sepatah kata.
Hyunjin gila, batin Jeongin.
Sekilas namun dapat meluluhkan hati beku nya. Manis. Nyaman. Benar-benar nyaman. Lantas apa yang membuat Hyunjin secara spontan dan tanpa pikir panjang melakukan hal itu?
"Gua sayang sama lo. Gua nyaman sama lo. Lo cuek, gua suka. Lo cerewet, gua suka. Lo bukan adik gua. Persetan, kita bukan kakak beradik. So..
Will you be mine?"
•
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟫𝟣𝟣 • 𝙃𝙮𝙪𝙣𝙟𝙚𝙤𝙣𝙜
Romance"Are you http? Cause without you, i'm :/" -Jeongin "Ya halo 911, tolong saya. Tolong saya menormalkan detak jantung saya." -Hyunjin