𝟽

306 62 1
                                    

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"

Proposal lo yang pegang ya, sisanya kasih sekretaris aja." ucap Chan memimpin tim nya

"Ya." balas Hyunjin sambil merapikan lembaran-lembaran kertas ke dalam satu klip


Perpustakaan mulai sepi sejak 12 menit lalu. Anak-anak science club sudah meninggalkan jejak sedari tadi sehingga hanya tersisa tim OSIS di dalamnya.

Seperti biasa, Hyunjin selalu keluar belakangan tak tahu apa tujuannya. Yang pasti bukan mengecek tiap kolong meja perpustakaan untuk memastikan ada bolpoin atau pensil yang tertinggal. Akhir-akhir ini ia agak tertarik dengan sastra Belanda. Berputar-putar mengelilingi rak buku hanya sekedar melihat-lihat dan mencari buku genre itu. Ia ingin mengenali lebih dalam.























Akhirnya.




































Buku dengan hard cover titanium white berhasil membuat matanya melirik dan meminjam buku itu. Hanya sekedar membuka sekilas dan berjanji untuk membacanya nanti.

Sementara itu, sedari tadi bocah ini hanya duduk berdua dengan temannya seperti anak hilang. Jeongin menunggu Hyunjin selesai dengan urusannya. Celingak-celinguk mencari sosok dengan balutan almamater biru.

























Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Sampe kapan ini kita begini?" tanya Renjun.

"Kak Hyunjin belum ada." ujar Jeongin sambil menengok kanan kiri. Hyunjin benar-benar membuatnya menunggu.

"Siapa? Kak Hyunjin? Lo ngapain nungguin dia?" tanya Renjun semakin heran dengan anak ini.

Jeongin kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang satu ini. Hyunjin bukanlah saudara, kerabat, apalagi kakak laki-lakinya.

"Emm...Kak Hyunjin itu—"

































"Lo nungguin? Kirain mah cabut duluan. Ayo pulang."

Yang ditunggu-tunggu dari tadi akhirnya muncul dengan tanpa dosa. Sisi baiknya, Jeongin jadi tak perlu repot-repot memikirkan jawaban dari pertanyaan Renjun.

Entahlah mereka langsung meninggalkan Renjun sendiri karena Hyunjin langsung menarik tangan Jeongin mengajaknya pulang. Melewati gerbang, mereka bertemu dengan tim basket yang juga baru selesai latihan dan menuju ke masing-masing rumah.




































"Kak Jeno ya?" tanya Jeongin sok akrab.

Bukan hanya yang ditanya yang kebingungan, Hyunjin pun begitu. Anak baru yang satu ini sepertinya cepat sekali menguasai panggung. Berbicara dengan kakak kelas bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh adik kelas. Sebagian dari mereka harus memikirkan apa yang akan dikatakan terlebih dahulu mengingat senioritas disini cukup tinggi. Bukan karena Jeongin sedang bersama dengan Hyunjin jadi ia lebih percaya diri, namun Jeongin sudah tak tahan ingin menceramahi Jeno tentang caranya memainkan bola basket. Jeongin sudah gemas sedari tadi.

"Kak, lain kali kalau main basket yang teliti ya. Supaya nggak kebobolan terus."

Anjir? Ini anak siapa buset —batin Hyunjin. Jeno makin kebingungan karena tak tahu apa yang barusan dilakukannya.

"Harusnya tadi lemparnya pas sudut elevasi 60° aja, bukan 85°. Nanti nggak bisa masuk ring. Oke itu aja, good luck." jelasnya enteng sambil tersenyum dan meninggalkan jejak dari posisi awal.

Jeno dan Hyunjin? Mereka hanya menatap satu sama lain, heran dan bingung.



























"Siapa barusan bro?" tanya Jeno. Merasa blank karena shock dengan sikap Jeongin dan langsung disambar pertanyaan oleh Jeno.

"Eh, ponakan. Gausah diambil hati, duluan sob." balas Hyunjin sambil berlari mengejar Jeongin.













Di jalan, Hyunjin berusaha mengimbangi dan berjalan disamping Jeongin.

H : "Lo kenapa?"
J : "Hm?"
H : "Barusan."
J : "Kalau ngasih pertanyaan yang lengkap."
H : "Jeno. Kok Lo berani?"
J : "Loh kenapa nggak berani? Kak Jeno nggak gigit barusan."
H : "Dia kakak kelas lo."
J : "Iya, terus? Kan sama-sama makan nasi."
H : "Halah suka-suka lo."

Hyunjin menyerah tak mau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, biarkan menjadi urusan mereka masing-masing.

Hyunjin menyerah tak mau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, biarkan menjadi urusan mereka masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝟫𝟣𝟣 • 𝙃𝙮𝙪𝙣𝙟𝙚𝙤𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang