6. Genk Motor

29 11 11
                                    

Phanter.

"Sean! Di mana ketua lu ?" tanya remaja laki-laki yang tengah duduk di atas motor ninja merah, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Andi.

Masih dengan memakai seragam sekolah, baju dikeluarkan, tidak memakai ikat pinggang, dasi sekolah yang ia ikat diatas kepala, rambut yang berantakan, lengan seragam digulung hingga sikut, dan satu batang rokok terselip ditelinga kirinya.

Tidak jauh berbeda dari laki-laki tersebut, Sean pun demikian.

"Sabar, bentar lagi juga dateng," jawab Sean malas.

Laki-laki itu mengangguk mengerti, dan tiba tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang remaja tersebut.

"Lu belum kapok juga Ngga?" ujar pemuda itu dengan santai, kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung celana. Terlihat sangat tampan.

Andi dan Angga menolah menatap musuh bebuyutannya dengan tangan ia kepalkan begitu keras dia berdiri dari motor ninja, siap menerkam lelaki yang jauh lebih tua darinya. Persetan, dengan rasa hormat.

"Araski!" geram Angga.

"Gua gak butuh ocehan gak penting lu, sekarang yang gua mau lu balapan sama gua, kalau lu kalah, lu harus mengakui kekalahan lu di depan banyak orang!"

Araski tersenyum, lalu ia menatap satu persatu orang-orang yang ada di sana. Tidak lama ia memerintahkan untuk semua orang menjauh dari area balapan. Setelah merasa semuanya aman, ia mendekati Angga lalu berdiri di depannya.

"Ada masalah apa lu sama gua?" tanya Araski to the point.

"Ck! Jangan pura-pura gak tau bangsat!"

Araski mentap tanpa ekspresi dengan otak yang kini ikut berpikir keras, tidak sekali dua kali Angga mengajaknya balapan seperti ini, dia selalu mengatakan hanya ingin lebih unggul dari Araski. Araski bisa saja mengalah, tapi apa salahnya untuk ikut bermain sebentar?

"Lama lu Ras!"

Bugh!

Angga memukul rahang Araski kencang, membuat Araski yang tidak siap ke colongan. "Gua gak butuh ke bungkaman lu, gua cuma minta lu balikin apa yang udah lu renggut selama ini dari gue!"

Angga memukul kembali Araski, tetapi sebelum mengenai wajah dengan mudah Araski menangkap kepalan tangan Angga di depan wajahnya. Senyum yang tak pernah Araski tunjukan, kini terlihat. Membuat Angga semakin terpancing.

"Gua gak mau ngotorin tangan gua buat nonjok lu, kita buktiin sekarang, sesuai perjanjian yang berlaku." Araski menghempaskan tangan Angga, dan berlalu menuju arena.

Araski dan Angga sudah bersedia di arena balap, suara kenalpot motor sangat memengakan telinga, di hadapan mereka ada seorang gadis cantik yang memengang bendera, gadis itu mengayun-ayunkannya, dan mulai berhitung.

"1!"

"2!"

"3!!"

"ARASAKIIIII!!!!"

Braamm!!!

"ANGGA!"

Teriakkan para penonton membuat keadaan menjadi panas, Araski dan Angga terus melaju begitu cepat, Angga terlihat tidak ingin kalah dari Araski, ia dengan brutal dan kencang menggas motornya.

"ANGGAA SEMANGAATTT!"

"ARASAKIIIII!"

Araski tidak jauh berbeda dengan Angga, ia mengambil start pertama di depan, dan terus melajukannya dengan cepat. Hingga garis finis pun terlihat di depan mata.

"WUUUUUUUUH"

"Araski semangat!!"

Angga terus mencoba melewati Araski, tetapi begitu sulit, hingga akhirnya...

"Kamu harus mencontoh sifat Abang kamu Angga!"

Brak!!

"Angga!!" Semua orang kini begitu panik melihat Angga terjatuh, mereka pun segera menyelamatkannya, ia terjatuh ketika garis finish ada di depan. Angga menatap penuh amarah, ketika ia tahu bahwa dia kalah untuk kesekian kalinya. Dia terus memukul kepala, membuat anggota Panther segera menghentikan perbuatan tersebut.

Araski menatap jengah drama yang dilakukan Angga, si ketua Phanter. Ia dan anggota Dark blood hanya melihat dan menyaksikan drama di depan mereka. Ya, Araski memenangkan balapan tersebut.

"Angga, pelan-pelan aja jalannya," tegur Andi. Angga dipapah oleh Andi menuju geng Dark blood. Angga hanya bisa meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Gua gak akan pernah mau berhenti, sebelum lu balikin milik gua. Sebelum cara kotor gua yang buat lu tunduk sendiri," ancam Angga pada Araski. Ia merogoh celananya dan mengeluarkan sebuah kunci motor keluaran baru yang baru saja ia beli.

"Oh iya. Gw tunggu balapan selanjutnya."

Andi berjalan meninggalkan Dark blood. Andi menatap jengah Angga, "Nih anak udah berulang kali di kalahin masih aja mau ditantang, untung temen. Coba kalau bukan? Gua udah ajak ribut nih bocah," gumam Andi. Kini, ia tengah menunggu kedatangan Reano. Rean harus tahu apa yang tengah terjadi saat ini.

"Angga, Andi!" Akhirnya yang di tunggu hadir juga.

"Fathan! Tolong bantu Angga," pinta Andi. Rean menatap penuh khawatir temannya itu, dia amat sangat tahu bagaimana sifat seorang Angga. Kali ini apa lagi?

Araski dan Angga adalah saudara tiri, semua orang juga tahu itu. Angga sangat memberi Araski setelah kejadian di mana kasih sayang orang tuanya di alihkan pada Araski, di sini Angga lah adiknya, tapi kenapa yang di beri kasih sayang hanya Araski? Angga juga membenci orang tua nya yang selalu membanding-bandingkan sifat di antara mereka berdua. Angga itu pendendam, dia akan melakukan segala cara untuk membalas rasa sakit nya.

"Angga kenapa?" tanya Rean.

"Gua gak tau, tapi sebelum sampai di garis finish Angga oleng, sama halnya kejadian tiap kali dia balapan sama Araski."

"Terus Bang Araskinya mana?"

"Udah balik."

"Re! Baru datang?" sapa Fathan sembari menuntun Angga, di susul, di belakangnya ada Bryan Alexander, Kenzie Rafael Pratama, Farel Alvaro Aldebaran, dan kembaran Farel, Alrevano Aldebaran.

"Iya," Rean bersalaman khas laki-laki pada mereka. "Mending kita bawa Angga ke markas, kasihan mukanya bonyok gitu." Ledek Rean di susul dengan tawa teman-teman yang lainnya.

"Anjir, gua ketua lu lu pada yak! Jangan kurang ajar." Geram Angga.

"Iya bos siap!" ujar Vano.

"Btw, lu beneran kasih motor itu ke Araski? Gila, orang kaya emang beda." Rean menggelengkan kepala heran, ya Angga adalah orang punya, siapa sangka di usianya yang masih 18 tahun sudah memiliki bisnis dengan membangun cafe untuk tongkrongan anak muda. Cuan nya ga main-main.

"Aman, cuma 80 juta."

"Bangsat! 80 juta aja cuma? Ga waras lu Ngga, kemarin mobil sekarang motor, besok kalau mau ngajak Araski balapan, mau lu kasih apa? Rumah gede lu itu?" umpat Bryan.

"Boleh juga," Angga mengangguk setelah berpikir bahwa ide Bryan ada bolehnya.

"Gila, dompet gua gemetar dengernya." Andi meraih dompet dari saku celananya dan di pegang dengan erat.

"Haha, udah ayo ke markas, Angga biar Fathan bonceng." usul Farel.

"Besok-besok lu pulang sendiri aja Ngga, nyusahin orang aja kerjaannya." Kali ini Kenzie yang bersuara, sedari tadi ia hanya mendengarkan tanpa berbicara apapun. Kenzie memang memiliki mulut cabe alias pedas banget kalau ngomong.

"Anjing lu Kenzie!"

Mereka semua tertawa ketika Angga mulai tersulut emosi.

TBC...

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang