"Nih liat!"
•••
Senin adalah hari yang paling tidak disukai kaum pelajar ataupun pekerja, untuk bangun dari tempat ternyaman mereka yaitu kasur saja susah, bahkan mereka mencoba mengulur waktu agar tidak berangkat kerja dan sekolah. Tapi lain dengan sosok laki-laki yang berpakaian seragam putih abu-abu. Dia berdiri menjulang menatap pagar rumah sederhana di sana, berharap dia bisa melihat si pemilik rumah.
Dengan jaket hitam serta motor ninja kesayangan nya, Reano menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan. Pukul 05.35 wib waktu yang masih dibilang cukup pagi untuk seorang pelajar berangkat sekolah. Setelah malam itu dia mendapat kabar bahwa Asha sedang tidak baik-baik saja, Reano ingin langsung menuju kerumah gadis tersebut, tapi karena tidak baik jika dia mendatangi rumah seorang gadis malam-malam, akhirnya dia memutuskan untuk pagi saja.
Reano sudah tahu kronologi kejadian yang menimpa Asha dan Geo, dia juga membantu Araski yang ternyata sudah lebih dulu mendatangi korban. Bahkan semalam mereka nyaris baku hantam karena suami dari korban tetap kekeh minta ganti rugi, pada kenyataannya jika dilihat tidak ada yang namanya pelaku, mereka sama-sama korban atas ketidaksengajaan yang terjadi.
Dan Reano juga hampir kelepasan meninju Araski. Sebab dengan mudahnya dia akan memberikan uang untuk menutup mulut suami mbak-mbaknya, karena Araski benci mulut orang seberisik itu, kalau bicara baik-baik lawannya tidak mau mengerti dan tetap kekeh minta ganti rugi lebih baik kasih dari pada panjang dan membuat keributan malam-malam.
Akhirnya mereka membicarakan lagi dengan bermusyawarah, dan suami tersebut mengiyakan tanpa meminta uang ganti rugi. Karena dia pun sadar mereka sama-sama korban.
Reano terperanjat ketika pagar rumah itu digeser, dia bisa melihat Geo yang sudah rapi dengan seragam putih birunya, Reano salah fokus dengan perban di tangan kanan Geo. Geo pun tidak kalah kaget karena ada Reano di sana.
"Bang? Lu ngapain?" Tanya Geo sembari melirik jam tangannya. Pukul 06.45 wib
"Kakak lu ada?"
"Ada, lagi siap-siap pakai sepatu."
"Oh, oke."
Hafasha menyadari ada tamu, segera bangkit dan menyusul, ingin tahu siapa orang yang ada di balik pagar tersebut.
"Geo." Hafasha terperanjat ketika melihat siapa tamu tersebut.
"Kak Rean?" Hafasha melirik ke arah Geo, Geo hanya menggeleng, tidak tahu alasan Reano ke rumah pagi-pagi.
Reano yang di panggil tersenyum, "Hai Sha?"
"Geo ambil motor dulu kak," ujar Geo.
"Hallo, Kak Rean ngapain?"
"Sebenernya mau ngajak berangkat bareng kesekolah."
"Hah? Asha bareng Geo kok kak, ga perlu repot-repot."
"Gak papa, kalau mau bareng bang Rean, duluan aja kak. Geo mau mampir ke rumah Bang Aras sebentar." Geo memotong pembicaraan Asha dan Rean, sembari memanaskan motornya dia meraih tangan Asha untuk di Salami.
Asha kikuk, "eum boleh deh kak." Rean tersenyum dan mengangguk, dia mulai memakai helmnya dan naik ke motor. Mempersilakan Asha untuk naik setelahnya.
"Kakak berangkat dulu ya, kamu hati-hati bawa motornya, titip salam ke Kak Aras." Reano mendelik tak suka. Kenapa harus titip salam? Penting kah?
"Iya kak, Bang hati-hati ya."
Rean mengangguk, lalu menggas motornya.
Di perjalanan dia sangat ingin membuka topik, tapi bagaimana cara memulainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
REANO
Ficção AdolescenteKursi ini kembali menjadi saksi dari ratap pilu yang selalu hadir. Aku kembali terduduk sendu, menghembuskan nafas berat pertanda lelah menunggu. Pena di tanganku sudah banyak menulis untaian rindu. Diary Ku sudah penuh. Tanpa sadar, air mata berhas...