4. Sport

29 17 21
                                    

"Digenggamnya lalu dilepaskan, kamu tahu arti merindu? Jika tahu, itu adalah arti merindu yang sesungguhnya. Rindu yang 'tak ada ujung temu."

~Hafasha

______________________________________________

Pagi ini sungguh cerah, udaranya juga segar, rasa-rasanya aku ingin mencium dan merasakan udara ini setiap hari. Tentunya dengan ditemani kopi dan Roma kelapa heheh, pasti enak.

Ku sudahi saja cerita ini ya, nanti ku lanjut lagi. (:

~Hafasha DeAndra 09 - 05 - 202*
Balkon kamar

•••

"Kakak, ayok bangun! Katanya mau Joging." Geo menggedor-gedor pintu kamar Hafasha dengan keras, Geo sangat kesal karena gadis itu tidak bangun-bangun, padahal jam menunjukkan pukul 07:00 wib, sedangkan Hafasha menjanjikan akan joging bersama pada pukul 06:30 wib, tapi ini apa?

"Menyusahkan." umpat Geo dalam hati.

"GEO HITUNG SATU SAMPAI TIGA KALAU GAK BANGUN JUGA, JANGAN SALAHIN GEO KALAU PINTUNYA BAKALAN RUSAK!" Geo mulai berancang-ancang, dia mulai mengeluarkan suaranya yang begitu Astaghfirullahal'azim jika tetangga dengar.

"SATU!"

"DUA!"

"TI..."

Ceklek.

"GA!"

"AAAAAAAGGGGGRRRRRR!"

Hafasha berteriak, sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan, ia sungguh takut, jika apa yang Geo, adik nya ingin lakukan terjadi lalu mengenai dirinya. Hafasha menahan nafas, ia bingung, kenapa dia tidak merasakan apa pun, dia membuka celah sedikit dari jari-jari nya untuk melihat apa yang tengah Geo lakukan sehingga ia tidak merasakan apa pun.

Geo. Berjongkok dibawah kaki kakaknya dengan mulut ia bekap agar tidak terdengar suara apa pun, ia menahan tawa ketika melihat wajah ketakutan sang kakak.

Hafasha melihat sekeliling, ia mengernyitkan kening, dan bertanya dalam hati kemana perginya Geo?

Tanpa sadar Geo tertawa begitu besar, ia sudah tidak kuat lagi untuk menahan tawa.

"Ahahah, komuk nya buat Geo ngakak. Ahaha." Geo tertawa begitu besar, sampai terjungkal-jungkal. Hafasha menatap adek nya penuh dengan kekesalan. Ia menyilang kan kedua tangan di dada sembari bersandar di pintu, melihat Geo yang masih terus tertawa.

"Ketawa aja terus, ketawa. Gak apa-apa kok Kakak liatin dengan sabar." Dengan kesal Hafasha masuk kedalam kamar lalu menutup pintu, didalam kamar ia langsung mengambil baju olahraga, memakainya di kamar mandi, setelah selesai ia keluar dan melihat adek nya. Geo. Yang tengah meredakan tawanya.

"Udah ketawanya?" Pertanyaan Hafasha, ah bukan, bukan pertanyaan suara itu seperti nada menyindir? Geo bangkit berdiri di depan kakaknya.

"Maaf kakak ku sayang, lagian muka kakak buat Geo ngakak habis. Eheheh. So, ini jadi gak joging nya? Udah siang nih." Geo meminta maaf sembari melihat jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul 07:05 Wib. Menarik nafas lalu ia hembuskan perlahan melalui mulut.

"Ya udah ayok."

Kakak beradik itu berjalan untuk keluar dari rumah dan berjoging. Pintu sudah tertutup dan terkunci, Geo menatap kakaknya, "kak, naik motor gak?" Pertanyaan Geo membuat Hafasha yang tengah memerhatikan awan yang sepertinya sedang mendukung untuk acara joging hari ini pun mengalihkan perhatian nya kearah Geo.

"Naik motor aja deh, panas tau."

"Ya udah bentar."

Geo mengambil motor, lalu meminta Hafasha naik. Motor yang ditumpangi Hafasha dan Geo berjalan dengan baik.

•••

"Re, Joging yok!" Andi berseru dengan riang, mencoba menawarkan ide cemerlang nya. Rean menatap malas Andi yang sepertinya sudah mulai kumat.

"Gak, gua males." Rean menolak mentah-mentah usulan Andi. Andi melotot atas penolakan yang diberi Rean, "Heh! Ayook anjir. Gua bete ini, di rumah. Pengen liat yang bening-bening gitu eheheh." Andi menaik turunkan alisnya, Rean meraih bantal sofa yang ia tiduri, lalu dilempar ke arah Andi.

Andi melotot atas apa yang Rean lakukan pada dirinya, eh ralat maksudnya terhadap rambutnya, Astaga itu rambut baru dia bawa ke salon. Mana mahal lagi. Reananjing!

"Otak lu gak pernah bener." Rean mengusap rambutnya kebelakang, lalu melihat jam yang menunjukkan pukul 07:05 wib. setelahnya ia berubah pikiran, ia pun merasa bosan disini.

"Ya udah, ayok!" Rean bangkit lalu menelpon Angga, Andi yang tengah merapihkan susunan rambutnya melotot bahagia, "Serius?! Lah ayok gas. Gak apa-apa dah rambut gua yang kena sasaran nya yang penting bisa joging!"

"Bisa joging apa bisa liat yang bening?" sindir Rean menyeringai. Panggilan di ponsel Rean dijawab oleh Angga.

"Apa?"

"Gua tunggu di taman biasa, Andi mau liat yang bening-bening katanya."

"Reanjir!" umpat Andi pelan.

"oke."

Sambungan terputus.

"Udah ayok, Angga otw."

"Yeeesss!" Andi berseru riang.

•••

Di Taman, pada pukul 07:15 masih terlihat ramai, banyak orang-orang tengah menyehatkan tubuh mereka, di sana, bukan hanya anak remaja atau orang dewasa saja. Kakek-kakek dan Nenek-nenek yang sudah rentan tidak bisa jalan dengan sempurna pun masih mau berolahraga, ada yang hanya berjemur untuk bisa mengeluarkan keringat di pagi hari.

Setelah memarkirkan motor, Geo dan Hafasha berjalan untuk mencari tempat yang enak untuk berolahraga. Geo mengajak Hafasha untuk lari, pada awalnya Hafasha tidak ingin karena dia merasa tidak enak jika lari, lebih baik jalan santai saja itu jauh lebih aman, Geo tertawa karena alasan itu, ia menarik tangan Hafasha dan mengajak nya berlari santai. Ia mengatakan jika tidak akan ada apa-apa.

"Ih pelan-pelan lari nya Geo. Kakak gak bisa lari cepat kaya kamu." Hafasha menatap Geo kesal.

"Ahahahah iya-iya, udah kita jalan aja." Geo berhenti berlari dan berjalan santai disamping kakak tersayang. Ketika ditengah jalan, Geo berhenti membuat Hafasha bingung, tidak lama Gio menunjuk sesuatu.

"Btw kak, itu ..." Hafasha mengikuti arah telunjuk Geo yang mengarah ke sebuah lapangan, Hafasha terpaku ketika melihat sosok tersebut.

"Kak Rean."

TBC...

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👆

Geovano DeAndra Saputra
Adek laki-laki Hafasha

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang