10. Diganggu Naya

23 6 4
                                    

Kedatangan Araski dikediaman Hafasha dan Geo membuat Hafasha tidak bisa berkata-kata lagi, orang yang pernah ada di masa lalunya kini hadir tanpa ia bayangkan sedikit pun. Hafasha mematung ketika Araski berdiri dan melangkah kearahnya, Araski tersenyum. Astaga mimpi apa ia bisa melihat seorang Fladhias Araski Rafsatya tersenyum manis seperti ini? Laki-laki yang usianya sangat jauh dari Hafasha maupun Geo itu tak pernah banyak bicara dan sangat jarang tersenyum.

Ekspresi yang kerap kali ia tunjukan untuk banyak orang hanya Datar. Hafasha menahan nafas ketika rambutnya diusak pelan oleh tangan Araski.

"Deandra... Kamu mendengar saya?"

Hafasha tersadar lalu mundur, ia malu sangat malu apa lagi disini ada Geo adeknya. Hafasha menunduk dan mengangguk pelan, "i-iya kak saya baik."

Araski menoleh kebelakang dimana Geo hanya menyaksikan adegan didepan, "Saya tidak bisa berlama-lama disini, kedatangan saya hanya ingin menanyakan kabar Deandra, dan melihat sendiri bagaimana keadaannya sekarang." Ujar Araski dengan nada yang begitu datar, ia menatap Hafasha kembali dan tersenyum. Lagi.

"Jaga diri baik-baik, saya pamit." Araski meminta Geo untuk mengikutinya dan meninggalkan Hafasha sendirian.

Hafasha masih syok.

"Tadi... kak Fladias? Serius? Ke-kenapa bisa kenal Geo? Ini gak bisa dibiarin, aku harus introgasi Geo habis ini." Hafasha bergumam dan berlalu menuju kamar untuk membersihkan diri.

Ketika membuka pintu Hafasha dikejutkan dengan Zahra dan Aini yang sudah berdiri dibelakang pintu, untung saja tidak sampai menabrak mereka berdua. Lagian ngapain pada dibelakang pintu?

"Astaghfirullah! Kalian ngapain?"

"Hehe anu..." Aini menyengir.

Zahra melirik kebelakang, "tadi siapa?"

"Hah? Siapa apanya?"

"Cowok yang tadi."

"Eum itu... Kak Fladhias."

"Namanya kaya gak asing..."

"Hehe eum.. emang dia. Aku juga kaget tiba-tiba ada disini, kenal Geo pula."

"Oi! Ceritanya jangan didepan pintu juga kali, masuk dulu." Ujar Aini.

Zahra dan Hafasha menyengir.

Mereka pun masuk kedalam dan duduk dii karpet, Hafasha sampai menunda niatnya untuk mandi.

"Coba cerita. Tadi gua gak sengaja lihat dan denger tuh cowok ngusak rambut lu." Aini mulai kepo.

"Aku gak tau kenapa kak Fla ada disini, aku aja Ampe syok. Makanya niat aku kepingin nanya ke Geo," ujar Hafasha.

"Itu Fladhias yang sering kamu ceritain dulu kan?"

"I-iya. Hehe,"

Zahra hanya ber-oh ria. Aini yang paham pun mengangguk mengerti.

°°°

Hari Minggu telah usai sekarang anak-anak Galaksi sudah mulai masuk sekolah, sudah pasti banyak dari mereka yang mengeluh sebab hari ini adalah Hari Senin. Yap. Upacara.

Hafasha menguap dan berusaha fokus dan tetap tegak karena disana didepannya ada Reano. Iya, upacara kali ini Rean sebagai protokol. Hafasha terus menatap Rean dengan kagum ketika ia mulai memberikan naskah Pancasila ke pemimpin upacara.

Rean tuh apa aja bisa, jadi calon ayah untuk anak-anak Hafasha juga bisa mwhehehe
Hafasha jadi senyam-senyum sendiri ngebayangin nya.

Aini yang ada dibelakang Hafasha menghernyit kan keningnya, ia melotot ketika tahu bahwa Hafasha sedang menatap Rean. Dengan kesal Aini menarik rambut Hafasha sampai membuat sang empu kesal.

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang